Gabriel mengangkat bahu dengan santai, ekspresinya seolah tak peduli. “Hubungan antara penjual dan pembeli selalu saling menguntungkan. Bahkan permintaan yang paling aneh pun harus dipenuhi, selama pembeli menginginkannya. Victor hanyalah bagian kecil dari permainan.”
Zane menatap pria di hadapannya, mencoba menembus logika Gabriel yang tampak tak tersentuh oleh moralitas. Gabriel berbicara tentang kekuasaan dan kendali dengan begitu ringan, seakan hidup manusia hanyalah pion dalam permainan besar yang ia kendalikan. Namun Zane tahu, Gabriel bukan hanya seorang pedagang nyawa. Ia lebih dari sekadar monster.
“Kamu benar-benar rela merendahkan dirimu di hadapan mereka?” tanya Zane, nadanya sarat skeptisisme yang tajam.
Gabriel tertawa pelan, dengan tatapan yang berubah lebih tajam. “Kekuasaan hanya dimiliki oleh mereka yang berani merendahkan orang lain untuk meraihnya. Dan kamu, yang masih percaya pada sistem hukum yang kamu bela, apakah kamu bersedia merendahkan dirimu untuk meraih kendali?”
Pertanyaan Gabriel menusuk Zane. Gabriel tidak hanya bermain dengan logika, ia seolah memutarbalikkan filosofi gelap yang terkandung dalam buku yang sedang dipegangnya. Zane tahu bahwa setiap kata Gabriel adalah permainan berbahaya yang harus dia waspadai. “Dan apa yang kamu dapatkan setelah merendahkan dirimu? Nyawa? Atau sesuatu yang lebih... menyenangkan?”
Tatapan Gabriel semakin dalam, dan senyumnya berubah menjadi tajam.
“Aku tidak membunuh manusia, Zane. Aku membunuh prinsip. Bukankah prinsip yang kamu bela dalam pekerjaanmu? Tapi terkadang, prinsip itu sendiri bisa—dan memang seharusnya—dilanggar.”Kata-kata Gabriel terasa seperti duri yang menusuk perlahan ke dalam pikiran Zane. Logika bengkok itu membuat dadanya sesak, dan ia mengusap telinganya dengan ringan, mencoba mengusir rasa tidak nyaman yang mulai merayapi pikirannya.
“Kamu mungkin berpikir telah membangun dirimu di atas prinsip yang kamu langgar. Tapi kamu bukan Raskolnikov. Kamu bukan pahlawan tragis. Kamu hanyalah manusia yang tersesat.”
Gabriel tertawa pelan, dengan nada sarkastis yang menusuk. “Tersesat? Atau mungkin... bebas? Kamu mungkin akan mengingat tiga nama ini: Pangeran Hamlet, Meursault, atau Raskolnikov.”
Senyum tipis tetap menghiasi wajahnya, seolah ada teka-teki tersembunyi di balik setiap kata. “Manusia butuh udara untuk hidup. Kadang, mereka harus keluar dari belenggu dunia ini untuk merasakan kebebasan. Apa kamu tidak melihatnya, Zane?”
Gabriel jelas ingin Zane terjebak dalam teka-tekinya. Tiga nama itu: Hamlet dari karya William Shakespeare, Meursault dari The Stranger karya Albert Camus, dan Raskolnikov dari Crime and Punishment karya Fyodor Dostoevsky. Zane mengenali mereka semua, tetapi apa maksud sebenarnya Gabriel? Apa yang coba dia sampaikan melalui karakter-karakter ini?
Tawa Gabriel perlahan mereda, dan ekspresinya berubah menjadi dingin, hampir datar, sulit ditebak. “Tangkap aku, kalau itu yang kamu inginkan. Mungkin aku hanya ingin beristirahat sejenak dari penyakit parah ini... dan tidur di tempat yang lebih nyaman.”
Zane terdiam, mencoba memahami kata-kata Gabriel yang terasa begitu dalam dan penuh lapisan makna. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya tampak dirancang untuk membuat Zane terus menebak-nebak. Tapi Zane tahu, menangkap Gabriel sekarang tidak akan menjadi akhir dari segalanya. Ini hanyalah bagian dari permainan panjang yang Gabriel siapkan dengan cermat.
Dengan napas panjang, Zane merogoh saku blazernya dan mengeluarkan walkie-talkie. “Kalian bisa masuk.”
Dalam hitungan detik, sekelompok polisi bersenjata penuh masuk ke ruangan, bergerak cepat dengan senjata terarah langsung ke Gabriel. Mereka tidak memberi ruang untuk kesalahan.Thomas dan Elise bergabung di sisi Zane, keduanya memperhatikan situasi yang semakin tegang. Edward, dengan langkah yang angkuh, maju dan mencoba mengambil kendali penuh atas operasi ini.
Gabriel tetap diam, tanpa perlawanan. Tatapan matanya tenang, seolah sudah menerima apa pun yang akan terjadi. Borgol mengunci pergelangan tangannya dengan bunyi klik tajam, namun pria itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan atau ketakutan.
Zane memandang Gabriel ketika pria itu dibawa keluar, langkahnya lamban saat menuruni tangga kayu yang berderak. Sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, Gabriel sempat menoleh, dan Zane menangkap senyum tipis di wajahnya—senyum penuh misteri, penuh arti yang belum bisa dipecahkan.
Saat suara langkah Gabriel akhirnya menghilang, Zane tetap berdiri diam, matanya masih tertuju ke arah pintu. Dia tahu ini bukan akhir. Gabriel sedang memainkan permainan yang lebih besar. Tapi apa sebenarnya yang diinginkannya? Zane tahu dia harus mencari jawabannya, dan waktu tidak berpihak padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374654918-288-k244879.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tabir Kegelapan
Mystery / ThrillerJakarta, kota yang gemerlap dengan kehidupan malam hiburan dan bisnis megah, menyimpan sisi gelap yang tak terlihat. Di balik kilauannya, Gabriel Rorschach beroperasi sebagai manipulator ulung. Dia menawarkan jasanya kepada mereka yang berada di amb...