3. Masih di pantai

121 21 4
                                    

Gelak tawa dan canda riang selalu terdengar, Wina dan Cahyadi begitu senang melihat kelima anaknya yang begitu bahagia saat diajak berlibur. Bukan Rendi namanya kalau tidak banyak diam dan sibuk dengan dunka sendiri yaitu berkutat dengan kanvas putih juga berbagai macam cat air. Pikir Rendi sekalian saja ia mengerjakan tugas melukisnya mumpung menemukan spot yang bagus untuk ia abadikan. Tangan pemuda itu lincah seolah menari diatas kanvas berwarna putih yang kini mulai berwarna hasil dari ide keeatifnya.

Meskipun sibuk dengan dunianya sendiri namun Rendi tak pernah lepas pengawasan terhadap adiknya bahkan ekor matanya selalu melirik untuk memastikan bahwa keempat adiknya tetap aman dan tak jauh dari jangkauan matanya. Setengah jam lagi mendekati makan siang Rendi menghentikan kegiatannya lalu menghampiri Bunda yang sudah menata hidangan, sedangkah Ayah menemani Niki bermain volly. memang ayah itu sangat bucin dengan anak gadisnya.

"Panggil deh bang, Ayah sama adeknya, makan dulu nanti keburu waktu shalat" Titah Wina.

"Ayahhhh, kata Bunda makan dulu" Teriak Rendi

"Panggil abang bukan teriak" tegur Wina

"Hehehe..." Rendi tertawa.

Merasa terpanggil akhirnya satu persatu mulai berjalan mendekati tikar yang memang di hamparkan Bunda untuk makan dan beristirahat agak berjarak dengan tenda tidur mereka. "Habis ini lanjut main ya Ayah" Niki bergelayut manja

"Haduh iya deh yang paling mesra berdua, Bunda dilupain" sindir Wina terhadap suami juga anak gadisnya itu.

"Bundaa, Kaka Jinan dimana? Kok nggak ada?" Rayyan menarik sediki lengan baju Bunda lalu menunjuk ke arah pantai yang terlihat kosong melompong karena matahari mulai meninggi dan terik yang begitu menyengat. Mendengar apa yang diucapkan Rayyan lantas mereka semua langsung melihat ke arah pantai yang memang kosong.

Rendi langsung melepaskan piring yang dipegangnya laku berlari menuju pantai. "Aku mau bantu abang, adek diam disini aja ya" Niki juga ikut berdiri lalu melangkah ke arah yang berlawanan untuk mencari adiknya.

"Perasaan ka Jinan tadi cuma duduk dekat pantai deh, kok bisa hilang?! Apa jangan-jangan kecebur lagi ya" Sadewa berujar tiba-tiba membuat mata Cahyadi membola, jika tenggelam mana mungkin tak ada teriakan atau keributan. Cahyadi tau Jinan tak sebodoh itu, mungkin Jinan hanya berjalan disekitaran pantai dan lupa meminta izin dengan Rendi ataupun mereka.

Lima belas menit berlalu Niki tiba seorang diri dengan menggelengkan kepala, sudah ia coba mencari disetiap sudut namun adik nya tak ditemukan.

"JINAN" Teriak Rendi bahkan teriakan itu bisa mereka dengar saking kerasnya. Tak ada pilihan lain Rendi langsung masuk ke arah air pantai dan matanya melihat sesuatu. "Itukan gelangnya Jinan yang gw beli" Rendi terpaku lalu ia ambil gelang itu dan langsung berenang ke tengah. Nihil Jinan tak ditemukan Rendi begitu putus asa. Sekali lagi ia mencoba namun tetap sama tak ada Jinan didalam air. Puas mencari didalam air, Rendi kembali berlarian kesana kemari mencari adiknya itu.

"Ji—" Pergerakan Rendi terkunci saat ia melihat perawakan adiknya yang masih utuh dan tengah tertawa riang dengan beberapa anak kecil, mereka semua terlihat seperti mencari sesuatu. "Jinan" panggil Rendi.

"Dek kaka pergi dulu ya, terimakasih untuk bantuanya tadi" Jinan berpamitan dengan beberapa anak kecil lalu ia berlari menghampiri Rendi yang berdiri tak jauh dari nya. Wajah Rendi begitu datar dengan sorot mata yang mengisyaratkan hal lain. Jinan menunduk seraya berpikir apakah ia membuat sesuatu yang keliru.

Tanpa suara Rendi langsung menarik lengan adiknya cukup keras bahkan tubuh kurus itu hampir terjungkal jika ia lengah sedikit saja. "Abang, tangan aku sakit" seolah tuli Rendi terus menarik lengan adiknya tanpa memepedulikan ucapan Jinan.

Five wishes! [SM Family]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang