Ayaka

16 2 0
                                    

Kupandangi wajah terlelap putriku yang manis. Aku tak bisa berhenti mengelusi surainya yang sewarna denganku.

Aku beranjak dari tempat tidur putriku meski tak rela rasanya, tak lupa mematikan penerangan sebelum akhirnya keluar dan menutup pintu dengan pelan, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun supaya gadis kecil itu tetap terlelap.

Namun entah karena terlalu fokus atau bagaimana, aku tak menyadari ada seseorang dibelakangku membuatku terjengit kaget kala dia membuka suara.

"Hime sudah tidur?" Suara yang pemiliknya pernah mengucap namaku disebuah janji dihadapan tuhan yang maha kuasa 7 tahun lalu,suamiku, Kaedehara Kazuha.

"K-kaedehara-san?!,ah- iya Hime baru saja terlelap. Hari ini pasti sangat melelahkan untuknya karena seharian ini dia tampak sangat bersemangat." Kulemparkan senyum canggung saat berhadap-hadapan dengannya, tanpa sadar aku telah membuat kesalahan fatal saat memanggilnya.

"Kaedehara?" Gumamnya sangat pelan hingga aku hampir tak dapat menangkap ucapannya. Terlebih, pria yang menurunkan manik ruby-nya pada Himeko itu memasang wajah muram yang lumayan kentara, tetapi belum menyadarkanku dari kesalahan yang kuperbuat.

Aku menatapnya bertanya-tanya, namun suamiku itu hanya bilang
"Begitukah? Ayaka juga pasti lelah setelah seharian bekerja, jangan bergadang malam ini dan tidurlah lebih awal" dengan melempar senyum hangatnya yang selalu ditunjukkannya selama 7 tahun pernikahan kami, tapi kali ini entah mengapa senyumnya terasa mengganjal.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, pria bersurai putih dengan sedikit warna merah dipinggirnya itu berbalik namun tidak menuju kamar kami membuatku inisiatif bertanya
"Kazuha-san tidak tidur?"

Pria yang ditanyai itu hanya memalingkan wajahnya ke samping tak membiarkanku melihat seluruh ekspresinya.

"Aku mau menyelesaikan pekerjaanku dulu, aku akan tidur setelahnya, Ayaka tidak perlu menungguku."
Suamiku itu melanjutkan langkahnya tanpa menunggu ucapanku selanjutnya.

"Baiklah, Kazuha-san juga jangan tidur terlalu larut!"

Jawaban singkatnya yang menyetujui ucapanku menjadi akhir dari percakapan kami saat itu. Aku pun mengambil langkah menuju kamar kami yang letaknya tidak jauh dari kamar Himeko, berniat tidur lebih awal seperti yang diperintahkan Kazuha.

Kini aku berada di atas pembaringan dan hanya perlu tertidur, tapi tentu tidak semudah itu. Biasanya aku akan memikirkan pekerjaanku dan membuat rancangan sementara di ingatanku untuk direalisasikan saat bangun nanti di pagi hari. Tapi kali ini, aku malah terpikirkan tentang awal mula aku bisa menikah dengan suamiku, Kaedehara Kazuha.

Sedari awal,aku paham posisiku sebagai putri dari pemilik perusahaan besar yang tidak hanya berfokus pada satu bidang dan memiliki banyak anak cabang di seluruh negeri hingga mencapai kancah internasional. Aku tak akan mendapat hak waris sebanyak kak ayato, jadi aku tak terlalu berfokus pada hal seperti itu.

Aku lebih berfokus pada kemungkinan akan dijodohkan dengan putra dari orang penting lainnya sebagai bentuk aliansi. Maka aku berusaha keras menjadi putri ideal seperti harapan orangtuaku supaya tidak mempermalukan mereka.

Tapi saat usiaku sudah matang untuk menikah, orangtuaku malah membawa pria sederhana. Bukan,aku tidak kecewa,hanya saja ini lumayan aneh dan sangat tak terduga. Ketika aku tanya alasannya,mereka bilang Kazuha adalah pria baik yang akan memperlakukan putri mereka bak permata atau bahkan lebih baik dari itu.

Kalau dipikir-pikir,memang selalu ada skandal di pernikahan yang berdasarkan kepentingan bisnis dan politik, apalagi mereka memiliki uang dan kekuasaan untuk menutupi skandal itu dan terus bersikap bebas. Ibu dan ayahku pasti tidak ingin putrinya dikhianati oleh pasangan yang mereka pilihkan. Orangtuaku juga bukan tipe yang akan memperlakukan anak-anaknya sebagai alat bisnis.

Family(Kazuyaka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang