Bab 19. Kedatangan Tamu

13 2 0
                                    

Hanya butuh waktu saja, sebentar lagi semua akan terungkap, siapa dan mengapa itu bisa terjadi.

***

Keesokan harinya Damian memutuskan untuk menemui Bibinya Kiara, dia harus memastikan sesuatu, rasanya tidak mungkin jika beliau tidak tau soal ini.

"Ya, silahkan mas..." Diana berhenti berucap.

"Kau?" ucapnya dengan sendu.

"Dimana Ibumu?" tanya Damian.

Diana terdiam sejenak, selama ini ia kesulitan mencari keberadaan Damian, dan sekarang ternyata datang dengan sendirinya.

"Bukankah kau ingin bertemu denganku, Damian?" tanyanya.

"Tidak! Kedatanganku ke sini untuk bertemu Ibumu." Rasanya cukup sakit mendengar itu.

"Diana siapa?" Teriak Ibunya dari dalam, dan sepertinya sedang berjalan mendekat ke sini, setelah sampai di dekatnya mata Marni langsung menyipit.

"Damian, mau apa kau ke sini?"

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan anda," ucap Damian dengan serius.

"Baiklah, ayo kita bicarakan di dalam!" Ajaknya.

Damian segera masuk, bahkan mengabaikan Diana yang kini menatap sendu, benar-benar tidak tertarik sama sekali padanya. Diana menatap ke arah luar, dia pikir Damian datang dengan Kiara ternyata sendirian.

Marni sudah mempersilahkannya untuk duduk, kali ini suasananya tidak enak, di tambah tatapan Marni yang begitu sinis, mungkin karena kecewa dengan keputusan Damian.

"Mau bicara apa, sampai kau datang ke sini?" tanyanya.

Damian mulai menatap dengan serius, matanya terus menelanjangi wanita didepannya itu, sampai dia seperti tidak nyaman.

"Saya ingin menanyakan kejadian di masa lalu, saat Kiara masih berusia delapan tahun."

"Apa maksudmu? Saya tidak paham, memangnya kau mau menanyakan soal apa? Soal kehidupannya di masa kecil, begitu?"

"Soal tragedi yang menimpa keluarganya."

Marni langsung terdiam, dapat memahami apa yang di maksud oleh Damian.

"Soal kematian orang tuanya akibat perampokan." Lanjut Damian.

"Kau datang ke sini hanya untuk membahas kejadian tragis itu? Apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaanku, aku bahkan tidak mau lagi mengingatnya." Raut wajah Marni terlihat sedih.

"Kau pasti menyembunyikan sesuatu, apa selama ini kau yang sengaja menutup kasus ini?"

"Apa maksudmu, Damian? Aku ini Adiknya dari Ayahnya Kiara, mana mungkin aku setega itu. Kau ini mau cari tahu apa sebenarnya? Kenapa seakan menuduhku?"

"Menuduh? Memangnya ada perkataanku yang menuduhmu?" tanya Damian sehingga membuat Marni kembali diam, Damian makin curiga karena perkataannya seakan memang benar bahwa dia telah menyembunyikan sesuatu.

"Itu sudah lama, jadi tidak usah di bahas lagi, Kakakku juga sudah tenang di alam sana."

"Aku cuma ingin tau, apakah saat itu pelakunya sudah tertangkap? Kalau sudah, katakan dimana dia di penjar? Atau kalau sudah bebas beri aku alamatnya."

"Aku tidak tau soal siapa pembunuhnya, karena saat itu polisi pun tidak bisa menemukannya."

"Tidak bisa menemukannya! Rasanya aneh sekali, memangnya polisi sebodoh itu?"

"Damian, kau ini bukan bagian dari keluarga kami, kenapa rasa ingin tahumu begitu tinggi?"

"Aku menanyakan ini mewakili Kiara, dia berhak tau siapa pembunuh kedua orang tuanya. Jangan-jangan kau memang tidak pernah melaporkan kasus ini, atau mungkin, kau sendiri dalang di balik ini semua."

Asmara dalam Dendam (Open PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang