BAB 13

1.9K 49 0
                                    



Ansel melihat sekeliling dan tidak melihat keberadaan sang ibu di sana. Seketika hatinya diliputi oleh perasaan sedih sebab lagi lagi sang ibu tidak menepati janjinya.

"Ansel, mamamu belum datang. Lebih baik menunggu di dalam saja. Nanti bu guru akan memberitahu mama kalau Ansel ada di kelas," ucap guru menenangkan.

Ansel kembali ke ruang kelas mengikuti perkataan gurunya. Di sana juga ada beberapa anak yang juga belum dijemput sama seperti dirinya. Ansel memutus untuk bermain bersama dengan mereka. Dia mengambil sebuah balok kemudian menyusunnya menjadi sebuah gedung yang besar. Ketika Ansel sedang sibuk dengan balok-balok tersebut, tiba-tiba seorang anak laki-laki bertubuh gempal menyenggol susunan balok milik Ansel. Ansel langsung bangun dan menatapnya dengan marah.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menghancurkan gedung yang sudah kubuat?" Ansel menata tajam ke arah bocah itu.

Bocah itu melihat ke arah balok tersebut kemudian berkata, "Aku hanya tidak sengaja."

Bocah itu langsung berbalik, hendak pergi dari sana tetapi Ansel segera menghentikan langkahnya. Ansel berdiri di depan bocah gempal itu kemudian berkata, "Kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus minta maaf padaku!"

"Tidak mau! Aku tidak mau minta maaf pada anak yang tidak punya ayah sepertimu!"

Wajah Ansel berubah merah padam, tatapannya menyalak, kedua tangan mungil itu terkepal di sisi kanan dan kirinya. Seketika reaksi tubuh Ansel langsung membuat bocah gempal itu ketakutan. Ansel mengangkat kedua tangannya kemudian langsung menghajar bocah yang sudah merendahkannya.

Sementara itu, Aleena berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat. Tetapi seniornya seakan tidak bisa bekerja sama, selalu saja ditambahkan ketika tumpukan dokumen sudah tersisa sedikit. Aleena memejamkan kedua matanya dengan erat kemudian mengambil tas dan segera berdiri, tidak peduli dengan seniornya yang saat ini masih berdiri di depannya.

"Mau kemana kamu? Kamu tidak boleh pergi sebelum menyelesaikan pekerjaan ini!" Senior itu berkata dengan amarah.

"Saya akan mengerjakan nanti setelah aku jemput anak saya di sekolah."

Aleena tidak peduli lagi, dia segera pergi meninggalkan kantor dan menjemput putranya. Aleena sudah meminta bantuan Harry ternyata pria itu tidak bisa menolongnya sebab ada pekerjaan ini juga harus segera diselesaikan saat ini juga.

Aleena berpikir bahwa dia akan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan ternyata berhasil dilakukan. Tetapi seniornya malah terus saja membuatnya bekerja sehingga pekerjaan Aleena seakan tidak ada habisnya. Aleena segera pergi menuju sekolahan Ansel, saat baru saja sampai, dia segera pergi menuju ruang kelasnya. Di sana ternyata hanya ada seorang guru yang sedang membereskan beberapa mainan.

"Permisi," ucap Aleena, jantung yang berdegup dengan kencang, sendiri saat ini dia sangat ketakutan.

Guru itu menolehkan kepala dan seketika langsung tersenyum menatapnya. Segera berdiri dan menghampiri Aleena dengan berkata, "Maaf, cari siapa?"

Guru itu adalah guru Ansel, tetapi memang tidak pernah bertemu dengan Aleena. Saat mendaftarkan putranya, Aleena hanya bertemu dengan kepala sekolah. Terlebih ini adalah hari pertama sekolah, jelas saja belum banyak orang yang mengetahui wajahnya.

"Saya mamanya Ansel, maaf karena sudah terlambat menjemput, tapi di mana anak saya?"

Seketika itu juga ekspresi wajah guru langsung berubah, tetapi dengan cepat dia menjawab, "Mohon maaf, Nyonya. Tadi Ansel sudah dijemput oleh pria yang mengaku sebagai ayahnya."

Bermalam dengan CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang