BAB 1

4 2 1
                                    

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Qodir. Ia adalah anak petani yang sederhana, setiap harinya bekerja keras di ladang milik keluarganya. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Qodir memiliki mimpi besar untuk mengubah nasib keluarganya. Ia selalu bangun sebelum fajar dan memulai harinya dengan penuh semangat.

Di sebelah ladang Qodir, tinggal seorang gadis cantik bernama Aini. Aini adalah anak dari pemilik toko kelontong di desa tersebut. Dengan senyumnya yang cerah dan sifatnya yang ceria, Aini selalu mampu membuat orang di sekitarnya merasa bahagia. Qodir sering kali melihat Aini saat ia membantu orang tuanya di toko. Meskipun mereka tinggal bersebelahan, Qodir merasa canggung untuk mendekat. Sifatnya yang pendiam membuatnya hanya bisa mengagumi Aini dari kejauhan.

Suatu hari, saat Qodir sedang bekerja di ladang, hujan deras tiba-tiba turun. Ia bergegas mencari tempat berteduh dan tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju toko Aini. Begitu masuk, Aini sedang mengatur barang di rak. Melihat Qodir yang basah kuyup, ia langsung menghampirinya.

"Qodir, masuklah! Kamu pasti kedinginan," Aini berkata dengan nada khawatir sambil menyerahkan handuk kecil.

Qodir merasa terkejut dan sedikit canggung, tetapi ia tak bisa menolak kebaikan Aini. Sambil mengeringkan tubuhnya, mereka mulai berbincang. Aini menanyakan tentang pekerjaannya di ladang, dan Qodir dengan ragu menceritakan harapannya untuk meningkatkan hasil pertanian keluarganya. Dalam perbincangan itu, mereka mulai menemukan kesamaan dan saling tertawa, menjalin kedekatan yang tak terduga.

Sejak hari itu, mereka mulai sering bertemu, baik di ladang maupun di toko. Mereka saling berbagi cerita, tertawa, dan mendukung satu sama lain. Aini menjadi sosok yang membuat Qodir merasa lebih hidup. Setiap kali bersama Aini, Qodir merasa ada energi baru yang mengalir dalam dirinya.

Suatu malam yang indah, saat bulan purnama bersinar, Qodir mengajak Aini untuk berjalan-jalan di taman. Di bawah cahaya bulan, Aini tampak lebih cantik dari biasanya. Dengan penuh keberanian, Qodir mengungkapkan perasaannya. "Aini, aku ingin kamu tahu bahwa aku menyukaimu," ucap Qodir dengan suara bergetar.

Aini tersenyum lebar, "Aku juga merasakan hal yang sama, Qodir. Senang bisa mengenalmu lebih dekat." Dalam momen itu, mereka saling berjanji untuk saling mendukung, apa pun yang terjadi. Cinta mereka tumbuh seiring waktu, tetapi mereka tidak menyadari bahwa rintangan besar sedang menanti di depan.

Keluarga Aini menginginkan dia untuk menikah dengan seorang pemuda kaya dari kota yang dianggap lebih layak. Aini merasa tertekan dan bingung, tetapi cintanya kepada Qodir semakin dalam. Ia tahu Qodir berjuang keras untuk masa depanya, tetapi tekanan dari keluarganya membuatnya bingung harus berbuat apa.

Suatu malam, Aini pergi ke ladang Qodir untuk berbicara. "Qodir, keluargaku tidak berhenti membahas pemuda itu. Aku merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit."

Qodir merasakan sakit di hatinya. "Aini, aku akan berjuang untuk kita. Aku akan buktikan bahwa aku bisa memberi yang terbaik untukmu," ucap Qodir dengan penuh semangat.

Cinta di ladang dan tokoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang