6

264 32 14
                                    

Galen telah di periksa dan diobati oleh dokter dan sekarang sudah berada di ruang rawat bersama dengan Khairan, bi Sum, dan juga kang Asep, walaupun masih dengan kondisi belum sadarkan diri.

Khairan menatap Galen iba, bukan sekali dua kali ia melihat sahabatnya ini seperti sekarang.

Wajah Galen tampak pucat dengan masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya, infusannya yang juga memakai kantong darah karna memang Galen kekurangan banyak darah akibat kejadian tadi sore, serta kepalanya yang diperban.

"bik, kang, pulang duluan aja gapapa, Khairan aja disini yang jagain Galen"

"baik den, terimakasih ya den"

"iya kang, bik sama sama"

"assalamualaikum" kang Asep dan bi Sum berjalan keluar dari ruangan.

"waalaikumsalam" jawab Khairan (-Galen)

Khairan duduk di samping Galen. "ga cape apa lo bolak balik kesini mulu"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Galen membuka matanya perlahan, ia melihat ke sekeliling nya yang penuh dengan warna putih serta peralatan medis, dan ada Khairan juga disampingnya.

"apa yang lo rasa? pusing ga?" tanya Khairan.

"dikit" ucap Galen dibalik masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya.

"lo kenapa bisa gini sih? kenapa juga pulang sendiri ga nungguin gw"

"lo kelamaan sih, jadi ya.. gitu" jawabnya cengengesan.

"trus ini" Khairan menunjuk luka perban di kening Galen.

"kepentok tangga, ga tau deh kalau luka" jawab Galen dengan mengelus luka perban nya.

"ada aja jawabnya" Khairan hanya menggeleng gelengkan kepalanya mendengar jawaban dari sahabat nya itu.

"ini boleh ga sih dilepas" ucap Galen seraya menunjuk masker oksigen yang dipakainya.

"emang udah ga sesek?"

"udah gak, pake ini gw jadi susah ngomong"

"serius?" Galen mengangguk kecil.

"udah deh gausah dilepas, takutnya ntar lo yang kenapa napa" Galen memutar bola matanya malas mendengar ucapan Khairan.

"tolong panggilin dokternya dong"

"mager"

"yaudah gw panggil sendiri aja"

"eh! sampe nginjek lantai tu kaki gw patahin" ancaman Khairan yang berhasil membuat Galen kembali berbaring.

"serem amat si" lirih Galen.

"yaudah panggilinnnn" Khairan langsung berdiri dari duduknya. "bentar" ucap Khairan.

"marah lo? yaudah kalau ga mau gausah, sorry"

"marah? ngapain coba gua marah, kenapa juga lagi lo minta maaf"

"ya abisnya! mungka lo datar amat"

"dari lahirnya begini ya mau gimana juga"

"udah, gua ga marah, bentar gw panggil dokter dulu" sambungnya dan beranjak pergi dari sana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah selesai diperiksa oleh dokter, ternyata Galen sudah diperbolehkan untuk pulang karna kondisi nya yang sudah lumayan membaik.

Sekarang Khairan dan Galen sudah berada di dalam mobil milik Khairan dan sudah dalam perjalanan menuju ke rumah nya Galen.

Galen ingin menurunkan sedikit kursi mobil yang sedang diduduki nya namun tangannya ditahan oleh Khairan. "Gw bantu"

"Gausah lo juga lagi bawa mobil, fokus nyetir aja sono ntar nabrak"

Khairan tak menghiraukannya dan langsung menurunkan kursi yang diduduki Galen.

Tak lama setelah nya sampailah mereka di depan halaman rumah Galen, Galen ingin turun tapi ditahan lagi oleh Khairan.

"Apasi, daritadi nahan nahan mulu"

"Tunggu"

Khairan keluar dari mobil dan membukakan pintu Galen, Khairan menjongkok di depan Galen dengan menghadap membelakanginya. "Naik"

"Gak, gw jalan sendiri bisa Ran"

"Udah naik aja apa susahnya sih"

Mau tak mau Galen menurut dan langsung naik ke punggung Khairan, selalu setiap Galen sakit Khairan pasti selalu seperti ini, sangat overprotektif kepadanya.

Setelah sampai dikamar Galen, Khairan langsung menurunkan Galen dari punggung nya.

"Thanks" ucap Galen sembari duduk di kasur nya.

"Sama sama" Khairan ikut duduk di kasur sebelah Galen.

"Oiya cewe yang duet sama lo tadi siang tu siapa si namanya lupa gw" ucap Khairan.

"Virly"

"Nah iya Virly. cantik tau, lo ga ada niatan mau pacaran gitu, biar bisa double date kita, ga cape apa jadi nyamuk nya gw sama Bella mulu"

"Gak, kan gw anaknya kalian" jawab Galen dengan tampang polos nya.

"Aelah lu"

"Lagian aneh aneh aja lu, gw sekarang ga ada niatan mau pacar pacaran sama sekali Ran, palingan pacaran cuma bisa bikin sakit hati doang, males"

"Ga gitu juga kali konsepnya, kadang cinta itu ya tergantung nasib kita nya aja, contoh nya gw sama Bella ga ada masalah apa apa tuh udah 5 tahun sampe sekarang alhamdulillahnya aman aman aja"

"Bodoamat, tetep ga mau"

"terserah deh" Khairan mengambil bantal yang terletak di atas kasur itu.

"Gal! Lo ngapain naro cutter di bawah bantal begini?"

Galen mematung. "duhh, gimana ini"

"Jawab Gal, lo ga lukain diri lo pake ini kan?"

"E-enggak, i-itu, gw abis motong buah lupa naro lagi ke dapur, ga nyadar juga kalau ada di bawah bantal gw untung lo nemuin"

"Serius, ga bohong kan lo?"

"Iyalah, ngapain juga coba gw bohongin lo"

"Sini tangan lo gw cek" Khairan mengambil tangan Galen dan ingin menggulung lengan bajunya, namun Galen menepis tangan Khairan. "eh Ran! bentar ya, gw mau k-ke k-kamar mandi" Galen langsung beranjak dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi yang terletak di pojok kamarnya.

"lo ga lukain diri lo pake cutter ini kan Gal? Sumpah alasan lo ga masuk akal" batin Khairan.






















bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

wound inner childTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang