Prologue.

1.4K 54 1
                                    

"Selamat datang ke kafe Bean There, Done That ada yang bisa kami bantu?"

Marcus menjengitkan bahunya kaget ketika mendengar sapaan serentak dari para pelayan kafe tersebut.

Walaupun ia sudah pernah ke sana sekali, tetap saja suasana berisik namun tenang itu tetap tidak membuatnya langsung terbiasa.

Sapaan serentak tersebut merupakan trademark milik kafe itu, dimana mereka akan menyapa para pelanggan lalu membawa mereka duduk kemudian memberi mereka ruang untuk memikirkan pesanan apa yang akan mereka minta.

"Halo selamat sore, ini kali keduamu disini ya?" 

Sapa seorang pelayan yang pernah melayaninya dulu, Chase.

"Benar, kau mengingatku?"

"Hanya dirimu yang mendatangi kafe ini dengan barangan yang banyak seperti itu." jawab Chase menatap barang bawaan Marcus yang hampir memenuhi meja panjang yang ia duduki.

"Ah.." lirih Marcus, pasti ia terlihat seperti pecundang yang gila belajar.

"Eh, jangan berfikir yang aneh-aneh. Kau memiliki karakteristik yang unik, selalunya orang-orang akan datang ke sini untuk melakukan hobi mereka dan kau merupakan orang yang pertama datang ke sini dengan hobi yang berbeda."

"Aku sering melihat pelukis dan mahasiswa kesini untuk melakukan hal yang mereka minat. Dan mungkin kau seorang..?"

"Penulis." balas Marcus cepat ketika mendengar penjelasan Chase yang cukup panik mencuba untuk menenangkan dirinya untuk tidak berfikir bukan-bukan.

"Wah, jadi apa semua ini buku-buku yang pernah kau publish?"

Soal Chase terkesima melihat setidaknya dua novel yang bisa dikatakan cukup tebal, dengan cover yang jelas menawan.

Marcus mengangguk, "Oke, jadi apa kau sudah siap memesan?" soal Chase membuat Marcus kembali terdiam, ia ingin meminum kopi tapi ia khawatir yang ada adrenalinnya untuk menulis buku baru disaat buku lama belum selesai.

"Atau.. kau ingin barista kami membuat menu spesial untukmu?"

Usul Chase membuat Marcus mendongak, "Kalau itu kopi jangan terlalu banyak ya shotnya, aku takut aku tidak bisa tenang." ujar Marcus yang hanya dibalas dengan jempol.

Chase pun kembali ke belakang kasir untuk menghantar pesanan, manakala Marcus mulai membuka laptop serta beberapa alatan lainnya yang sering ia guna untuk plot dan hal-hal semacamnya.

Caffeine Kisses

"Pesanan spesial untuk penulis hebat," ucap Chase menaruh gelas putih bersaiz sederhana di sebelah Marcus untuk lebih mudah dicapai.

"Terimakasih Chase." balas Marcus menyesap sedikit sebelum terdiam ketika merasa minuman tersebut.

"Enak? Inginku menghantar pesananmu kepada sang barista?"

Marcus tersenyum tipis, "Ini enak, bukan kopi?" soal Marcus menyesap kembali mencuba mengenal rasa yang baginya cukup unik.

"Ah.. aku tidak tahu. Inginku panggilkan temanku saja? Mungkin kau bisa berkenalan dengannya, dan memasukkan pesananmu ke dalam menu." ujar Chase menaik-turunkan alisnya.

"Tidak usah, katakan saja terima kasih kepadanya."

Chase menggedikkan bahunya tidak tahu dengan bibir yang melengkung ke bawah, "Jika itu yang kau mau."

Kemudian pelayan bersurai blonde itu mulai meninggalkan Marcus yang juga kembali melanjutkan aktivitas menulisnya, yang membuatnya terlalu fokus tidak memperdulikan persekitarannya.

Getaran singkat dari ponsel miliknya yang sengaja ia nyalakan dalam mode senyap memberhentikan pekerjaannya.

+62xx
Selamat sore, apakah benar dengan Ethan M. Clarke?

Benar, mendapat nomor saya dari mana?

+62xx
Saya dari perusahaan novelis, Novelista Comp. Saya sudah membaca beberapa buku anda, dan saya sungguh berkenan untuk merekrut anda sebagai penulis di perusahaan kami.

Dari segi penulisan dan kata-kata yang anda tumpahkan didalam karya anda sangat menarik dan unik bagi saya juga atasan saya.

Dengan itu, saya disini menghantar peluang yang jarang didapati oleh penulis-penulis underrated diluar sana.

Jika anda berminat untuk menjadi salah satu penulis dibawah bimbingan kami. Kami dengan hati terbuka akan menerima anda kapanpun.

Marcus terkesima membaca pesanan yang baru saja ia terima, yang benar saja? Dia memang seorang penulis yang jarang dikenali, bukunya saja tidak banyak dibaca karena ia memang tidak berminat untuk menjadi penulis profesional melainkan hanya untuk menumpahkan minatnya di sektor tersebut.

Tapi melihat pesanan yang baginya cukup mengkagetkan itu, ia menjadi bingung. Ia tidak mahu menjadi penulis yang terikat dengan apapun, karena ia paham betapa sulitnya pekerjaan mereka dan ia lebih berminat untuk menulis dengan genrenya sendiri.

"Ini pilihan yang cukup sulit.."

Apa saya bisa berfikir? Saya masih tidak yakin.

+62xx
Dipersilahkan, kami akan menunggu anda sehingga anda sudah membuat keputusan.

Marcus menghela nafas kasar, benar-benar ajaib kehidupannya hari ini.

Caffeine Kisses

Halo semua, aku bawa genre fluff nih! Ada yang tahu ga siapa karakternya? Hayoo, mungkin di chapter satu aku bakalan reveal siapa sih Marcus, Chase dan yang lainnya.

Caffeine Kisses [SLOWUP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang