Kenyang dan bahagia, itu lah yang baru saja terjadi pada kami berempat. Makan mie ayam yang sangat enak dan menghabiskan waktu bersama sambil mengobrol membuat mood kami menjadi sangat baik. Apalagi, aku yang baru pindah dan mengenal mereka bisa diterima oleh ketiga gadis tersebut. Sekarang kami sudah berada di mobil untuk pulang ke homestay, seperti tadi aku duduk dengan Marsha di belakang sedangkan Freya dan Fiony di bagian depan mobil. Berbeda dengan ketika berangkat, saat pulang kami lebih banyak diam karena kekenyangan.
"Ngantuuuk..." ucap Marsha sambil mengangkat kedua tangannya, meregangkan tubuhnya sambil menguap di sebelahku.
Pluk.
Ia berbaring, dengan santainya. Aku sampai membatu tak bergerak, terkejut dengan tingkah Marsha. Ia berbaring bukan di atas jok mobil, ataupun bersandar pada sandaran jok mobil, tetapi ia berbaring tepat di atas pahaku. Dengan santainya ia berbaring dan menggunakan pahaku sebagai bantal, sedangkan aku yang menjadi "korban" hanya mematung tak tau harus berbuat apa.
"Hihi Fre" Fiony terlihat tertawa kecil sambil melirik diriku dari spion tengah.
"Iya, diem tuh jadinya haha"
Aku yang merasa sedang diomongin, langsung melirik ke arah mereka. Kedua gadis itu terkekeh melihat wajahku yang pasti terlihat panik saat ini.
"Hei, ini gimana?" ujarku yang panik, namun Fiony hanya meledek ke arah diriku.
"Yaudah, emang kenapa?" balas Freya, namun aku bisa melihat wajahnya yang iseng.
Aku menghela nafas, perlahan aku menggerakan tubuhku agar Marsha tidak bangun. Aku ingin membiarkan dirinya tertidur karena ia terlihat pulas sekali di atas pahaku. Aku memperhatikan Marsha, yang terlihat sangat menggemaskan ketika tengah tertidur. Wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih, rambutnya yang hitam dan indah kini berada di depan mataku. Wajahnya terlihat tenang, berbeda sekali dengan dirinya yang biasa, yang ramai dan tak bisa diam. Pipinya yang tembem terlihat menggemaskan, wajahnya imut sekali ketika tidur. Bibirnya yang merah muda kontras dengan kulit putihnya yang terlihat sangat halus bagai tanpa celah.
"Tidur tidur..." pikirku dalam hati, mencoba tenang.
Ya, wajar untuk seorang pria normal sepertiku, pasti ada reaksi-reaksi yang timbul bila ada lawan jenis tidur di atas pahaku. Aku mencoba menahan sekuat tenaga, mencoba menganggap ini semua biasa saja. Meski jantungku berdegup dengan sangat kencang dan "adik kecil"ku yang mulai memberontak, aku berusaha membiasakan hal ini sekuat tenaga. Aku memejamkan mata, mencoba memancing rasa kantuk akibat kekenyangan setelah makan tadi.
"Hh... zzz..."
Akhirnya, aku terlelap karena rasa kantuk ku yang menang.
_____________________
"Liaaam... bangun!" aku mendengar suara Marsha.
Aku langsung bangun dengan cepat, terperanjat karena suara Marsha. Ia masih duduk di sampingku namun dengan pintu mobil yang sudah ia buka, sepertinya aku ketiduran ketika kekenyangan di dalam mobil tadi.
"Yeee malah tidur kamu woo" ledek Marsha padaku.
"Lah, kan kamu yang tidur duluan?" balasku tak terima, tetapi gadis itu meninggalkanku turun lebih dulu sambil meledek menjulurkan lidahnya.
"Tapi aku gak tidur pas sampai, kamu tidur!"
Aku turun dari mobil dan mengikuti gadis itu dari belakang, lalu disusul oleh Freya dan Fiony yang juga turun dari mobil. Kami memasuki ruang tamu homestay bergantian.
"Marsha..." panggilku sambil mengikutinya dari belakang, ia berjalan meninggalkanku sambil sesekali melirik dan meledek.
Entah kenapa, aku seakan diajak olehnya untuk mengikuti meski ia tak mengatakannya secara gamblang. Aku mengikuti dirinya sampai ke depan kamarnya, ia lalu membalik badan saat kami berada di depan pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homestay48
Fiksi PenggemarLiam, seorang pemuda yang memulai hidup barunya dengan tinggal di sebuah Homestay "Helisma". keadaan kuliahnya membuat ia harus memilih tinggal jauh dari orang tua. Tinggal di tempat baru dengan suasana baru justru membuat hidup Liam dipenuhi banyak...