6. Life into You

4 1 0
                                    

Seperti sebelumnya Hyuntae kembali terjebak dalam lingkaran kematian ini lagi. Ia telanjur terjebak di dalamnya tanpa mampu untuk kembali. Kwon Namseok. Seorang pria paruh baya yang biasa disebut pimpinan bagi dirinya merupakan orang yang mempekerjakannya sejak insiden kebakaran yang menimpanya. Tentu saja bukan mempekerjakannya dengan baik seperti orang normal pada umumnya.

Sebuah organisasi serta perusahaan yang bergerak secara ilegal. Hyuntae tak memiliki pilihan lain selain bekerja pada orang bernama Kwon Namseok. Sejak insiden itu pun nama Hyuntae kini berubah. Kwon Yoonjae. Sejujurnya Hyuntae benar-benar tak sudi memakai nama marga keluarga Kwon Namseok, tapi mau bagaimanapun juga ia harus tetap menggunakan nama itu untuk penyamarannya. Kang Hyuntae sudah tercatat sebagai korban meninggal dalam insiden kebakaran yang lalu. Pemakamannya pun diselenggarakan oleh keluarga Choi Hayoon.

Hyuntae tidak pernah berkunjung ke makamnya meski di sana juga merupakan makam dari ayahnya. Alasan pertama karena ia tak pernah memiliki waktu untuk sekedar berkunjung karena selalu ditugaskan di luar kota. Lalu setelah ia kembali ke kotanya seperti sekarang, ia kembali menemukan alasan mengapa ia tak mengunjungi makamnya. Alasan selanjutnya cukup sederhana dan mudah ditebak. Keluarga Hayoon dan Hajun sering mengunjungi makamnya.
Hyuntae tahu semua yang keluarga kecil itu lakukan di tempat ini. Bahkan ketika pemakaman ayah kakak beradik itu pun Hyuntae hadir di sana—ikut mengawasi dan mendoakan dari jauh. Hyuntae takut bertemu Hayoon. Ia takut dengan pandangan Hayoon terhadap dirinya. Ia takut karena telah mengecewakan Hayoon dan Hajun yang menjaganya sejak kecil.

Hyuntae sama sekali tak bisa fokus terhadap apa yang orang tua itu katakan. Ia bisa merasakan bahwa sesekali Kwon Namseok meliriknya tajam, tapi tetap saja yang dikerjakan Hyuntae di ruang rapat kecil itu hanyalah meminum soju yang telah disediakan. Pikirannya melayang ke antah berantah, tanpa menyisakan sedikit pun ruang untuk perkataan Kwon Namseok masuk. Rapat selesai tanpa disadari.

Hyuntae ikut beranjak ketika orang-orang di sampingnya beranjak. Tatapan orang tua itu masih saja menghunjamnya. Hyuntae pun berhenti, “Apakah saya mengganggu anda?” tanya Hyuntae.

Semua orang di ruangan itu sudah pergi dari dulu  dan hanya menyisakan Hyuntae dan Kwon Namseok. Alih-alih menjawabnya orang tua itu justru terkekeh mendengar pertanyaan Hyuntae.

“Nak! Kau harus bekerja keras untuk melunasi hutangmu. Kau perlu belajar lagi bagaimana cara hidup di dunia ini.” Setelah mengatakan itu, Kwon Namseok kembali terbahak.

Namseok menyerahkan sebuah kotak cincin kepada Hyuntae. “Berikan ini ke rumah direktur utama perusahaan Yeon.”

Hyuntae melirik kotak cincin itu. Ia sudah bisa menebak isinya. Tentu saja itu bukanlah cincin permata biasa. Kamera kecil terpasang di dalam permatanya yang indah. Selain itu di dalamnya tersembunyi serbuk terlarang. Memang ini lah pekerjaan yang Hyuntae jalani bertahun-tahun. Sebuah dunia yang tak pernah dibayangkan Hayoon.

-oOo-

Dini hari Hyuntae kembali menjalankan misinya. Ia datang ke kediaman kliennya sesuai yang diperintahkan Kwon Minseok padanya. Hyuntae memilih setelan jas untuk misinya kali ini. Ia harus bertindak senormal mungkin agar tak dicurigai. Kelopak bunga magnolia masih sama beterbarannya seperti kemarin. Ah, tidak! Bakan kali ini lebih indah dari kemarin. Pagi yang cerah. Setidaknya begitulah sampai suara klakson memenuhi pendengarannya. Seorang wanita menyebrang

Siapa yang menyangka di antara begitu banyaknya wanita dan kebetulan yang ada di dunia. Takdirnya justru terjatuh kembali pada wanita bernama Choi Hayoon. Hari itu, di antara kelopak merah muda yang beterbangan Hyuntae dapat merasakan suhu hangat milik Hayoon. Tatap mereka bertemu—menunggu kepastian dan kerinduan dari masing-masing pasang mata.

Apakah anda baik-baik saja?” Hyuntae bertanya untuk mengusir kecanggungan antar keduanya. Namun bukannya mendapat jawaban dari Hayoon, Hyuntae justru meliat setitik air mata nyaris terjatuh dari bendungannya.

“Hyuntae-ah? Bagaimana kabarmu?” Hayoon kembali bertanya. Kini, air mata itu telah jatuh dan membasahi pipinya. Pada akhirnya selalu saja seperti ini. Kehadiran Hyuntae hanya membuat Hayoon sakit dan menitikkan air mata.

“Aku meindukanmu,” lanjut Hayoon dengan suaranya yang tercekat.

◦•●◉✿Limbo✿◉●•◦

[Thanks]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙇𝙄𝙈𝘽𝙊 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang