Bab 3: Tulisanku Selanjutnya

10 3 0
                                    


Di kamar tidur yang ukurannya cukup besar, berisikan tiga buah tempat tidur berjajar, itu adalah kamar mereka bertiga: Danica, Melisandra, dan Honoria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kamar tidur yang ukurannya cukup besar, berisikan tiga buah tempat tidur berjajar, itu adalah kamar mereka bertiga: Danica, Melisandra, dan Honoria.

Kakak paling tua yang ada di kamar itu sedang duduk di meja nya, dia terlihat sibuk membolak-balik lembaran jurnal yang dibuatnya, berulang kali dia juga memegangi kepalanya seperti kepusingan. Lalu adik termuda sedang mengerjakan tugas sekolahnya sambil berbaring di atas tempat tidur, sedangkan satu gadis lainnya sedang sibuk memilah pakaian yang dimilikinya, yang dari gestur gerakannya dia terlihat kebingungan seolah-olah mendadak seperti tidak memiliki baju bagus satupun.

"Dane, apa kau punya baju yang bagus?" tanya Melisandra yang membuyarkan imajinasi kakaknya.

"Ck, bukankah diantara aku dan kamu, yang memiliki pakaian lebih banyak adalah kamu, Mel?" Danica tampak keheranan, karena meski dia yang lebih tua daripada Melisandra, tapi pakaian yang dimiliki adiknya itu lebih banyak, dan sekarang orang itu bertanya apakah dia memiliki pakaian bagus.

"Aku bingung, Dane. Mendadak semua pakaian yang kumiliki menjadi terlihat jelek," keluh Melisandra.

Danica berdiri dari meja belajarnya, lalu berjalan menuju lemari adiknya yang ukurannya lebih panjang, karena memiliki pakaian lebih banya.

Danica memilah diantara gaun-gaun yang adiknya miliki, manakah yang menurutnya terlihat cantik, yang padahal semua yang dimiliki Melisandra sudah seharusnya cantik.

"Yang ini bagus," menunjukkan gaun berwarna pastel merah muda dari lemari adiknya.

Melisandra menarik lagi satu pakaian berwarna royal purple yang terlihat sangat mewah dengan hiasan manik yang banyak di sepanjang garis bahu gaun tersebut. "yang ini apa lebih bagus?" tanyanya.

"Tidak, jangan memakai yang mewah seperti itu, ini kan pesta minum teh, bukan pesta dansa atau pernikahan, walaupun ya pasti ada acara berdansa di dalamnya. Mungkin kau nanti bisa-bisa jadi pusat perhatian dan di tertawakan orang-orang." Danica memberi saran kepada adiknya. "untuk kulit secerah kamu, kau akan lebih tampak bersinar dengan warna-warna muda seperti ini."

Melisandra hanya mengangguk mengerti, saran kakaknya itu memang selalu terdengar sangat bijak dibandingkan saran dari kakaknya yang lain.

"Honey, menurutmu yang mana yang lebih bagus untuk Sis Mel?" Danica menunjukkan gaun pastel yang dipilihnya dan gaun ungu yang dipilih melisandra.

"um, tentu saja aku lebih suka yang warna lembut," timpal Honoria, tanpa banyak berpikir.

"hmm, tentu saja Honey akan pilih pendapat Dane," kata melisandra sambil terkekeh. "perhiasannya apa ya?" berpikir lagi setelah selesai dengan urusan gaun.

Danica berjalan menuju meja nya Kembali, "pakai perhiasan perak yang ada permatanya, kusarankan memakai amethyst saja,"

"kenapa?" tanya melisandra.

"gaun mu ungu pastel, dan kulitmu tidak cocok warna emas,"

"eh iya, juga ya." melisandra setuju.

Danica kembali duduk di mejanya, begitu duduk disana dia langung meletakan kedua sikunya di atas meja dan kepalanya benumpu pada kedua tangannya, dia tampak sedang berpikir keras.

Honoria terlihat selesai dengan tugas sekolahnya, dia penasaran dengan apa yang Danica pikirkan sehingga membuatnya terlihat melamun begitu lama.

"Sis Dane, sedang memikirkan apa?" tanya Honoria, penasaran.

"Oh, aku sedang membuat jurnal cerita tentang pembunuhan seorang istri pada suaminya, tapi itu adalah sebuah keharusan."

"Oh, yang kau tanyakan ke ibu tadi pagi ya?"

Danica mengangguk pelan.

"Menurutmu lebih bagus mana diantara si istri yang membunuh suaminya karena menciduk suaminya telah berselingkuh, atau karena suaminya yang awalnya merencanakan pembunuhan istrinya tapi malah berbalik jadi istri yang terlebih dahulu membunuh si suami?" tanya Danica kepada Honoria, barangkali dia tahu mana yang lebih baik.

Adik bungsunya itu adalah orang yang paling antusias ketika diceritakan cerita buatan Danica dibandingkan orang lain se rumah ini, hampir setiap cerita yang Danica buat, Honoria sudah mengetahuinya, bahkan cerita yang super panjang pun selalu diceritakannya, dan kadang adiknya lebih ingat dengan cerita miliknya dibandingkan Danica sendiri. Jadi dia berpikir, si bungsu pasti sudah tahu alur pemikiran ingin ke arah mana.

"Um, berselingkuh seperti ayah?" timpalnya dengan polos.

"Eh, ayah tidak selingkuh hahaha," Danica cepat menampik pertanyaan adiknya.

"Um, cerita ayah seru juga sih, tapi alasan yang kedua tadi juga bagus, apa bisa dua alasan tadi disatukan saja?" saran Honoria, terdengar sangat bijak untuk ukuran gadis remaja sepertinya.

"Um, bagus juga," Danica mencatat masukan dari Honoria.

"Sis Dane, kenapa tiba-tiba mau buat cerita tentang pembunuhan, kan biasanya kakak membuat tentang cerita wanita-wanita yang kuat?"

"Um, entahlah, Honey. Aku ingin membuat gebrakan baru.

"Tapi kakak bilang cerita wanita kuat itu terinspirasi dari cerita-certa kita, bagaimana kau akan mendapatkan inspirasi tentang pembunuhan, apa sis Dane harus membunuh dulu?" tanya Honoria, seperti biasa, sangat polos namun terdengar bijak.

"Sepertinya, iya, hahaha," Danica bercanda.

"Hah? Kau akan membunuh?" melisandra yang sedang sibuk mengelap kalung amethyst nya terlhat terkejut dengan yang dikatakan kakaknya.

"Iya, aku akan membunuh suamiku jika dia berselingkuh, akan kupotong kemaluannya sampai teriris tipis, hahaha" Danica tertawa jahat, tapi semuanya tahu jika dia sedang bercanda saja.

"Pemikiranmu menakutkan, Dane. Untung saja kau tak mengikuti pesta minum the, jika kau ikut dan ada yang tertarik denganmu dan menjadikanmu istrinya, akhir hidupnya akan sangat malang sekali ya." kata melisandra sambil terkekeh bersama Honoria juga.

"Segera selesaikan cerita itu, Sis Dane. Aku penasaran ingin mendengar akhir kisah dari cerita yang ini," sahut Honoria dengan antusias.

"Siap laksanakan, penggemar nomor satu-ku" tukas Danica, dia kembali bersemangat menulis jurnalnya meski sempat buntu tadi.

"Akan kau beri judul apa cerita ini?" tanya adiknya.

"Murder husband, mungkin?" sambil menuliskan judul yang baru dibuatnya pada lembaran kertas jurnal.

"Murder husband, mungkin?" sambil menuliskan judul yang baru dibuatnya pada lembaran kertas jurnal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[EDITING] Rose, Rose, F**k The Waters | ~A M*rder Husband Plan [ORIGINAL JOCEID)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang