2. Abang Hanta

7 3 0
                                    

Nora meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Ia mengusap matanya yang masih sulit dibuka lebar. Sudah jam setengah enam pagi lebih dan dirinya masih mengantuk, padahal seharusnya sekarang ini ia sudah bersiap untuk pergi ke sekolah untuk mengajar.

Biasanya begitu, tapi semalam ia tidur jam dua belas malam, lebih larut dari biasanya, jadi bangunnya pun ikut mundur.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Nora pun pergi ke lantai bawah. Ia berniat untuk menyiapkan sarapan sederhana terlebih dahulu sebelum mandi.

Di tangga, Ia berjalan sambil memperhatikan dapur dengan dahi yang mengerut, ada seorang laki-laki yang sedang sibuk memasak di sana.

"Pagi," sapa pria itu saat menyadari keberadaan Nora.

"Pagi," sapa balik Nora. Ia berjalan mendekat pada meja makan untuk minum air putih terlebih dahulu. "Kok udah sampe sih, katanya mau berangkat dari Jogja-nya hari ini."

"Ga jadi, enakan perjalanan dini hari."

Nora mengangguk paham, lalu menghampiri kakaknya itu setelah puas minum air putih. "Masak apa?"

"Biasa, ayam goreng," jawab Hanta, "mau apa lagi?"

"Pisang goreng, mungkin?" usul Nora, "di kulkas ada pisang raja, yang kepok juga ada."

"Boleh, deh," sahut Hanta, "papa sama mama lagi pergi?"

"Heem, lagi ke pabrik yang di Jatim," terang Nora, "Aku mandi dulu ya, Bang."

"Iya, sana, udah hampir jam enam tuh."

Nora berjalan cepat menuju ke kamarnya lagi untuk mandi. Dan tiga puluh menit kemudian, ia kembali turun, menghampiri Hanta yang kini sudah duduk di meja makan.

"Itu bekalmu udah abang siapin, nanti jangan lupa di bawa," ucap Hanta mengingatkan.

Nora berdeham. Ia meletakkan tasnya di kursi yang ada di sampingnya, lalu segera makan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.35 dan sebentar lagi ia harus segera berangkat. Perjalanannya ke sekolah memerlukan waktu sekitar dua puluh menit, sedangkan sekolah masuk jam tujuh. Ia tak bisa terlambat. Kalau tidak, yang ada nanti ia bisa kena tegur kepala sekolah. Apalagi kalau muridnya berbuat macam-macam seperti kejadian beberapa bulan yang lalu, saat Nora masih awal-awal menjadi guru.

"Aku berangkat, ya." Pamit Nora setelah puas makan. Ia mengambil bekal makanannya dan meletakkannya ke dalam tas.

"Mau dianter?"

Nora mengangguk dengan penuh antusias. Sudah lama sekali ia tak diantar ke sekolah oleh kakaknya itu, terakhir kali saat ia masih di kelas sebelas. Lalu setelahnya sudah tak pernah lagi semenjak kakaknya pindah ke Yogyakarta karena pekerjaan. Jadi, semasa ia jadi mahasiswa, Nora selalu pergi sendiri atau diantar ibunya jika mereka ingin.

"Abang ambil kunci dulu," kata Hanta. Ia berjalan cepat ke kamarnya yang ada di lantai dasar, tepat samping dapur.

***

Mobil dikendarai dengan cukup kencang oleh Hanta. Laki-laki itu nampak fokus sekali menyetir. Nora bersyukur ia tinggal di daerah yang jarang ada kemacetan, jadi ia tak perlu menemui drama pagi.

"Gimana rasanya jadi guru?" tanya Hanta mengusir keheningan yang sedari tadi hinggap. Laki-laki itu menoleh sebentar pada Nora.

Nora tersenyum tipis sambil menatap jalanan, "Gimana ya ... lumayan asik sih."

"Wow," sahut Hanta, "Abang tuh masih nggak nyangka, bocil kok bisa ngurusin bocil."

"Ih, pa maksud?" Nora menatap sinis pada Hanta, sedangkan yang ditatap malah tersenyum senang.

HARI SENIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang