39. dia milik saya

45 6 1
                                    

nasya semalam bermalam di rumah kadit, karna di paksa oleh kedua orang kadit tentunya.

toh gaada salahnya, hanya semalam ini. pagi ini, nasya berniat untuk mencari hotel.

"pagi nasya, ayo sarapan yuk" ajak raina.

"eh? pagi tante, nanti dulu deh.. nasya mau menghirup udara bandung di pagi hari" jawab nasya, sambil terkekeh kecil. pun membuat raina ikut tertawa, sambil menggeleng kepalanya.

memang anak muda hobinya bercanda ya? pikir raina. kemudian ia berjalan ke depan, sambil tersenyum lues.

"sya?" panggil seseorang dari pojok.

"om.. selamat pagi," sapa nasya saat melihat bahwa itu bisma.

"pagi juga. ga makan dulu nasya?" tanya bisma.

masa pagi pagi mau keluar sih, pastinya perempuan itu belum makan. saat ia keluar tadi, istrinya baru memasak lauk.. mana mungkin nasya makan secepat flash, nasya kalo makan itu kayak kura-kura. pelan tapi pasti. pasti habis.

"nanti aja, nasya mau hirup udara pagi bandung" jawab nasya.

"ahahah.. yaudah, om masuk dulu ya"

"iya om.."

nasya duduk di bangku yang ada di depan taman bunga yang tadi habis di siram oleh om bisma.

"enak ya di bandung.. adem, asr- astagfirullah!!" pekik nasya.

ia melihat kadit yang tiba tiba muncul dari balik mobil yang terparkir anteng di garasi. tiba-tiba ia muncul, seperti kutukan di anime saja.

kadit menatap panik ke arah nasya. ia kira ia hanya berdua dengan sang ayah. bahkan ia tak sadar kalo ayahnya sudah tak ada lagi di sana. maklum.. ia menggunakan earphones, mendengar musik dengan volume yang cukup kencang.

kalo katanya sih, suara nasya itu kecil.. kayak rakyat ke pemerintah, ga bakal kedengeran. sebelum demo. eh, maksudnya sebelum teriak. nahh.

"loh! nasya.. maaf.. ga maksud ngagetin, aku gatau kamu ada di sana.. aku kira ayah tadi" jawab kadit. ia segera berlari pelan untuk mendekat ke arah nasya.

"dit! jangan muncul tiba-tiba.. ya allah.." ucap nasya sambil memukul pelan bahu kadit.

ya. mungkin keputusan buruk untuk mendatangi nasya saat ia sedang kaget. bukannya tenang, nasya malah menjadikan orang itu sebagai samsak tinju dadakan. hedeuh.

"maaf maaf, ga espek aku kamu bakal teriak.. udah dongg, jangan mukul.. lebam nanti"

"masih bisa bercanda ya kamu dit!! huhh... sabar nasya, sabar.. btw, maaf juga udah teriak ya.." nasya berhenti memukul kadit, takut takut lelaki itu benar benar lebam gara-gara dirinya kan ga lucu.

"santai sehaja.. ga makan?" tanya kadit.

"bentar lagi, masih mau di sini"

"jangan telat makannya, ayo.. sekalian biar makan bareng" ajak kadit, sambil menarik tangan nasya lembut. dengan sedikit terpaksa nasya pun ikut masuk.

---

tadi nadira menelfon nasya, namun yang mengangkat adalah raina, mama kadit. karna nasya meninggalkan handphone nya di rumah.

ya seenggaknya nadira tak terlalu menghawatirkan nasya selama di bandung, karna ia bersama raina dan bisma.

sekarang, nasya sedang berkeliaran di sekitar itb, karna dirinya tadi minta ikut kadit saat ia pergi kuliah.

aku dan kamu, jadi kita [on-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang