[00:00] CHAPTER 2

23 4 29
                                    

_____________________00:00_____________________

"Satu langkah terakhir, untuk benar-benar memusnahkan wujudnya ..kita harus membakar kalung ruby dan foil wooden box itu."

Seudara informasi yang telak menyulut kedua belah pihak bersaing, tuk menjadi yang tercepat mengambil alih kedua benda yang dimaksud. Siapapun tak menyangka, Sejeong akan menjadi pihak yang menantang. Dan sialnya, Yeona kalah cepat.

"Kau bercanda? —Kim Sejeong-ssi?" Seudara tanya sederhana bermakna kompleks, Yeona sama sekali tidak berharap Sejeong akan mengambil langkah bodoh.

"Kemarikan, Sejeong-ah." Taehyung —tidak bisa berdiam diri lagi tuk terus menjadi penonton. Tetapi sekali lagi, upayanya merampas telak gagal.

Sejeong sigap beranjak menjauh, menyembunyikan kedua benda itu di belakang tubuh. "Demi Tuhan.. berhenti berusaha untuk melenyapkannya. Dia takdirku! Aku tidak akan membiarkan kalian memusnahkannya!"

Sebanyak Taehyung terperangah luar biasa, Yeona jauh lebih daripada itu.

"Jimin.. apakah dia sadar? Masihkah dia berada dalam pengaruh iblis hina itu?" Bukan serta-merta sebuah tanya yang memerlukan jawaban, Yeona tidak lebih hanya menyindir.

Dan Sejeong sama sekali tidak peduli. Ia memilih menghampiri Jimin, sorotnya menebar permohonan teramat besar. "Katakan padaku.. apa yang harus ku lakukan? —agar Jungkook terlepas dari kutukannya. Dia belum benar-benar berakhir, 'kan? Masih ada cara untuk memulihkan kondisinya, 'kan? Katakan padaku, Jimin!"

Gemuruh perasaan yang terlalu menggebu, mengorbankan tubuh Jimin terguncang cukup kuat. Sejeong sungguh kalut, melihat satu-persatu kelopak mawar yang layu itu berubah menjadi hitam.

Berada di posisi Jimin.. bukanlah sesuatu yang mudah. Dituntut netral, sekalipun tahu bahaya apa yang harus dihadapi Sejeong atas keputusannya. Tetapi keras kepala bagaimana guncangan dan todongan tanya serupa kembali mengudara ..Jimin menyerah.

"Hanya satu hal yang bisa kau lakukan untuk kembali menormalkan Jungkook menjadi manusia."

"Apa? Cepat katakan."

"Kau harus menikah dengannya."

Menikah —bukan bermakna secara harfiah yang sederhana. Dan semudah maksud difahami, telak Yeona menyergah —menyentak lengan Sejeong kuat sekali.

"Dengar.." Tekanan terlalu kuat, getar dalam suaranya menyiratkan betapa sakit ulu hatinya kini. "Hyuna —ibumu menginginkanmu terbebas. Aku yang dipercaya, dan mati-matian aku melindungimu dari makhluk menjijikkan seperti Jeon Jungkook itu. Ayahmu dan seluruh leluhur kita, mati sia-sia di tangan kotor iblis itu. Lalu sekarang ..Kim Sejeong, apakah kau akan semakin menghancurkan kita, dengan menyerahkan diri padanya? Dimana otakmu? Untuk apa kau melakukan hal bodoh itu, disaat kau sudah bebas kini!?"

Sejeong tahu, barangkali dirinya sudah gila. Yeona benar.. kebodohan Sejeong sudah tidak tertolong lagi. Tapi..

"Aku mencintainya, Imo."

Lirihan pedih yang telak menyulut seluruh pribadi terperangah. Cinta —bisa mendobrak segala kemustahilan. Tidak peduli kepada siapa hati berlabuh, cinta itu buta.

"Benar, Jeon Jungkook bersalah." Sejeong tidak akan menampik itu. "Jeon— dia teramat hina dan menjijikan. Tapi Jungkook —cintanya tulus. Dia mengakui itu kesalahan, tapi untukku ..cintanya adalah kebenaran. Dan hatiku membalasnya. Aku menginginkannya, apapun konsekuensi yang harus kudapatkan."

"Lalu bagaimana dengan cintaku?"

Sebesar ungkapan hati teramat dalam telak di-skakmat pertanyaan sederhana, jika Sejeong terkejut ..maka Yeona dan Yoongi lebih daripada itu, pun Jimin.

Ghost Touch [00:00]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang