14.Jejak Dalam Kabut.

57 12 0
                                    


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote.
———

Pagi itu terasa berbeda. Kabut yang menyelimuti kampus memberikan nuansa misterius yang belum pernah Freya rasakan sebelumnya. Biasanya, udara pagi di kampus selalu segar dan penuh keceriaan, namun hari ini semuanya terasa berat. Apakah itu perasaan dalam dirinya, atau memang suasana kampus yang berubah?

Freya melangkah pelan menuju gedung fakultas. Sesekali, tatapannya menelusuri sekitar, seolah mencari sesuatu yang hilang. Pikiran tentang Fiony tidak pernah lepas dari benaknya. Hubungan mereka yang dulu hangat kini berubah dingin. Sejak kejadian di perpustakaan minggu lalu, mereka jarang berkomunikasi. Freya tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu Fiony, namun gadis itu tidak pernah terbuka sepenuhnya.

"Freya!"

Suara itu membuyarkan lamunannya. Dia menoleh dan melihat Flora berlari menghampirinya dengan wajah khawatir.

"Ada apa, Flora?" Freya bertanya, mencoba tersenyum meski pikirannya masih kalut.

"Fiony... dia—" Flora terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Fiony masuk ruang BK tadi pagi."

"Ruang BK? Kenapa?" Freya mengernyit, tidak mengerti.

Flora menggeleng pelan. "Aku juga nggak tahu detailnya, tapi kabarnya ada masalah besar. Aku lihat beberapa dosen juga masuk ke ruangan itu. Sepertinya ada investigasi..."

Jantung Freya berdegup kencang. "Investigasi? Tentang apa?"

Flora mengangkat bahu, tapi tatapannya penuh kekhawatiran. "Aku nggak tahu pasti, tapi mungkin berkaitan dengan kasus di kampus yang lagi ramai dibicarakan."

Freya tidak bisa diam. Ada rasa gelisah yang semakin menggumpal di dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas menuju gedung utama di mana ruang BK berada. Flora mengikuti di belakangnya dengan langkah cepat.

Saat mereka tiba, pintu ruang BK tertutup rapat. Freya tidak berani mengetuk, namun dia bisa mendengar suara-suara di dalamnya. Suara Fiony, tegang dan agak serak, bercampur dengan suara beberapa dosen. Pintu ruang BK terasa seperti penghalang yang tidak bisa ditembus, menyimpan semua jawaban yang sedang Freya cari.

---

Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya pintu terbuka. Fiony keluar, wajahnya tampak lelah dan penuh beban. Mata mereka bertemu sesaat, dan Freya bisa merasakan ada sesuatu yang lebih besar dari apa yang dia bayangkan.

"Fiony," panggil Freya lembut. Namun, Fiony hanya menatapnya singkat sebelum berbalik dan melangkah pergi tanpa sepatah kata pun.

Freya merasa ada jarak yang semakin besar di antara mereka. Jarak yang entah bagaimana bisa dia jembatani. Flora yang berdiri di samping Freya hanya bisa menatap kosong, tidak tahu harus berkata apa.

Beberapa saat kemudian, Lia dan Zee bergabung dengan mereka. Wajah Zee terlihat suram, sementara Lia tampak bingung dengan situasi yang terjadi. Mereka semua tahu bahwa ini bukan masalah kecil.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lia pelan.

Flora menggeleng pelan. "Aku belum tahu detailnya, tapi sepertinya ini tentang rumor kasus manipulasi data akademik yang lagi ramai di kampus."

Zee mendecak. "Ini serius kalau sampai Fiony terlibat."

Freya merasa kepalanya berputar. Fiony dan manipulasi data akademik? Itu bukan Fiony yang dia kenal. Gadis itu memang keras kepala dan kadang menyebalkan, tapi dia selalu jujur, terutama soal hal-hal akademik. Ada yang tidak beres.

"Aku harus bicara dengannya," kata Freya tegas. Tanpa menunggu jawaban, dia melangkah cepat menuju asrama.

---

Saat Freya tiba di kamar Fiony, pintu sedikit terbuka. Dia ragu sejenak sebelum mengetuk pelan dan mendorong pintu. Fiony duduk di tepi tempat tidurnya, pandangannya kosong menatap jendela. Tangan kirinya memegang ponsel, tapi tampaknya dia tidak sedang melihat apa pun di layar.

"Fiony," panggil Freya, suaranya penuh harap.

Fiony menoleh perlahan, wajahnya masih terlihat muram. "Apa yang kamu mau, Freya?" tanyanya datar.

Freya merasakan dinginnya pertanyaan itu, tapi dia tetap melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. "Aku cuma mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku... aku khawatir."

Fiony mendengus pelan. "Khawatir? Kamu nggak perlu khawatir soal aku, Freya. Aku bisa urus semuanya sendiri."

"Tapi ini masalah besar, kan? Kenapa kamu nggak bilang apa-apa?" Freya mendekat, suaranya penuh kejujuran. "Aku temanmu, Fiony. Aku cuma mau membantu."

Fiony menghela napas panjang, menunduk sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Masalahnya... lebih rumit dari yang kamu bayangkan. Dan aku nggak mau kamu ikut campur."

"Aku nggak akan diam kalau kamu ada di masalah besar, Fiony. Kamu tahu itu." Freya mencoba meraih tangan Fiony, tapi gadis itu menepisnya dengan lembut.

"Freya... ini tentang aku. Kamu nggak perlu ikut ambil pusing. Semua ini... aku yang harus hadapi sendiri."

"Tapi—"

"Sudah, Freya!" Suara Fiony tiba-tiba meninggi, membuat Freya terdiam. "Kamu nggak tahu apa yang aku hadapi sekarang. Semuanya bisa hancur kalau kamu ikut campur."

Freya terkejut dengan reaksi Fiony. Dia tidak menyangka temannya bisa sekasar itu. Namun, di balik tatapan tajam Fiony, Freya bisa melihat ada luka yang dalam, sesuatu yang Fiony sembunyikan dengan keras kepala.

"Kamu nggak harus hadapi ini sendiri, Fiony," kata Freya akhirnya, suaranya kembali lembut. "Aku di sini kalau kamu butuh."

Fiony hanya terdiam, menunduk tanpa menjawab. Dan untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, Freya merasa begitu jauh dari sahabatnya.

---

Waktu berlalu, dan masalah yang dihadapi Fiony semakin membesar. Rumor tentang manipulasi data akademik mulai menyebar luas di kampus. Beberapa teman-teman mereka mulai bertanya-tanya, bahkan mencurigai Fiony terlibat dalam kasus tersebut. Freya tidak tahan melihat nama baik sahabatnya tercemar seperti ini. Dia tahu bahwa Fiony tidak akan melakukan hal seperti itu. Namun, bukti-bukti mulai mengarah ke arah yang tidak menguntungkan bagi Fiony.

Di sisi lain, hubungan mereka semakin renggang. Freya merasa kesepian, meskipun banyak teman-temannya yang mencoba memberikan dukungan. Marsha dan Adel sering mengajak Freya untuk bersantai dan melupakan sejenak masalah ini, namun hatinya tetap gelisah.

Suatu malam, Freya terbangun dari tidurnya dengan firasat buruk. Dia melihat ponselnya dan menemukan pesan dari Zee.

Zee: "Freya, kamu harus datang ke tempat biasa kita kumpul. Ada sesuatu yang harus kamu tahu."

TBC.

Cahaya Dalam Symfony.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang