"Permisi, ada paket atas nama Mbak Nikita Amara Mahesa..."
Jinan yang kebetulan berada di ruang tengah buru-buru berdiri dan berjalan menuju pintu. "Paket nya bang" Jinan berujar lalu sang kurir pergi meninggalkan pekarangan rumah setelah selesai dengan amanahnya. Jinan menelisik melihat kardus yang berukuran sedang. Ia bawa masuk ternyata di depan televisi Niki sudah menunggu dengan sumringah. Jinan meletakkan kardus itu di atas meja dan berlalu duduk di samping Niki. "Beli apa aja mbak, gede banget packingnya?" Tanya Jinan namun tak di sahuti oleh saudarinya yang sudah terlampau sibuk dengan kotaknya
Gadis cantik itu tersenyum lalu dengan pelan ia raih. Mata Niki membelalak melihat siapa yang mengirim kardus ini kepadanya. 'Departemen Pendidikan Kepolisian Wanita'. Niki bergegas membukanya lalu ia menemukan satu surat yang terbungkus rapi juga berlabel rahasia negara, terlebih didalam sana ia melihat beberapa setelan seragam. Ia menarik nafas berkali-kali lalu mencubit pipi nya sendiri.
"Dek, ini gw nggak lagi mimpi kan ya...ehh aduh beneran ini gw dapat kabar yang udah lama banget gw tunggu" Niki berpegangan di tangan Jinan setelah itu ia mengipas ke arah matanya yang sedikit berair. Jinan yang sempat mengintip pun terkejut. Mungkin ini memang akhirnya, impian gadia cantik itu berada di depan mata.
"Ayah...Bundaaa" Nikir berteriak nyaring membuat seisi rumah langsung keluar dan bergabung di ruang tengah. Niki meneteskan air matanya lalu memperlihatkan selebaran kertas. "Finally, Niki lulus Bund, Niki bakalan ikut pelatihan buat jadi anggota kepolisian" Nikita berujar penuh semangat sambil memperlihatkan beberapa kain seragam. Wina menanggis terharu begitu juga Cahyadi, jujur ia masih belum bisa merelakan Niki berpisah dengannya. Secara Cahyadi orang yang paling dekat dengan anak gadisnya itu. Cahyadi hanya tersenyum simpul lalu kaki nya melangkah kembali ke kamar menyisakan Niki dengan segala kebingungan.
"Kapan lo masuk asrama?" Rendi bertanya
"Dua minggu lagi bang, tanggal dua puluh harus masuk asrama katanya" jawab Niki
"Yahhh, sedih di rumah nggak ada mbak Niki lagi, entar siapa yang masak mie tengah malam" Rayyan cemberut dengan tangannya yang mencengkram erat lengan Niki. Niki menyandarkan kepalanya diatas kepala Rayyan.
"Sedih...nanti nggak ada yang belikan adek ice cream banyak" Dewa menyahuti lalu ikut memeluk Niki dari sisi lain. Niki senang setidaknya dua bocah ini masih senang menempeli dirinya. Kalau si Jinan jangan di tanya, ia hana terdiam di pojokan dengan wajah yang tak jauh beda dengan Rendi.
"Di liat-liat masih aja datar tu muka! Nggak sedih mau kepisah sama adiknya yang cantik ini?" Tanya Niki ke arah Rendi
Rendi menggeleng. "Nggak sih, malah bagus, berkurang satu beban Bunda" ucap si sulung lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Niki mendecih sebal, kenapa sih susah sekali mendengar Rendi tuh bilang sayang dan khawatir, diakan juga pengen dengar kata manis tapi sudahlah mungkin kiamat kurang dua hari nanti baru ia dengar kata itu keluar dari mulut abangnya.
"Lho kok pada murung gitu? Bukannya senang mbak nggak ada di rumah? Berkurang tuh yang marahin kalian kalau jajan sembarangan atau pulang nya telat" Niki Berujar, sontak ketiga lelaki yang berusia muda darinya itu menggeleng cepat. "Lahh kacau, masa gemesin begini kalian!" Niki melebarkan tangannya lalu meraih ketiga orang itu untuk ia peluk. "Biarin deh kita pelukannya berempat dulu, salah siapa ke kamar duluan" gumam Niki menyalahkan Rendi.
Pada malam hari nya Niki terjaga sepanjang malam, tiga tahun jauh dari keluarga mungkin akan sulit baginya terlebih sang Ayah tak pernah membiarkan nya pergi seorang diri. Ayah nya rela membagi waktu hanya untuk menemani Niki. Niki duduk di kursi yang menghadap jendela. Semilir angin membuat rambut gadis itu berterbangan. Ia gundah antara senang dan sedih, tapi ini adalah hal yang telah lama ia impikan. Biarlah lagian ini hanya tiga tahun, setelah itu Niki akan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five wishes! [SM Family]
FanfictionBercerita tentang hubungan persaudaraan yang terjalin begitu erat dan saling menyayangi meskipun masih sering terjadi pertengkaran dan perdebatan untuk hal kecil sekalipun. Kelima orang ini tentu memiliki perangai dan budi pekerti yang berbeda, terb...