06

7 2 0
                                    

"Renatta!" panggil Erlangga.

Merasa dirinya dipanggil, Renatta cepat-cepat datang kepada orang yang memanggilnya. Dia tersenyum kala melihat siapa orang itu, Erlangga mantan kekasihnya dulu. Erlangga menarik tangan Renatta dan membawanya ke mobil, Renatta bertanya-tenya dalam hati Erlangga hendak membawanya ke mana. Jujur saja Renatta saat ini panik karena Erlangga membawa mobil dalam kecepatan tinggi.

Kepanikan Renatta hilang saat tahu bahwa Erlangga mengajaknya ke sebuah café, Renatta tak henti-hentinya tersenyum dan dengan sangat percaya dirinya berpikir bahwa Erlangga hendak mengajaknya berpacaran seperti dulu. Namun sayang sekali pikiran Renatta salah besar, tujuan Erlangga mengajak dirinya ke café untuk membicarakan kejadian semalam dan meminta penjelasan mengapa Renatta bisa membawa dirinya ke apartemen.

"Silakan pesen yang kamu mau, apa aja bakal aku bayar," perintah Erlangga. "Asal kamu bisa jawab pertanyaan aku," lanjutnya.

Kening Renatta berkerut, kemudian berucap, "Tanya apa? Kok muka kamu keliatannya serius banget sih?" tanyanya.

"Tentang kejadian semalam, apa yang terjadi sama kita berdua? Bilang sama aku kalo kita gak ngelakuin apa-apa!" jawab Erlangga dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Hal ini bisa Renatta manfaatkan agar dirinya dan Erlangga bisa kembali menjalin hubungan spesial seperti dulu, bahkan mungkin bisa menikah jika Erlangga mau. Renatta menundukkan kepalanya, memikirkan jawaban seperti apa yang bisa membuat hati Erlangga luluh. Namun pada kenyataannya meluluhkan hati Erlangga tidak semudah yang dirinya bayangkan, ditambah Erlangga sudah mempunyai anak remaja.

"Jangan diem aja, Re. Jawab!" paksa Erlangga.

"Kita gak ngapa-ngapain kok, maaf ya Lang. Tapi ya jujur aja aku sekarang butuh banget uang buat kehidupan aku. Kamu tahu sendiri kan sekarang gimana kondisi keluarga aku, perusahaan papi aku udah bangkrut. Aku juga punya anak remaja, dia baru aja masuk SMP, tapi suami aku meninggal tahun kemarin, aku capek," ungkap Renatta.

Erlangga memijat keningnya perlahan, kemudian berucap, "Tapi gak harus kayak gitu juga, kamu tahu kan aku sekarang udah punya anak? Inget aja ya, Re. Aku gak akan pernah mau ninggalin keluarga aku, karena aku gak mau Jasmine setelah menikah nanti punya suami yang menghianati dia, paham?" peringatnya dengan cukup tegas.

Sial, cara aku buat ambil hati Erlangga salah, batin Renatta.

Keheningan melanda Erlangga dan Renatta, mereka berdua memesan makanan dan minuman terlebih dahulu. Dan selama kurang lebih lima belas menit keduanya menunggu pesanan mereka tiba. Tapi tiba-tiba saja mereka dikagetkan dengan kedatangan Alexa, perempuan itu menyiramkan sebotol air yang dibawanya kepada Renatta, sehingga pakaian Renatta basah kuyup. Sekarang Alexa, Renatta dan Erlangga menjadi bahan perhatian pengunjung.

Di sini Alexa paham, hanya melihat Erlangga dan Renatta yang berduaan saja sudah langsung berpikir yang tidak-tidak. Erlangga segera menenangkan Alexa dan membawanya ke luar dari café sementara Renatta sudah tidak bisa menahan lagi rasa malunya akibat pakaiannya basah kuyup, Renatta memutuskan untuk ke kamar mandi dan mengeringkan pakaiannya di sana, menggunakan tissue.

"Lepasin aku mas! Aku gak sudi dipegang lagi sama kamu, kamu jahat! Kamu gak takut kalo anak kamu yang kena karmanya nanti?" ucap Alexa dengan intonasi bicara yang meninggi.

"Maksud kamu apa sih? Aku gak ada apa-apa sama Renatta, aku gak mungkin juga selingkuh karena aku gak mau anak perempuan aku satu-satunya diselingkuhin juga sama suaminya nanti. Jangan mikir yang macem-macem!" jawab Erlangga tegas.

Alexa memandang ke arah lain. "Udah lah, jangan banyak bohong kamu mas. Wajar kamu selingkuh sama dia karena kalian pernah pacaran dulu, no problem."

"Lexa, dengerin penjelasan aku dulu plis." Erlangga meraih jemari Alexa namun dengan cepat ditepis oleh Alexa.

Alexa berkacak pinggang, kemudian berucap, "Udah, aku butuh waktu buat sendiri mas. Jangan ganggu aku, inget ya Jasmine nanti pulang jam setengah satu. Kalo kamu bisa jemput tolong jemput dia, aku pergi dulu," pamitnya. 





RelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang