Suara Ayah yang memanggil dari depan tenda terdengar nyaring membuat Rendi terusik dari tidurnya namun berbeda dengan Jinan yang tetap terlelap dengan tangan yang tak melepaskan pelukannya dari Rendi. Rendi bergerak pelan lalu ia usap pipi tirus adiknya, ia lihat lagi lalu sudut bibirnya terangkat. "Lucu banget kalau lagi tidur, suara ayah yang kenceng aja nggak kebangun, berarti selama ini lo berusaha keras biar nggak molor dan nyusahin gw kan!" Ucap Rendi pelan.
"Ayah bentar lagi" Rendi menyahuti.
Mendengar suara Rendi cukup nyari, Jinan mulai membuka matanya dan mendongkak sekilas, tetapi bukannya bangun, remaja itu kembali menutup matanya sambil memeluk Rendi. "Dek, kita udah ditunggu ayah, lo yakin mau tidur lagi?" Ucap Rendi.
"Bentar lagi abang" sahut Jinan dengan suara parau nya.
Rendi hanya bisa berdiam diri dan membiarkan adiknya untuk terlelap sebentar. Tak berlangsung lama Jinan memundurkan tubuhnya lalu ia bangun dari posisi nyaman tersebut. Sejenak adik kaka itu bertatapan. Jinan tersenyum dan Rendi juga. "Mau barengan nggak bang?" Tanya Jinan
Rendi bangkit dari posisinya, saat ia melihat Jinan mulai berdiri, ia bergegas menahan lengan sang adik. "Abang perlu sesuatu?" Tanya Jinan melihat ke arah Rendi.
"Buat lo"
Jinan lantas mengambil kanvas putih yang kini terisi dengan berbagai bentuk dan warna. Jinan lihat dengan seksama. Mata Jinan membola dengan senyuman yang merekah. Mata hitam pekat itu berbinar penuh kebahagiaan, lalu telapak tangannya menutup mulut.
"Kalau nggak suka bilang, biar gw ambil balik, gw lukisnya penuh usaha dan keringat" Ujar Rendi datar sambil berusaha keras menahan mulutnya yang ini tersenyum karena melihat wajah Jinan yang kegirangan. Jinan menggelengkan kepala sambil memeluk lukisan itu erat. "Suka?" Tanya Rendi lagi memastikan. Membuat anak itu mengangguk penuh semangat. "Ck, lebar banget senyum lo, nggak takut robek mulutnya" Ucap Rendi lagi.
Jinan mengangkat lukisan itu lalu memiringkan. Kepalanya ke kiri dan ke kanan, ia pandangi dengan seksama. Potret dirinya di dalam lukisan itu sungguh indah. Puas memandangi Jinan langsung membungkusnya dengan baju kaos yang masih bersih dan ia simpan dengan hati-hati.
"Abang..." panggil Jinan
"Hmmmm!" Rendi berdehem
Perlahan Jinan mendekat lalu ia rengkuh si sulung. "Izin ya bang, soalnya pelukan abang hangat, terima kasih untuk hangatnya semalam, aku nggak tau bagaimana semalam kalau abang nggak datang, untuk lukisannya pasti aku jaga baik-baik" Ujar Jinan. Rendi mengangguk lalu ia usap belakang kepala Jinan.
"Belajar yang rajin biar bisa jadi dokter hebat dan bikin ayah sama bunda bangga. Kalau lo butuh pelukan lagi jangan segan buat cari gw. Mau lo besar atau dewasa gw tetap abang lo dan nggak mungkin juga gw nolak kalau lo mau peluk" Ucap Rendi lalu kedua tangannya merengkuh tubuh kurus sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five wishes! [SM Family]
FanfictionBercerita tentang hubungan persaudaraan yang terjalin begitu erat dan saling menyayangi meskipun masih sering terjadi pertengkaran dan perdebatan untuk hal kecil sekalipun. Kelima orang ini tentu memiliki perangai dan budi pekerti yang berbeda, terb...