"Bener enak?!" tanya Jessi sekali lagi, aku kembali mengangguk.
"Aku mau...!" ucap Jessi dengan nada yang meninggi, alisnya menekuk tajam seperti anak kecil yang tak dikabulkan keinginannya.
Cuph
Bibirku terasa hangat sesaat, sesuatu yang kenyal menyentuh bibirku dan aku yakin itu adalah bibir Jessi. Ia menciumku. Aku tak mungkin salah.
"Ia menciumku?!"
Ciuman tersebut terjadi singkat, namun bagiku bagaikan terjadi sepanjang 10 tahun. Aku bisa mengingat jelas bagaimana bibir tipis dari gadis bernama Jessi ini menyentuh bibirku, ketika bibirku merasakan lembut bibirnya terasa mengenai bibirku, ketika nafasnya berhembus mengenai wajahku, ketika harum tubuhnya tercium secara langsung dan segar mengenai hidungku. Mataku membelalak, sama seperti Fiony dan Freya saat ini. Jessi menatapku dengan bingung ketika ciuman singkat itu berakhir, apalagi ditambah dengan reaksi Fiony dan Freya yang nampak panik. Sebelum aku sempat mencerna apa yang terjadi, Fiony dan Freya sudah menarik Jessi pergi meninggalkanku sendirian di ruang bersama ini. Ia, kini aku mematung tak bergerak karena kejadian yang baru saja ku alami.
"Kenapa tadi..."
Aku masih berdiam, berdiri dengan bingung sambil telingaku mendengar suara pintu tertutup yang sepertinya datang dari arah kamar. Aku menduga itu adalah Fiony, Freya, dan Jessi yang masuk ke kamar setelah apa yang barusan terjadi. Jujur saja, aku juga ingin lari ke kamarku dan mencerna apa yang baru saja terjadi tetapi reaksi tubuhku lebih memilih untuk berdiri tak bergerak seperti sebuah patung.
"Kenapa diam aja?" sebuah suara dari arah belakang membuatku akhirnya tersadar dari keadaan membeku yang ku alami.
Aku menoleh ke arah suara yang ku kenali pemiliknya tersebut, namun aku menoleh untuk memastikan kembali sang pemiliknya. Benar dugaanku, Marsha tengah berdiri di ujung lorong namun wajahnya terlihat sangat serius. Kini, ia melipat kedua tangannya sambil menatapku tajam.
"Eh... gapapa..." balasku sedikit panik, jelas saja karena aku tak mungkin mengatakan padanya kalau bibirku baru saja dicium oleh Jessica.
"Gapapa?" tanyanya lagi, dengan pandangan tajam yang masih sama.
Dalam keadaan normal, mungkin seharusnya aku panik atau bertanya-tanya ketika melihat Marsha mengerutkan wajah, menatap dengan tajam, dan melipat tangannya dengan serius tersebut. Tetapi, aku tak mengerti apakah ini reaksi yang terjadi karena Jessica baru saja menciumku. Namun, aku melihat Marsha dengan berbeda kali ini. Fokusku mengarah kepada bulat payudaranya yang menyembul terangkat karena ia melipat kedua tangannya di dada. Saat aku menyadari fokusku yang salah, baru lah aku fokus melihat ke arah Marsha yang nampak kesal padaku. Aku tak tau apa yang membuatnya seperti ini namun aku benar-benar bisa merasakan aura kemarahannya mengarah ke arahku.
"Kenapa Sha?" tanyaku balik padanya karena aku tak mengerti mengapa ia seperti ini.
"Kenapa gak bilang aja?" balasnya, seperti melemparkan sebuah pisau tajam ke arahku.
"Eh, bilang apa sih?" tanyaku, masih berusaha mengelak.
"Aku liat kok, aku juga liat Cefio, Freya, Jessi." balasnya, singkat dan tajam.
"Eh... tapi itu gak kyak yang kamu sangka..." ujarku, meski aku tak tau kenapa Marsha mengintrogasi seperti ini, tetapi aku tau pasti arahnya akan berbahaya bagiku bila tak segera aku luruskan.
"Emang aku nyangka apa? Kamu aja gak jujur"
"I.. iya... emang gitu yang terjadi... Jessica cium aku""Oh gitu... tinggal bilang aja dari awal. Kenapa harus ngelak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Homestay48
FanfictionLiam, seorang pemuda yang memulai hidup barunya dengan tinggal di sebuah Homestay "Helisma". keadaan kuliahnya membuat ia harus memilih tinggal jauh dari orang tua. Tinggal di tempat baru dengan suasana baru justru membuat hidup Liam dipenuhi banyak...