Sheza Nameera akhirnya menginjakkan kaki di tempat kelahiran setelah satu tahun lebih tidak pulang. Kesibukan menjadi desainer di Paris menjadi salah satu alasan Sheza jarang pulang ke tanah air.
Di usia yang baru 25 tahun, Sheza sudah memiliki karier yang cukup mentereng di dunia mode. Setelah lulus kuliah setahun lalu, ia langsung bekerja di perusahaan fashion terkenal yang ada di Paris. Karya karya Sheza juga berhasil dipamerkan pada ajang fashion week, model sekaliber Gigi Hadid bahkan pernah runway dengan karyanya.
Memiliki karir mentereng di Paris, lalu pulang ke Indonesia sebagai pengangguran tidak pernah sekalipun ada di benak Sheza. Setelah menolak pulang dengan melewatkan dua hari setelah video call sang mama, Sheza akhirnya memutuskan pulang.
Jika kalian pikir Sheza pulang karena setuju menikah, kalian salah besar. Sheza pulang karena diacam papanya akan dicoret dari kartu keluarga. Sheza itu anak bontot dan manja, sekeras apapun sifatnya tetap takut jadi anak durhaka.
"Oh my god, panas banget sih!" Sheza mengomel sendiri karena merasa gerah. Bagaimana tidak gerah, pakaian yang ia pakai sekarang tidak seperti biasa ia pakai. Semua gara-gara ide Noura.
"Cowok jaman sekarang tuh lihat cewek dari looks. Dan, gue yakin calon lo itu bukan dari keluarga biasa secara kenalan nyokap lo kan banyak di lingkungan selebriti. Lo buat aja tu cowok ilfeel, siapa tau langsung minta batalin perjodohan." itulah ide yang Noura kasih sebelum Sheza pulang.
Mengikuti ide sahabatnya, Sheza keluar dari toilet dengan tampilan yang menyilaukan mata. Krudung berwarna pink, kemeja besar berwarna kuning, dan rok lebar berwarna hijau. Sungguh perpaduan warna yang sangat luar biasa. Beruntung Sheza memiliki sifat cuek, jadi tatapan mata orang-orang tidak membuatnya merasa malu.
Saat sedang direpotkan dengan pakaian, sebuah pesan masuk dari nomor asing. Pesan itu berisi informasi jika Sheza sudah ditunggu di area penjemputan terminal 3 lantai satu.
"Kemeja hitam, pakai kacamata." ucap Sheza sembari mencari ciri-ciri orang yang menjemput.
"Waktunya ber-akting." Sheza melepas kacamata hitamnya lalu berjalan ke arah seorang pria yang menjemputnya.
"Ehem." Sheza berdehem ketika sampai di samping orang yang jadi tujuannya.
Sudah Sheza tebak jika pria itu akan melihat dirinya dari atas sampai bawah saat pertama kali bertemu.
"Orang suruhan mama?"
"Kamu Sheza?"
"Hmm." Sheza hanya bersuara singkat.
"Saya Rafa, Cal—"
"Parkir dimana." Sheza memotong saja kata-kata yang akan diucapkan Rafa. Uluran tangan Rafa juga tidak dibalas. Malah berjalan mendahului Rafa menuju tempat parkir.
***
"Mama baru tahu kamu sekarang berhijab."
"Gak, ini gara-gara kalah main game sama Noura." alasan Sheza agar mamanya tidak curiga. "She ke kamar dulu ya ma. Gerah, mau mandi."
Tanpa menunggu jawaban mamanya, Sheza langsung lari ke dalam rumah. Ia sedang menghindari pertanyaan tentang orang yang baru saja mengantar sampai rumah.
Niat Sheza untuk hibernasi seharian setelah sampai dirumah pagi tadi, sirna. Sang mama dengan tanpa perasaan mengganggu tidurnya. Membawa ke butik untuk fiting baju pengantin.
"Ma aku belum setuju lho buat nikah. Tunangan aja belum ma, masa besok nikah."
Sheza kaget lah. Siapa yang tidak kaget jika baru diberitahu bahwa besok akan menikah ditempat fiting baju.
Rania tersenyum saja melihat putrinya merengek. "Siapa suruh gak langsung pulang. Kan mama udah bilang, lamaran langsung diterima kalo kamu gak pulang."
"Tapi gak besok juga, mama. Aku aja belum kenal dia. Kalo dia ternyata jahat gimana? ternyata dia tukang selingkuh, suka KDRT, pemabuk, emang mama tega aku digituin?" Rania terkekeh. Putrinya benar-benar mendramatisir semua.
"Maaf sayang, tapi undangan sudah terlanjur disebar."
Sheza ingin menangis rasanya mendengar semua fakta dalam satu waktu. Rencananya pulang untuk menggagalkan pernikahan bukan menikah.
"Gue masih gak nyangka lo besok nikah."
Kini Rafa sedang bertemu keempat temannya di salah satu cafe jakarta pusat. "Tadi pagi gue abis ketemu calon gue." ucap Rafa datar.
"Akhirnya setelah sekian lama kalimat 'calon gue' keluar dari mulut Rafa." Sean terlihat sangat senang menggoda Rafa.
"Terus gimana, cakep gak?"
"Pasti cakep lah, lihat aja mamanya cantik gitu." Sandy menyahuti pertanyaan Delon.
Rania Hadianto pemilik stasiun televisi swasta di Indonesia, siapa coba yang tidak kenal. Wajahnya juga beberapa kali muncul di majalah sebagai tokoh perempuan sukses di Indonesia.
Ditengah keributan teman temannya, Rafa mendesah pasrah. "Gue takut pernikahan ini gak sesuai harapan." Keempat teman Rafa langsung terdiam.
"Nikah enak Raf, percaya deh sama gue."
Sandy langsung memelototi Ben. "Raf, dijalanin dulu. Nanti kan kalian bisa belajar bareng, lo diskusi sama dia maunya gimana. Kuncinya komunikasi sih." Sandy mencoba memberikan solusi.
"Nah betul kata Sandy. Komunikasi itu kunci dalam hubungan. Kalo tetap gak bisa, gue siap jadi pengacara perceraian kalian."
"Huss, belum juga kawin udah cerai aja." ucap Sean memukul kepala Malik yang bicara asal.
Rafa mungkin bisa dengan mudah memahami klien, mengidentifikasi masalah masalah yang dihadapi sebagai pengacara. Namun, soal percintaan dia tidak bisa dengan mudah memahami.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Trying in Destiny
RomanceSheza Nameera seorang desainer muda yang baru saja meniti karier, harus merelakan kehidupan bebasnya berubah dalam satu minggu. Menikah dengan pria asing, melepaskan cintanya, dan meninggalkan karirnya di Paris. "Kalau kamu belum bisa menerima saya...