Bab 9: Ruangan penuh pujian

3 2 0
                                    

Danica selalu mendecak kagum Ketika memasuki ruang utama di rumah ini, meski itu sudah  terhitung minggu keduanya tinggal di rumah bak kastil kerajaan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danica selalu mendecak kagum Ketika memasuki ruang utama di rumah ini, meski itu sudah terhitung minggu keduanya tinggal di rumah bak kastil kerajaan ini.

Bagian yang paling akan membuat siapapun kagum adalah adanya lampu kandil yang sangat mewah. Lampu tersebut terdiri atas rangkaian kristal quartz bening yang di beberapa rangkaian di sekitar lampu yang menyala terdapat sepercik kristal berwarna ungu yang sepertinya itu adalah kristal amethyst tang dirangkai menyerupai bentuk anggur.

"Kau tidak perlu selalu menengadah Ketika memasuki ruang utama ini, ini kan rumah mu hahaha," sahut ibu mertua yang sedari tadi memang sedang mengobrol dengan Danica di taman.

"Ah, maaf, ini mungkin karena aku belum terbiasa melihat benda semegah itu," Danica tertawa malu-malu, tangannya refleks menggaruk tengkuknya.

Danica akan melanjutkan percakapan dengan ibu mertua di ruang baca yang berada di sisi kanan rumah, dan ruangan itu dekat dengan kamar Danica bersama Damian.

Deborah Reiner, nama ibu mertua terlihat terpajang di salah satu dinding ruang baca ini. Karena sebelumnya rumah ini adalah tempat tinggal keluarga besar Damian, namun sekarang semua anggota keluarga telah satu persatu meninggalkan rumah istana ini. Alasan ibu keluarga Damian bersama dengan ayah mertua meninggalkan rumah ini karena mereka ingin menghabiskan masa tua mereka di rumah lebih sederhana yang dekat dengan taman kebun anggur milik keluarga. Selain itu, kedua kakak Damian adalah perempuan, dan mereka berdua menikah dengan pengusaha kaya di kota lain. Semua hal itulah yang membuat rumah ini diserahkan kepada Damian Ketika dia sudah menikah.

"Ah, itu papan namaku, dulu sebelum punya anak aku membuatnya sendiri untuk menghabiskan waktu," Deborah -ibu mertua Danica, mengelus papan nama yang terbuat dari mozaik biji-bijian tersebut. "aku sering menghabiskan waktu di ruang baca ini, sepertinya semua buku disini pernah kubaca semua, dan kau tahu Ketika ibu mengetahui jika Damian berkencan dengan seorang penulis, ibu sangat senang, dan langsung merestui keinginan Damian."

Danica tersipu, dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, baginya menikah dengan Damian adalah keberuntungan yang sangat besar, sudah impiannya menikahi pria kaya terwujud, ditambah mertuanya sangat baik.

"Kita duduk disana," Deborah menunjukkan meja baca yang menghadap jendela.

Danica mengikuti ibu mertuanya duduk di sampingnya.

Deborah mengambil salah satu buku tebal yang terpajang di rak, dan saat menunjukkan buku tersebut, ternyata katanya di jajaran rak tersebut semuanya adalah buku kosong yang bisa digunakan untuk menulis, "kau bisa menulis jurnal dengan buku-buku itu."

Danica mengangguk.

Ibu mertua membuka buku kosong itu dan mengambil pensil arang yang sedari tadi berada di meja, dia terlihat menggambar suatu sketsa, atau bagan? Intinya, itu berkaitan dengan hal yang dibicarakan di taman tadi, tentang rencana perayaan ulang tahun Deborah sendiri.

[EDITING] Rose, Rose, F**k The Waters | ~A M*rder Husband Plan [ORIGINAL JOCEID)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang