[00:00] THE ENDING

23 3 25
                                    

Pas chapter ending semangat nulis malah turun 😪 Maapin ya kalo sekiranya penguraian dalam paragrafnya kurang waaahh... atau kurang ngena ke hati🙏🏻
        

      
_____________________00:00_____________________

.
.
Purnama di akhir musim dingin, inilah waktunya ..yang ditunggu-tunggu, tetapi teramat ditakuti oleh seluruh pribadi —yang mengumpulkan diri di hunian megah bertingkat dua itu.

Malam menjadi terasa begitu panjang, sebab ketegangan tak berkesudahan yang melanda. Tanpa ada yang menduga, proses persalinan cukup menelan waktu yang benar-benar menyiksa ..bagi Sejeong.

Desakan sudah Sejeong rasakan sejak hari baru mulai beranjak petang, tetapi tahu apa masalahnya.. disaat malam bahkan terus beranjak larut, si kembar masih belum menemukan titik terang untuk segera keluar.

Padahal Sejeong rutin bertugas —baik dengan Jeon ataupun Jungkook, setiap hari sampai menjelang proses persalinan yang telah diprediksi dokter. Tetapi sialnya rupanya hal itu sama sekali tidak mempengaruhi terbukanya jalan lahir.

Atau barangkali.. masalahnya bukan sesuatu yang sesuai dengan medis?

"Jimin, ku mohon akhiri semuanya disini. Sejeong benar-benar berada dalam masalah, kita harus membawanya ke rumah sakit. Demi Tuhan, aku tidak bisa melihatnya menderita lebih jauh daripada ini."

Jimin bukan bermaksud menjadi egois —mempertahankan argumentasi diri perihal tempat dan keadaan yang perlu dipenuhi dalam proses persalinan Sejeong. Bahkan lebih daripada Jimin, Sejeong sendiri menolak keras pergi ke rumah sakit —segila apapun rasa sakit yang menyerang sekujur tubuhnya. Tetap memilih bersalin di rumah, tanpa dokter ataupun seseorang yang ahli tuk membantu proses persalinan.

Terdengar sedikit gila. Tetapi ingat fakta bahwa.. persalinan Sejeong ini bukanlah sesuatu yang biasa. Jimin hanya berusaha menutupi kelainan proses persalinan ini dari mata dunia, pun Sejeong enggan siapapun mengetahui terjadinya proses mengerikan dan menyakitkan ini.

Cukup mereka.

Yoongi, Taehyung dan Ji Eun menunggu di luar —tepat di depan pintu kamar. Keberadaan Jimin di dalam kamar, tidak lebih hanya untuk menyertai Yeona —yang dituntut untuk menjadi dokter bersalin dadakan. Yeona sempat gentar bahkan menangis melihat kondisi Sejeong, maka tugas Jimin disini adalah untuk menguatkan dan meyakinkan wanita itu —melalui kata dan suara. Tentu saja, Jimin tidak terjun langsung melibatkan diri. Dia berdiri di posisi kepala Sejeong, sempurna menghadap Yeona dan sama sekali tidak melihat apa yang menjadi privasi Sejeong.

Sementara Jeon.. kosong bagaimana otaknya sama sekali tidak bisa berpikir, dia hanya mengikuti alur situasi menegangkan ini. Keberadaannya di sisi Sejeong —mendampingi dengan menggenggam erat tangannya tanpa terlepas, bukan serta-merta atas kehendak diri sendiri.

Singkatnya, Jeon seperti dalam pengaruh hipnotis. Tetapi faktanya tidak.

"Akh!"

Pekikan mendadak sontak mengejutkan seluruh atensi —pun Jeon ikut tersadar, berpusat pada Sejeong yang tengah membelak, merasakan sesuatu.

"Lagi, Imo."

23:40, kala Jimin memastikan waktu. "Kurasa kali ini sungguh, Yeona Imo."

"Aarghhkk!"

Tiada sekon bagi Yeona tuk menanggapi, sentak panik menuntut Yeona untuk sepenuhnya bersiap diri. Cengkraman yang kian menguat pada tangan Jeon dan sprei, menjadi tanda kontraksi kali ini jauh lebih luar biasa.

Ghost Touch [00:00]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang