Chapter 4

454 34 2
                                    

Flashback - 5 Tahun yang lalu

Malam di Swiss terasa menusuk dingin, tapi di dalam bar itu, hawa panas bercampur aroma alkohol dan asap rokok menguasai ruangan. Lampu neon yang remang-remang menambah suasana kelam di tengah keramaian. Nutcharee, seorang wanita dengan rambut hitam tergerai, duduk di sudut bar dengan tubuh sedikit oleng, kepalanya tertunduk di atas meja, efek alkohol sudah mulai membebani pikirannya.

Dia mengangkat gelas bourbon yang sudah setengah kosong, menyesapnya dengan perlahan. Di tengah kebingungan mabuknya, pandangannya tertuju ke seorang wanita yang baru saja masuk. Pimchanok, dengan gaun hitam ketat, rambut panjang yang tergerai lembut, langsung mencuri perhatian. Wanita itu tampak percaya diri saat berjalan mendekati Nutcharee, langkahnya begitu anggun, seolah tahu persis apa yang dia inginkan.

Pimchanok menatap Nutcharee dari atas ke bawah, menilai. Senyum kecil muncul di bibirnya yang merah, dan tanpa basa-basi, dia duduk di kursi sebelah Nutcharee, menyilangkan kakinya dengan anggun. Tangannya terulur, meraih gelas Nutcharee lalu menyesap minumannya seolah-olah itu miliknya sendiri.

"Kau terlihat seperti seseorang yang butuh ditemani."
Nadanya lembut, namun ada kilatan nakal dalam tatapannya.

Nutcharee, yang sudah separuh mabuk, menatapnya dengan kebingungan. Matanya berusaha fokus pada wajah wanita asing di depannya. Ada sesuatu yang aneh, tapi menarik dari cara Pimchanok berbicara.

"Siapa... kau?"

Pimchanok tersenyum, mendekatkan wajahnya ke arah Nutcharee. Wangi parfum Pim yang manis dan sensual langsung menyergap indra penciuman Nutcharee. Pimchanok tidak menjawab langsung, tetapi matanya berbicara lebih banyak dari kata-kata. Dengan gerakan lembut, dia menyentuh pipi Nutcharee, jemarinya menelusuri kulit lembut yang mulai memerah karena alkohol.

"Kau tak perlu tahu siapa aku. Setidaknya, belum sekarang."

Nutcharee tampak semakin linglung. Pandangannya kembali jatuh ke gelas di depannya, tetapi tangannya gemetar saat berusaha meraih. Pimchanok melihat kesempatan itu, dan dengan cepat dia mengambil alih gelas Nutcharee, menuangkannya kembali ke mulut Nutcharee.

"Minum. Kau akan merasa lebih baik."

Tanpa banyak berpikir, Nutcharee menuruti. Cairan panas itu turun dengan cepat, dan segera tubuhnya terasa lebih berat, pandangannya semakin kabur. Dia tahu dia sudah terlalu mabuk, tapi ada sesuatu dari Pimchanok yang membuatnya sulit berpikir jernih. Gadis itu seperti berkuasa atasnya hanya dengan senyuman dan tatapan.

"Aku... merasa aneh."

"Tentu saja. Kau sedang mabuk."
Pim menyentuh bahu Nutcharee, sedikit menekan seolah mencoba menenangkan. Namun, sentuhannya terlalu intim untuk disebut santai.

"Namaku Pimchanok, kalau kau ingin tahu."
Suara Pim lebih lembut, namun di balik kelembutan itu ada nada manipulatif yang Nutcharee tidak bisa tangkap.

Nutcharee berusaha fokus pada wajah Pim, tetapi semuanya terasa berputar. Matanya semakin berat, dan tubuhnya mulai tidak terkendali.

"Nut... Nama... aku Nut."

Pimchanok tersenyum puas, seolah sudah mendapatkan yang dia inginkan. Dia tahu Nutcharee sudah ada dalam genggamannya. Dengan lembut, dia menarik tangan Nutcharee, mengangkat tubuhnya yang mulai lunglai dari kursi.

"Ayo, Nut. Kita cari tempat yang lebih nyaman. Kau butuh istirahat."

Nutcharee tidak melawan. Tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan apa pun selain mengikuti Pimchanok. Gadis itu memapah Nutcharee keluar dari bar, membawa tubuh yang hampir pingsan ke jalanan malam Swiss yang sepi. Angin dingin yang berhembus tak cukup kuat untuk menyadarkan Nutcharee dari mabuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Unseen WoundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang