Hal seperti ini bukan pertama kali terjadi. Sudah sering aku memintanya untuk tidak melanjutkan hubungan ini. Sulit rasanya jika harus menahan rindu dengan jarak dan waktu yang memisahkan. Ditambah kami, hanya komunikasi lewat sosmed saja.
Ya, walaupun sosmed memberikan banyak menu ataupun fitur video call / voice call, yang kami lakukan hanya menempatkan jempol untuk menari diatas keypad. Begitu terus. Sampai aku bosan dan merajuk.
"Aku tidak tau suara kekasihku rupanya bagaimana, tidak bisa kah kita berbicara ditelepon?" Hatiku mulai menari diatas deretan keypad hp bututku. Ya walaupun butut tapi bisa bersosmed ria.
Tidak lama, dia membalas. "Aku bukannya tidak mau, tapi aku tidak punya cukup keberanian untuk berbicara, memperdengarkan suaraku, tolong kamu mengerti, bila waktunya sudah tepat kamu akan mendengarkan suaraku sampai bosan.
"Ya, tapi apa alasannya?" Aku ini pacar kamu, atau kamu punya pacar ya disitu?" Tebakku hati-hati.
"Tidak sayang, aku hanya sayang kamu seorang, jangan berpikir yang tidak-tidak ya", gombalnya.
"Bagaimana aku bisa mempercayainya?" Selidikku yang masih belum bisa terima alasannya.
"Percayalah, jika urusan sekolahku sudah selesai dan aku lulus aku sendiri yang akan menjemputmu, membawa pada orangtuaku untuk memperkenalkanmu secara langsung, ah ayolah sayang jangan ngambek terus", bujuknya.
Dirga Arian. Dia masih SMA, tahun ini adalah tahun terakhirnya. Sedang aku? Aku sudah kuliah dan hampir menyelesaikan study-ku. Ah tapi jangan anggap aku pedofil, sebelumnya sudah puluhan kali aku menolaknya tapi dia mengejarku dengan alasan umur tidaklah penting yang penting adalah perasaan yang mengikatnya.
Aku sempat tertawa akan keseriusan bocah ini tapi malah menggelitikku. Bagaimana tidak, dia bertindak dewasa padahal masih bocah. Sedang aku dianggapnya hanya gadis kecil bahkan bisa ia anggap bocah.
"Apa aku bisa memegang janjimu?" Tanyaku lagi masih menyelidik. Bocah ini cukup menyita perhatianku. Bagaimana tidak, aku rasanya mulai menyimpan namanya memenuhi hatiku.
Gila memang, disaat banyak cowok yang mendekatiku, responku terlihat jutek dan cuek, paling aku balas antara "ya atau tidak" atau yang lainnya tapi singkat padat dan jelas.
Aku telah menerimanya, beberapa bulan ini cukup membuatku untuk mempercayainya atas usahanya mendapatkan hatiku. Aku tak menuntut banyak. Hanya ingin mendengar suaranya, tak masalah suaranya membuat telingaku sakit. Yang penting aku bisa mengenali suara kekaksihku.
Tapi aku tak bisa memaksa. Aku tidak mau membuatnya kecewa dan mengakhiri semuanya disaat aku mulai menyayanginya.
"Lihat saja nanti aku lulus, aku akan menjemputmu langsung. Jangan banyak protes, baby", dia mencoba meyakinkanku.
"Yasudah, kutagih janji kamu, yang. Janji adalah utang tidak bisa diingkari. Aku akan menagihnya nanti. Kuharap kamu bisa memegang janjimu".
"Iya bawel". Jedanya, "Aku ingin main futsal ya sayang, boleh ya?" Sekarang dia yang merajuk, mengatai aku bawel lagi.
"TIDAK", kubalas dengan cepat dan menggunakan capslock. Pertanda aku tidak suka.
"Yah kok gak boleh, yang?" Boleh ya?" Dia masih membujukku.
"Kalau aku bilang tidak ya tidak, kamu mau ninggalin aku ya? Udah lupa janjinya barusan?" Elakku menahan amarah.
"Hmm... Aku kan gapapa, tidak akan kambuh :(", dia tidak menyerah.
"Kalau kamu kambuh gimana? Jantungmu itu harus dijaga. Tidak bisa dipacu melebihi batas normal. Main futsal sama saja menambah kerja jantungmu". Jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
L D R
RomanceKeylin Rianda. Mahasiswa yang biasa saja yang tidak lama lagi akan wisuda. Gadis polos ini aktif didunia sosmed. Bagaimana tidak, tiap harinya didepan layar ponsel bututnya terus. Beberapa bulan terakhir hatinya diisi oleh Dirga Arian, cowok SMA yan...