DON'T BE SIDERS!
Just fanfiction.
-cerpen gensop.
mereka hanya ingin melindungi satu sama lain.
"Dunia emang gak merestui kebersamaan kita, tapi Tuhan selalu punya cara untuk menyatukan kita,"
WARN!!
-just friendship
-bukan bl atau semacamnya
-bahas...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Orang bilang, hujan Bandung itu syahdu, damai, dan tenang. Bagai masuk ke dunia fantasi, merenung, dan menikmati kesendirian.
Fakta, hal itu memang benar adanya.
Seperti dua Insan yang tengah menikmati hujan sore disalah satu angkringan malam. Lebih tepatnya, Gentar dan Sopan sedang meneduh di angkringan Tok Abah.
Niat hati ingin melihat sunset namun hujan turun tanpa aba-aba.
Gentar dengan T-shirt oversize hitamnya tengah menghembuskan asap rokok yang baru saja Ia hisap, Sopan sendiri sibuk dengan ponsel Gentar karena bosan, tak lupa tubuhnya sudah terbalut Hoodie milik Gentar.
Sementara si pemilik angkringan sedang menata barang-barang, sebentar lagi malam tiba.
"Saha eta, dak?" tanya si Abah seraya duduk didepan Gentar dan Sopan.
"Kanyaahurangyeuh, Bah," kata Gentar sembari menepuk-nepuk bahu Sopan.
[kesayanganguanih, Bah]
"Beuratkitubahasa na," cibir Tok Abah, kemudian matanya beralih pada sosok yang bersandar pada bahu Gentar.
"Saha nami teh, Jang?"
[siapanamanya, Jang?] Jang diambil dari kata bujang yang artinyapemuda/anaklaki-laki.
Sopan bingung Ia mendongak untuk menatap Gentar, meminta penjelasan dari bahasa Tok Abah.
Sopan itu bukan berasal dari Bandung. Ia asli Jakarta, lalu pindah ke Bandung saat usianya baru lima tahun, kemudian tinggal di Paris setelah lulus SMP.
"Nama lu," kata Gentar.
"Saya Sopan, Kek," Tok Abah mengangguk seraya tersenyum.
Hening..
Tok Abah kembali menata barang dagangnya, sementara dua Adam itu sibuk dengan kegiatan masing-masing.