0.5

122 18 0
                                    


Pagi itu, Alesha sedang bersiap-siap di rumah. Rambutnya sudah diikat rapi, seragam putih abu-abu yang dikenakannya terlihat sempurna. Dia menatap bayangannya di cermin, memastikan tidak ada yang kurang.

Tiba-tiba, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah. Alesha mengernyit bingung. Siapa yang datang pagi-pagi begini? Dengan cepat dia melongok ke jendela, dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok yang tak asing lagi berdiri di samping mobil hitamnya-Miguel.

"Hah? Dia ngapain di sini?" gumam Alesha sambil meraih tas sekolahnya dengan cepat.

Dengan perasaan campur aduk antara kaget dan penasaran, Alesha segera turun dan membuka pintu rumah. Di depan gerbang, Miguel berdiri dengan senyum lebarnya yang khas, mengenakan seragam sekolahnya dengan santai.

"Surprise!" Miguel mengangkat kedua tangannya seolah sedang memberikan hadiah besar.

Alesha melipat tangan di dada, memasang ekspresi heran. "Lo ngapain di sini pagi-pagi?"

"Gue jemput lo buat sekolah. Masa gitu aja nggak peka sih?" balas Miguel dengan santai. "Lo kan selalu sendiri, makanya gue pikir, kenapa nggak gue jemput aja biar kita bisa berangkat bareng?"

Alesha mendengus, berusaha menutupi senyum yang hampir muncul di wajahnya. "Gue nggak butuh dijemput, gue bisa berangkat sendiri."

"Tapi lebih asik kalo bareng gue, kan?" goda Miguel sambil membuka pintu mobilnya lebar-lebar. "Ayo naik, gue udah bela-belain datang lebih awal buat jemput lo."

Alesha memandang Miguel dengan mata menyipit, mencoba memastikan apakah ini hanya bagian dari salah satu godaan khas Miguel atau dia benar-benar serius. Tapi melihat tatapan Miguel yang yakin dan senyumnya yang tulus, akhirnya dia mengalah.

"Ya udah deh," gumam Alesha sambil melangkah keluar dari pintu gerbang rumahnya. "Tapi jangan macem-macem di jalan ya, gue mau fokus sekolah."

Miguel tertawa kecil. "Gue nggak janji, Sha. Tapi gue bakal usahain."

Setelah Alesha masuk ke mobil, Miguel menutup pintu dengan hati-hati dan melangkah ke sisi pengemudi. Saat mobil mulai melaju, suasana di dalamnya terasa agak canggung. Alesha melirik Miguel yang tampak begitu santai menyetir, dan entah kenapa, kehadiran Miguel di pagi itu memberikan sensasi aneh di hatinya-antara canggung dan senang.

"Kenapa tiba-tiba lo jemput gue?" tanya Alesha akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

Miguel menoleh sebentar, tersenyum. "Karena gue pengen aja. Gue suka ngeliat lo di pagi hari. Sama kayak matahari yang terbit, lo bikin hari gue jadi lebih cerah."

Alesha melotot, merasa geli mendengar kata-kata itu. "Gombal banget sih lo. Lo abis nonton drama korea, ya?"

Miguel menggeleng sambil terkekeh. "Nggak kok. Itu dari hati, asli."

Alesha tidak bisa menahan tawanya. "Serius amat."

Mereka terdiam sejenak, dan tanpa sadar, suasana canggung perlahan menghilang. Miguel menghidupkan radio, dan sebuah lagu mellow mengalun pelan dari speaker mobil.

"Sha," kata Miguel pelan, memecah keheningan. "Gue serius, lo tau? Gue suka ngabisin waktu bareng lo, walau cuma berangkat sekolah."

Alesha tertegun mendengar ketulusan dalam suara Miguel. Matanya menatap lurus ke jalan, berusaha menyembunyikan rona di pipinya yang mendadak memanas. "Yaudah, yang penting jangan jemput gue tiap hari, bisa dikira apa nanti sama orang rumah."

Miguel tersenyum lebar, jelas tidak terganggu dengan 'peringatan' dari Alesha. "Gue bakal jemput lo kapan aja lo butuh. Tapi kalau nggak butuh juga, mungkin gue bakal tetep jemput."

MIGUEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang