Now playing : Satu Bulan by Bernadya
Tiga hari berada di Bali sudah cukup untuk membuat selembar cerita panjang untuk dibagikan kepada banyak orang. Teman Sejiwa tidak bisa Berlama-lama mengingat beban kerja terus menyerang mereka meski sebisa mungkin menikmati liburan.
Sepanjang perjalan pulang, Rendra menatap ke luar jendela pesawat yang ia naiki dengan tatapan nanar. Seperti yang kita tahu, tidak ada yang istimewa dari kerumunan awan yang bertarung dengan angin di luar sana, kecuali birunya langit yang kadang kala membawa pertanyaan sejauh fatamorgana yang tak bisa diterka, biru yang entah asalnya dari mana.
Di sebelah, Narda sedang memainkan ponselnya dengan serius. Dalam mode terbang, ia tengah asyik menonton animasi yang sudah ia download sebelum penerbangan.
"Nggak tidur? Katanya nanti malem lo langsung ada meeting." Rendra setengah berbisik, tak ada suara apa pun kecuali mesin pesawat. Di baris sebelah, Cakra dan Mahesa juga sudah pulas, entah kalau Jonathan dan Jinan yang ada di baris depan.
"Lo kenapa nggak tidur? Kepikiran nasihat Bang Mahesa tadi?" Narda balik bertanya tanpa menatap Rendra di sebelah. Sepertinya, film animasi yang tengah ia tonton lebih menarik ketimbang wajah Rendra. "Nggak usah terlalu dijadiin beban. Jadiin aja pegangan lo buat lebih tegas sama keadaan dan hati lo, toh masih banyak waktu, kan?"
Oh ya, omong-omong, perihal nasihat yang diberikan Mahesa sebelum keberangkatan pesawat beberapa jam yang lalu adalah perihal Abelia Saraswati, nama perempuan yang begitu familiar dalam pertemanan Sejiwa beberapa waktu terakhir.
Dia adalah salah satu karyawan resto Rumah Haikara (sejak resto dibuka), sudah cukup lama. Baru-baru ini Rendra tertangkap basah oleh Jinan dan Mahesa sering mengantar gadis itu pulang. Padahal, sebelum-sebelumnya dia terlihat sedang dekat dengan perempuan bernama Samantha. Iya, Samantha. Perempuan yang pernah menggegerkan pertemanan Sejiwa dan meninggalkan trauma besar dalam hidup Rendra. Masih ingat dengan cerita Jonathan yang mengatakan bahwa Rendra pernah tidur dengan seorang wanita? Nah, itu dia. Samantha namanya.
Tentang peristiwa kelam yang membuat Rendra masih sering menangis saat membahasnya, Teman Sejiwa juga belum tahu bagaimana kronologi lengkapnya.
"Saking banyaknya waktu yang gue buang gue sampe mikir sebanyak apa pun waktu yang dikasih juga nggak akan pernah cukup karena gue cuma make buat bengong doang."
"Terus gimana? Mau teriak?"
Rendra diam, ia pandangi Narda yang tampak fokus menonton, tapi ternyata dia bisa menyimak pembahasan ini dengan benar. Padahal, ia menonton sambil membaca subtitle karena animasinya berbahasa Jepang.
"Kalau mau teriak tinggal teriak, kalau mau lari ya tinggal lari. Ngapain ditahan-tahan?"
"Kalau terjun dari pesawat?" Mendengar pertanyaan gila tersebut, Narda akhirnya menoleh juga.
Ia tatap wajah Rendra yang mengarah kepadanya, lalu geleng-geleng kepala.
"Emang seberat itu masalahnya sampe lu mau terjun dari pesawat?"
Rendra terkekeh lalu memajukan sedikit bibirnya. Dasar Narda Abyu Karang, dia kan hanya bercanda. Terjun dari pesawat itu bunuh diri, Tuhan sangat benci dengan bunuh diri.
"Gue ngomong gitu biar lo liat ke arah gue, bosen bengong doang sedangkan lo asyik nonton, bagi-bagi kek make headsetnya."
"Ye, bilang kek dari tadi!" Narda melepas kabel sebelah kanan dan menyerahkan kepada Rendra untuk berbagi. Untungnya ia membawa headset kabel yang lebih praktis. "Ini udah episode 25, kalau nggak mudeng jangan nyalahin gue ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
6. Garis Khatulistiwa [PREVIEW]
RomanceBAGIAN KE ENAM - 'Semesta Dan Rumahnya' "Cinta itu, emang punya batas, ya?" Punya. Cinta punya batas. Cinta tanpa batas adalah terjun ke jurang, bunuh diri, mati. Cinta tanpa batas tak kenal menyerah, tak kenal lelah, tak kenal henti. Menyakiti yang...