0.2

145 23 0
                                    


"Feeling gue sih, Miguel itu cuma main-main sama lo, Sha." Ujar Mina, sembari mengunyah mie ayamnya dengan santai.

Alesha menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar sambil meneguk susu vanila. "Hm Gue udah malas bahas dia."

Rose mengangguk kecil, tersenyum tipis, lalu mulai mengingat hal lain yang lebih menarik buatnya. "Eh, guyss! Ya ampun, waktu itu gue pernah kena hukuman Kak Hilmi, taunya dia malah nyuruh gue duduk di bawah pohon. Dia nemenin gue sarapan alih-alih ngasih hukuman! Avv, sweet banget nggak sih pacar gue?"

Matanya berbinar-binar, Rose tampak senyum-senyum sendiri karena bahagia mengingat momen itu.

Zoya menatapnya sambil mengernyit. "Hati-hati, yang kayak gitu biasanya playboy, tau nggak?"

Rose hanya mengangkat bahu. "I know, tapi ya jujur, dia pendek sih, bukan tipe gue. Tapi mukanya tuh manis gimana gitu... kayak perpaduan Lee Mineral sama Sprite. Manis-manis nyegerin, paham kan?"

Alesha yang dari tadi nggak begitu merespons cerita Rose, tiba-tiba mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin. Matanya berhenti di satu titik—Miguel, cowok yang baru saja ngajak dia pacaran, sekarang lagi beli mie ayam di kios pojok kantin.

Alesha mencengkeram lengan Rose dengan cemas. Kenapa sih orang ini ada di mana-mana? Dunia luas gini, tapi rasanya Miguel selalu muncul di hadapannya. "Se, lo udah makan belum?"

Rose menatap Alesha dengan bingung, masih mengunyah bakso. "Belum habis, masih ada batagor sama siomay gue. Ada apa sih?"

Nadia, yang sejak tadi memperhatikan, ikut berkomentar. "Gila kamu, Se, makan segitu banyak tapi badan tetep ramping. Una mah napas aja naik satu kilo."

Zoya yang duduk di sebelah Nadia tertawa, sambil menepuk punggung temannya. "Lo nggak sendirian, Una."

Alesha menghela napas, merasa tak ada gunanya lagi berdiskusi. Rose nggak pernah berubah, pecinta makanan sejati. "Gue ke kelas duluan, ya."

"Yaudah sono, gue di sini sama Zoya, Mina, Nadia," sahut Rose sambil mengibas-ibaskan tangan ke udara.

Baru saja Alesha berdiri, tiba-tiba ada sosok yang menghalangi jalannya. Miguel muncul dengan senyum jahil di wajahnya, membawa semangkuk mie ayam.

"Mau kemana, tuan putri?" tanya Miguel, suaranya terdengar menyebalkan di telinga Alesha.

Alesha mengerutkan dahi, kesal. Dari semua orang, kenapa harus Miguel yang muncul di hadapannya? "Gue mau ke kelas. Minggir, lo ngalangin jalan!"

Miguel terkekeh sambil memasang muka nakal. "Tidak semudah itu, Ferguso—ahh shit!" Alesha menendang tulang kering Miguel tanpa ragu.

"Gue diem bukan berarti gue lemah ya! Awas lo!" serunya tegas, sambil mendorong bahu Miguel agar minggir dari jalannya.

Miguel hanya bisa meringis kesakitan. "Beringas juga, ya. Tapi gue nggak bakal nyerah gitu aja." Dia menatap punggung Alesha yang menjauh dengan tekad yang semakin besar.

Saat Alesha sudah hilang dari pandangan, Miguel mengalihkan pandangannya ke arah Rose, Mina, Nadia, dan Zoya yang masih asyik mengunyah makanan. Ia tersenyum jahil seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Hai, cantik."

Mina hanya melirik sekilas. "Ciee yang ditendang pacarnya."

Miguel tertawa, sambil mengusap tulang kakinya yang mulai nyeri, matanya melihat ke arah punggung Alesha yang semakin menjauh. "Ya, namanya juga PDKT. Perjuangan butuh pengorbanan."

Nadia yang duduk tak jauh darinya mengangkat alis, lalu menatap Miguel dengan tatapan geli. "Masih aja ngotot ya, Iel?"

Miguel duduk di samping Rose tanpa menunggu undangan. "Apalagi dong? Gue kan orangnya nggak gampang nyerah."

MIGUEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang