14

3 1 0
                                    

Ternyata Jasmine diajak oleh Fauzan ke sebuah danau, di sana terdapat banyak pengunjung yang menaikki perahu. Jasmine tersenyum melihat pemandangan indah seperti ini, sial di saat seperti ini di kepala Jasmine malah mengalir ide ceritanya. Hal itu sudah biasa dirasakan oleh Jasmine sebagai seorang penulis, ketika menulis di rumah idenya seakan-akan tersendat. Namun ketika berada di luar rumahnya, idenya seperti kebanjiran di kepalanya.

Ketika baru saja tiba di danau, Fauzan berpesan kepada Jasmine untuk duduk terlebih dahulu di sebuah kayu pohon yang besar, tempatnya cukup dekat dari daerah danau. Jasmine memandangi daerah sekitarnya dan mengambil gambar danau tersebut. Jasmine juga berselfie untuk dia posting di sosial medianya nanti. Setelah menunggu Fauzan seorang diri, tibalah Fauzan dengan membawakah dua buah es krim rasa cokelat di tangannya.

Fauzan memberikan es krim tersebut kepada Jasmine, awalnya Jasmine masih malu-malu untuk menerima es krim tersebut tapi karena Fauzan terus memaksanya maka dari itu akhirnya Jasmine mau menerimanya. Mereka berdua memakan es krim dalam diam sembari melihat ke sekeliling mereka, tapi ada hal yang membuat Fauzan kaget. Es krim Jasmine yang tiba-tiba saja terjatuh ke tanah entah karena apa.

Itu kan kang Noval, ternyata dia udah ada pacar, batin Jasmine.

“Hei, Jas? Kamu gapapa? Es krimnya gak enak ya makanya kamu buang?” Fauzan melambaikan tangannya tepat di hadapan wajah Jasmine, sedangkan pandangan Jasmine terfokuskan pada satu titik.

Jasmine menggelengkan kepalanya, lalu menunduk. “E-enggak kok kang, a-aku cuma sedih aja, maaf ya kang es krimnya jadi jatoh padahal akang udah mahal-mahal beli es itu.”

“Kamu sedih kenapa? Perasaan tadi kamu happy-happy aja deh,” ungkap Fauzan.

Sebagai jawaban Jasmine hanya menggelengkan kepalanya sekilas saja, dia kembali menatap ke arah di mana Noval sedang duduk dan tertawa bersama seorang perempuan yang disebut-sebut sangat mirip dengan Jasmine, yaitu Queena. Fauzan mengikuti ke mana arah pandangan Jasmine, raut wajahnya berubah menjadi datar dan kesal, dalam hatinya dia sudah tahu jika Jasmine ternyata menyukai Noval secara diam-diam.

“Kamu suka sama dia?” tanya Fauzan ketika es krimnya sudah benar-benar habis.

Jasmine menarik napasnya panjang, kemudian berucap, “Ya gitu deh kang, aku suka sama kang Noval bukan artinya cinta atau apa. Tapi aku kagum sama dia, dia baik mau bantu ayahnya dagang. Y-ya bisa dibilang aku juga emang suka sama dia sih, dia ganteng. Tapi ternyata dia udah ada cewe, teh Queena pula cewenya,” jelasnya.

“Gimana ya, bukannya akang larang kamu buat suka sama dia. Tapi dia itu emang gak suka sama anak kelas tujuh, maksud akang tuh bukan buat kamu makin sedih ya, Jas. Toh emang kenyataannya gitu, kamu juga tahu kan akang sama dia temenan. Jadi dia sering banget cerita sama akang dan akang tahu gimana tipe cewek dia.” Fauzan menatap wajah Jasmine dari samping.

“Iya kang, aku paham. Gak seharusnya juga aku suka sama kakak kelas kayak gini,” jawab Jasmine dengan lesu.

“Lagian, aku juga masih belom dapet lampu ijo buat pacaran dari orang tua aku,” lanjutnya.

Noval emang sialan asli, harusnya Jasmine bahagia di sini. Kenapa dia pake ada di sini segala si?,. batin Fauzan.

Keheningan kini melanda Jasmine dan Fauzan, mereka berdua hanyut dalam pikiran masing-masing. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia Jasmine karena dia untuk pertama kalinya ke danau seperti sekarang ini, kini berubah menjadi kesedihan karena Jasmine melihat orang yang dia sukai sedang berdua bersama perempuan lain, dan yang lebih menyakitkannya ternyata perempuan yang ada bersama Noval adalah kakak kelas yang dekat dengannya, bahkan sudah dia anggap seperti kakak sendiri.

“Jadi, sekarang kamu mau pulang atau gimana?” tanya Fauzan.

“Nanti dulu deh kang, jangan langsung pulang. Kasihan juga akangnya udah jauh-jauh jemput aku. Oh iya kang tapi nanti anter aku pulang jangan di depan rumah banget ya? Takutnya udah ada papi di rumah, nanti aku dimarahin,” pesan Jasmine.

Fauzan mengangguk cepat. “Siap nona, aman itu mah.”














Tbc

RelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang