10. Persoalan ngambek

6 2 0
                                    

Bu Wening melangkah memasuki restoran putra bungsunya pagi ini, ia sudah berada di Solo sekarang setelah diantar supirnya dari Jogja. Wanita paruh baya itu melangkah sambil membawa bingkisan berisi makanan dan cemilan untuk semua yang ada disana.

Nampak anak bungsunya sedang memimpin briefing pagi para karyawannya yang sekaligus sahabatnya, tentu saja Bu Wening mengenal semuanya, karena Asa sering bercerita tentang mereka, begitupun dengan Mahen.

Nampak anak bungsunya sedang memimpin briefing pagi para karyawannya yang sekaligus sahabatnya, tentu saja Bu Wening mengenal semuanya, karena Asa sering bercerita tentang mereka, begitupun dengan Mahen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini pasti lebih rame daripada kemarin, karena jangkauan masyarakat lewat promosi yang kita posting di sosmed mempengaruhi minat mereka buat kesini."

Asa benar-benar bicara dengan serius, dan semuanya mendengarkan.

"Semangat ya, kita bangun restoran ini bareng-bareng. Sementara seminggu ini kita full time dulu sambil ngamatin customer volume beberapa hari biar gue bisa bagi shift kalian minggu depan enaknya gimana."

"Semuanya bakal stay disini kan, kecuali bang Mahen, Raden, sama Andy. Kalian bertiga balik ngurusin restoran Jogja kan?"

Ketiganya mengangguk.

"Kaluna jadi asisten manager gue disini, kalo butuh sesuatu dan gue lagi gak bisa, kalian bisa hubungin sepupu gue yang cantik ini."

Kaluna sedikit tersipu mendengar Asa yang memujinya, padahal jarang sekali si denial itu mau memuji orang.

"Minggu ini kita capek-capekan bareng ya, gue traktir apapun yang kalian mau tiap closingan, intinya gue mau kita kerja maksimal dan bonusnya juga gue kasih maksimal."

Seketika senyum sumringah teman-temannya tertampak jelas dari wajah mereka semua.

Senyum bangga tercipta dari bibir sang Ibu, melihat anak-anaknya bisa berguna bagi orang disekitarnya, didikannya tidak gagal selama ini. Ia menjadikan dua putranya sebagai orang yang baik, bahkan sangat baik.

"Assalamualaikum."

Salam dari bu Wening mengundang atensi mereka.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka serentak.

"Gimana Sa, lancar GO nya? Maaf ya Mamah harus beresin perusahaan Papamu dulu kemarin, jadi gak bisa ikut gunting pita." Ucap Bu Wening sambil berjalan menghampiri mereka.

Asa memeluk Mamahnya dan menjawab "gak pa-pa Mah, ada bang Mahen kok. Makasih ya udah bantuin Asa beresin masalah di perusahaan Papa, Asa beneran hampir gila kemarin."

"Selagi ada Mamah, semuanya beres." Kata Mahen yang juga ikut memeluk sang mamah.

Diam-diam Naya tersenyum sendu melihat keharmonisan yang terpampang di depan matanya, ternyata sebahagia ini ya jika memiliki rasa utuh dalam keluarga, Naya mulai merasa iri dengan hidup Asa.

"Asa sama yang lain siap-siap buka dulu ya Mah, setengah jam lagi jam 10.00. Mamah bisa santai di ruangan Asa, ditemenin Kaluna juga oke." Kata Asa sambil melepas pelukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 ASA SANDYAKALA | Renjun NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang