[00:00] CHAPTER 8

30 4 17
                                    

_____________________00:00_____________________

.
.
Sesuai persetujuannya.. teramat lembut bagaimana Jeon merebahkan Sejeong di atas tempat tidur, berikut menjatuhkan diri mengungkung sempurna tubuh mungil itu. Tanpa rencana, stagnan-nya Jeon kala menemukan sepasang netra coklat Sejeong ..telak menahan keduanya ke dalam tatapan lekat, cukup lama.

"Sial, Kim Sejeong-ssi."

Makian terlalu mendadak dan tak terduga, jelas Sejeong terkesiap.

"Sebenarnya sihir apa yang kau gunakan padaku, eoh?"

Tiada kesempatan tuk menanggapi, Jeon lebih dulu merampas seluruh hak bicara Sejeong. Kecupan lembut tetapi dalam, akses yang segera dibuka membiarkan lumatan basah Jeon menjelajah masuk. Lidah yang mencari lawan, saliva ikut tertukar, secara bertahap pagutan berangsur panas.

Oksigen masih aman bagi Sejeong, tetapi tidak tahu kenapa ..pagutan lembut tetap menyulut laju pernapasan Jeon bergemuruh. Dia cepat mengusaikan pagutan, lalu menjatuhkan wajah telak di ceruk Sejeong. Napas panasnya.. sungguh, Sejeong merinding nyaris setengah mati.

"Kau sengaja 'kan pergi lama dari rumah, setelah menggodaku dan membuat nafsuku terikat pada tubuhmu? Kau dendam padaku, atau bagaimana? Huh?"

Lebih daripada tak menduga, Sejeong sungguh tidak mengerti mengapa Jeon mengatakan hal itu. Dia total sadar, tetapi ucapannya mengesankan dia seperti sedang dalam pengaruh alkohol. Jeon itu penganut gengsi dan munafik teramat tinggi, dan kejujurannya itu mengejutkan.

"Rasanya aku gila. Aku merindukanmu."

"Apa?"

Yang terakhir itu.. kenapa menjadi berdengung sekali di telinga Sejeong?

Jeon menggeleng rusuh, lalu menarik diri tuk kembali menampilkan wajah. Sepasang netra legamnya membingkai sempurna paras cantik di bawahnya itu. "Aku ingin tubuh dan servismu."

Oke, Sejeong mengerti.

Kedua tangan yang semula bertahta di sisi pinggang Jeon, beralih naik melingkari leher lelaki itu. Kesempatan sekon digunakan mengecup manis belah bibir cherry itu. "Apa yang kau lakukan saat aku tidak ada?"

Pertanyaan bodoh. Sejeong mengakui itu, dan sejujurnya tidak berekspektasi terlalu tinggi ..Jeon akan menjawab.

"Menurutmu!?" Siapa yang menyangka? —sorot netra legam itu menyiratkan ketersinggungan. "Aku akan memesan jalang yang lain, begitu?" Kontradiktif, itu tidak lebih hanya sergahan.

Alih-alih menakutkan seperti biasa, kini Jeon justru terlihat menggemaskan. Sejeong ingin terkekeh, tetapi sebisa mungkin bertahan.

"Kenapa tidak langsung mengatakannya padaku ketika ingin?"

"Salahku lagi? Aku sudah berkali-kali bertanya kapan kau akan pulang. Kau saja yang tidak memiliki perasaan!"

Jeon? Menggerutu? Demi Tuhan.. menggemaskan sekali. Sejeong tidak tahan, telak tergelak tepat di depan wajah lelaki itu.

"Yak! Kenapa tertawa?" Jelas, Jeon kian menjadi. "Lucu 'kah bagimu? Kau memang sengaja membuatku gila, ya?"

Sejeong kian tak tertolong. Maka untuk meredam gelak tawa yang ingin kian pecah, Sejeong menarik rengkuhan tuk mendekap tubuh Jeon. Menyembunyikan wajah di bahu lelaki itu, membenamkan tawanya disana.

Di detik ini.. Sejeong merasa Jungkook lah yang bersamanya, bukan Jeon.

Tetapi dekapan tidak berlangsung lama, Jeon kembali menarik diri tuk menatap Sejeong ..lekat, tetapi tersirat tajam. "Sekarang jangan berpikir untuk lolos dariku. Satu bulan, dan sekarang aku tidak akan berhenti sampai benar-benar puas. Jika perlu sampai pagi."

Ghost Touch [00:00]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang