Step 3

183 7 0
                                    

Putra menarikku kedalam pelukannya kembali. "Tenang saja. Status playboyku sudah hilang semenjak aku mulai tergila-gila padamu. Kamu satu-satunya yang kupikirkan selama beberapa tahun ini" jelasnya masih mencoba meyakinkanku.

"Maaf, Putra. Kamu tau sendiri kalau aku sudah punya pacar kan? Walaupun aku tidak pernah melihatnya tapi aku yakin dia serius" kataku lalu melepaskan pelukannya.

Putra menghela napasnya. "Tidak bisakah kamu mengakhiri hubungan konyolmu itu dengannya. Bahkan dia belum lulus SMA. Sadarlah Key, aku tetap akan menunggumu sampai kapanpun" ucapnya frustasi. Dia pasti akan tetap berusaha.

Pria ini benar-benar gila. Dia pasti akan berbuat apa saja untuk memenuhi keinginannya.

"Masih ada lagi? Aku mau mandi"

"Aku akan menunggumu. Mandi lah" katanya masih dengan raut frustasi.

Ciihh dasar palyboy cap keong. Dikira gampang apa masalah hati dari satu pindah ke yang lainnya.

"Pulanglah. Jadwalku sangat padat. Lagipula kenapa tiba-tiba mau ngenalin aku?" Tanyaku menatap tajam.

"Karena kamu akan jadi bagian keluarga Hadinata" jawabnya "Aku akan menunggumu menyudahi hubungan konyolmu itu dengan bocah ingusan yang kamu sendiri tidak tahu wajahnya seperti apa"

"Cukup, Putra. Kamu sudah melewati batas. Bukankah kamu memandang aku sebagai cewek hina? Kenapa tiba-tiba kamu mau mendekatiku?"

Putra memandangku dengan penuh amarah yang ditahan. Semua juga tau kalau pria didepanku ini sangat temperamen.

"Maaf, Key. Bukan maksudku menghinamu. Aku hanya gugup berkenalan denganmu dulu. Saking gugupnya malah aku salah mengeluarkan kalimat. Kalimat bodoh yang tidak bisa ku maafkan sampai saat ini" Putra menunduk memegang pelipisnya.

"Alesan. Sudah pulanglah aku tidak punya urusan denganmu" kataku ketus.

"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Tapi aku akan tetap menunggumu"

Aku mendengus kesal. Pria dihadapanku ini keras kepalanya sangat over. Ya Tuhan kalau aku reflek menendang 'barangnya' tolong maafkan.

Aku melangkah meninggalkannya. Segera mandi dan siap ke kampus. Aku lagi malas sarapan. Mood ku hilang karena pria sialan itu.

Setelah selesai berpakain, aku mengambil tas ku dan siap berangkat. Gosh, aku kira dia sudah lenyap.

"Masih nunggu? Yaelah Putra, tidak bisakah tidak mengganggu hari ini?" Tanyaku kesal.

"Maaf. Tapi aku hanya meminta waktumu sebentar. Bisakah? Kita sarapan dulu. Sebentar malam aku jemput kamu, kita kerumah kakekku"

Aku menghela napas panjang "Kamu sungguh keras kepala, aku capek. Yasudah boleh. Tapi setelah itu jangan menggangguku lagi"

"Iya tapi.." Putra kelihatan ragu "Aku gak bakal gangguin kamu, tapi aku akan tetap menghubungimu" jawabnya mantap.

Ahelah bangke banget nih laki satu. Pen gue jitak tendang abis-abisan.

"Terserah kamu. Aku mau ke kampus"

"Sarapan dulu. Biar ku antar"

"Sarapan dikampus saja. Jangan terlalu kasih perhatian kamu ke aku. Itu gak ngaruh sama sekali" ucapku ketus. Aku melangkah cepat meninggalkannya.

"Kalau ngaruh gimana?" Tanyanya dengan wajah penuh seringai. Seringai licik yang mengerikan. Dia menggenggam tanganku. Apa-apaan ini?

"Lepaskan tanganku. Aku takkan terpengaruh denganmu" balasku ketus.

L D RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang