Hari-hari menuju Penerimaan Mahasiswa Baru (PKKMB) terasa semakin sibuk. Elika, yang menjadi Liaison Officer (LO) untuk kelompok mahasiswa baru dari jurusan Teknik Komputer, duduk di meja belajarnya, mengelola daftar nama mahasiswa baru yang menjadi tanggung jawabnya. Notifikasi dari ponselnya terus berdatangan, berisi pertanyaan-pertanyaan dari para mahasiswa baru mengenai kegiatan PKKMB. Meski berbeda jurusan, Elika tetap sabar menjawab setiap pertanyaan dan memberikan informasi yang dibutuhkan.
Elika kemudian membuat grup percakapan untuk mahasiswa baru yang ia bimbing. Grup itu menjadi tempat berbagi informasi penting mengenai jadwal dan tugas selama PKKMB. Malam itu, Elika fokus bekerja, memastikan semua persiapan berjalan lancar, walau pikirannya sedikit teralihkan karena keesokan hari ia akan bertemu sepupunya, Made Gede Satya Narayana Wiratmaja yang kerab disapa Kak Satya. Kak Satya, yang sedang berada di Bandung untuk urusan pekerjaan, adalah sosok yang dekat dengan Elika sejak kecil. Momen pertemuan dengan sepupunya menjadi hal yang ia tunggu-tunggu, mengingat rasa rindunya pada keluarga di Bali.
---
Keesokan harinya, Elika bersiap untuk bertemu Kak Satya di sebuah kafe dekat kampus. Namun sebelum itu, ia melihat notifikasi dari grup chat circle LO nya yang diberi nama "LO LO AJA!!", di mana teman-temannya, Saskia, Damar, Celine, dan Tania, sedang membahas rencana nongkrong. Setelah membaca percakapan itu, Elika mengetik, "IKUTTT! Tapi gue harus ketemu dulu sama sepupu gue."
Tak lama, Damar mengirim pesan pribadi menawarkan diri untuk menjemput dan menemani Elika bertemu Kak Satya. Awalnya Elika ragu, tetapi akhirnya ia menerima tawaran itu.
Sesuai janji, Damar datang menjemput Elika di kosnya dengan motor beatnya. Sepanjang perjalanan menuju kafe, angin Bandung yang sejuk menemani obrolan ringan mereka.
Setibanya di kafe, Kak Satya sudah menunggu di salah satu sudut meja dekat jendela. Dengan senyum lebar, ia melambaikan tangan ke arah Elika dan Damar.
"Eh, itu Kak Satya," ujar Elika sambil turun dari motor. "Thanks ya, Mar, udah anterin gue."
Damar hanya tersenyum dan menunggu di luar sambil menatap sekeliling. Elika masuk ke dalam kafe dan langsung disambut pelukan hangat dari Kak Satya. Mereka berbincang-bincang mengenai kehidupan masing-masing.
Setelah puas berbincang, Elika dan Kak Satya memutuskan untuk keluar dari kafe. Kak Satya mengiringi Elika menuju pintu keluar, dan saat mereka berada di luar, Damar yang masih menunggu di motor terlihat sedang melihat ponselnya.
Elika melambai dan memperkenalkan, "Kak Satya, ini Damar, temen kuliahku. Damar yang nganterin aku ke sini."
Kak Satya tersenyum hangat, menghampiri Damar. "Oh, jadi ini Damar? Makasih, ya, udah anterin Elika."
Damar sedikit canggung tapi tersenyum, "Gak masalah, Kak. Seneng bisa bantu."
Kak Satya menepuk bahu Damar dengan akrab. "Kapan-kapan kalau ke Bali, kabarin aja. Kita bisa jalan-jalan bareng."
"Siap, Kak!" jawab Damar antusias.
Setelah itu, Kak Satya menatap Elika. "Oke, Ka, jaga diri ya di sini. Kalau ada apa-apa, kabarin Kakak. Kakak balik lagi ke Bali besok pagi."
Elika mengangguk sambil tersenyum, "Pasti, Kak. Hati-hati ya, makasih udah sempetin waktu ketemu."
Setelah berpamitan, Kak Satya menuju mobilnya yang terparkir, dan Elika serta Damar bersiap untuk lanjut ke tempat nongkrong.
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan, siap menghabiskan sisa hari dengan suasana santai bersama teman-teman. Setelah bertemu dengan Kak Satya, Damar tampak semakin penasaran. Sepanjang perjalanan menuju tempat nongkrong, ia sesekali melirik Elika, seolah ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Lesson
Teen FictionBandung-sebuah kota yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu, bukan tempat jatuh cinta. Namun, di sinilah Elika merasakan denyut kehidupan yang berbeda-pengalaman pertama sebagai mahasiswi, mengukir momen tak terlupakan, mengenal arti kedekatan...