3.1 Restoran Kenangan

10 3 0
                                    

Nora menutup laptopnya, selesai sudah semua urusan ulangan kali ini. Koreksian selesai, begitu juga dengan laporannya. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Lalu meminum air putih dingin miliknya yang sebenarnya sudah tak dingin lagi.

"Gila, air putih emang the best!" serunya.

"Seger banget kayaknya, Ra." sahut salah satu guru yang duduk sejajar dengan barisan meja Nora. Wanita itu tersenyum memperhatikan Nora yang kini nampak kikuk. Diikuti dengan tawa guru-guru lain yang ada di ruangan tersebut. Entah menertawakan seruan Nora tadi, atau malah menertawakan Nora yang nampak malu.

Nora terkekeh, ia cukup malu dengan seruan anehnya tadi. Ternyata banyak sekali guru yang masih ada di ruangan ini. Dia baru sadar setelah melihat sekeliling. Mereka semua terus diam sejak tadi. Jadi, ia pikir rekan-rekannya itu sedang tak ada di tempat ini. Untungnya mereka semua nampak tak terganggu dengan perbuatannya itu.

"Iya, Bu. Padahal sudah nggak dingin."

"Begitulah nikmatnya kerjaan yang selesai, Ra. Air putih pun udah cukup buat bikin seneng." balas yang lainnya.

Nora kembali tertawa, lalu melihat pada jam tangannya. Jam 4 sore telah tiba, sudah lewat satu jam dari jam pulang seharusnya. Ia pun segera membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang setelah melakukan presensi pulang. Tak lupa juga berpamitan pada rekan-rekannya yang masih berjuang.

***

"Gimana kerjaanya? Lancar?" tanya Hanta saat mereka mulai keluar dari area Nevie School.

"Lancar," jawab Nora, "lancar banget malah, laporan UTS juga udah selesai semua."

"Wah, good job!" Hanta tersenyum, ikut senang dengan kelancaran hari Senin adiknya itu. "Oh ya, kamu mau ganti baju dulu atau nggak?"

Nora mengerutkan dahinya. "Emang kita mau ke mana?"

"Lah, ga mau jalan-jalan?"

"Oh iya!"

Nora baru ingat, tadi pagi Hanta mengatakan kalau sore ini mereka akan berjalan-jalan. Tak lupa juga sebenarnya, tapi ia tak mengira kalau Hanta serius dengan perkataannya itu. Ia pikir Hanta mengatakan hal tersebut hanya agar Nora semangat menjalani hari. Atau kalau bukan begitu, mungkin jalan-jalan yang dimaksud hanya sekedar mampir ke minimarket untuk membeli makanan ringan, seperti hal yang biasa ayahnya lakukan saat ia kecil dulu. Ia sudah cukup kebal dan tak terlalu mempedulikan janji-janji semacam itu. Kalau benar ditepati, ia akan merasa senang dan bersyukur. Tapi kalau tidak pun ia tak akan marah.

Tapi sepertinya Hanta memang akan mengajaknya untuk berjalan-jalan. Kalau tidak, untuk apa Hanta menawarkan untuk pulang dan mengganti pakaian terlebih dahulu?

"Mau lah!" seru Nora yang kini senyum lebar. "Tapi nggak usah ganti baju, kelamaan."

"Ndak bau, tah?" tanya Hanta yang sedang berusaha menjahili adiknya itu.

"Dih, yang bener aja. Nggak ya, masih wangi ini!" Nora menggerutu sambil menatap Hanta sinis. "Tapi emangnya kita mau ke mana?"

"Rahasia."

"Dih, rahasia-rahasiaan segala, apa banget!"

"Udahlah, bentar lagi juga tau."

"Hish!"

Nora memutar bola matanya malas. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya, mengisyaratkan pada Hanta bahwa dirinya sedang merajuk. Namun Hanta terlihat tak peduli. Laki-laki itu tetap fokus pada jalanan, tak melirik pada adiknya itu sedetikpun. Nora yang merajuk bukan hal baru baginya. Gadis itu memang selalu begitu, merajuk untuk membujuk.

HARI SENIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang