2 : Married is Scary

46 8 0
                                    

Kalo dibilang aku udah move on apa belum dari Tiar.. sebenarnya, sudah—hampir. Hanya saja kadang aku berlindung dari pertanyaan tentang pernikahan dengan itu.

Aku ingin menikah tentu saja. TAPI, aku juga takut menikah.

Ada yang bilang nikah itu enak, nikah itu capek, dan banyak nggak enak yang lain. Presentasenya lebih banyak orang yang nggak bahagia setelah menikah.

Kan, aku jadi ragu.

Lihat mbak Rosa ditinggal LDM—Long Distance Marriage sama suaminya, aku nggak bisa.

Lihat Patricia yang ribet sama keluarga kecilnya yang baru, dimana dia harus ngasih ASI ke Nala sambil sarapan, sambil ngelipetin baju abis jemur, aku nggak bisa.

Aku nggak mau hidupku jadi susah setelah menikah.

Aku takut.

Aku nggak mau nikah.

TAPI AKU JUGA PENGEN NIKAH.

ARGH! Boleh nimpuk kepala sendiri nggak sih?

Disaat aku lagi pusing-pusingnya sama pemikiran nggak penting ini, ada WhatsApp masuk dari Patricia.

Patty :
dir, gue kenalin temen gue ya

Tanpa ragu aku membalas pesannya.

Dira :
mas-mas siapa lagi yang bakal jadi korban lo hari ini, patty?

Patty :
yang ini A1, lo pasti bakal suka

Aku meletakkan sejenak ponselku yang masih terbuka, mengembuskan napas, lalu mulai mengetik pesan lagi untuk Patricia.

Dira :
asal jangan lo kenalin sama temen kerja  dari Prima. Makin jelek image gue nanti

Omong-omong, Prima ini adalah perusahaan—tempat aku bekerja—yang dulunya juga tempat kerja Patricia. Cewek itu yang sebenarnya menarik aku untuk kerja di perusahaan ini. Kami sempat satu kantor selama enam bulan hingga akhirnya Patricia resing setelah dia cuti melahirkan. Di perusahaan ini juga aku mengenal beberapa cowok yang sempat aku bilang tadi, cowok modelan Kambing Fir'aun. Bukannya mau sombong, tapi ini fakta—ada empat lelaki yang mendekatiku sekaligus diwaktu yang bersamaan. Apakah aku menolak ke empat-empatnya? Tidak.

Entah aku yang mati rasa atau apa, tapi aku mencoba berteman baik dengan mereka. Tapi niat baikku ini malah membuat mereka salah paham, mereka mengira aku memiliki perasaan yang sama seperti mereka padaku.

Memang salah ya? Jika baik pada semua orang? Jika menganggap semua teman?

Hingga puncaknya ketika aku menolak mereka dengan berbagai cara: ada yang aku diamkan; ada yang aku blokir kontaknya; ada yang kutolak secara langsung di depan mata; ada pula yang aku biarkan tanpa memberikan dia penjelasan.

Katakanlah aku memang salah dan jahat, tapi itu adalah satu-satunya cara agar mereka lelah dan mundur. Yah, meskipun aku harus menelan omongan miring di belakang, digunjingkan oleh beberapa rekan kerja.

Aku sih mencoba bodo amat. Walaupun sebenarnya gatal juga dengar omongan nggak enak tentang diri sendiri.

Patty :
hahaha! nggak. percaya sama gue, ini tipe lo banget! sangat cocok jadi omnya nala🤭

Dira :
iya deh, suka-suka mama nala

Kira-kira, cowok modelan apa yang akan dikenalkan padaku, ya?

Semoga kali ini orangnya benar dan setara.

Aamiinin dong! hehe

---

aku mencoba untuk menulis lagi sembari mengeluarkan isi hati hahaha

Hampir 30 : Mas, nikah yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang