#3) a half teaspoon of salt

15.3K 1.5K 93
                                    

#3) a half teaspoon of salt

.

.

.

.

.

.

Jujur saja, Friska tak mampu berpikir.

Segala macam pikiran mendadak kebas ketika mendengar jawaban Bintang itu. Ia... kaget. Terhenyak, mungkin. Tak menyangka Bintang akan menjawab seperti itu, tepat dengan pandangan lurus ke matanya. Serius, berani, rapuh. Semua itu Friska rasakan dari melihat cermin mata Bintang namun ia tak bisa berpikir satu hal pun. Ia juga tidak mengerti kenapa begitu.

Kini, di depannya, Bintang tengah berjalan menuju apartemen teman Bintang yang bernama Jose. Pria itu bilang bahwa lebih baik ke tempat yang private untuk mengobrol.

"Eh, Tatang, lo kasih gue alamatnya si temen lo ini aja, ya. Soalnya gue mau belanja dulu di sekitar sini."

Kaki Bintang berhenti. Tubuhnya berbalik. "Lo mau belanja baju? Kenapa nggak di Galleria tadi aja?"

"Dih, gue bukan mau belanja baju. Gue mau beli bahan-bahan buat bikin kue!"

Sejenak, Bintang mengambil beberapa detik untuk melihat toko-toko di sekitarnya. Etalase yang menampilkan jajaran kue beraneka topping, roti-roti gemuk yang terlihat renyah, jendela kafe yang memperlihatkan aktivitas pelayan dan para pengunjung di dalamnya, semua itu merasuk ke dalam pengelihatan Bintang. Harum roti hangat tercium, bersamaan dengan bau kopi, teh, serta rempah-rempah Eropa klasik. Enak sekali aromanya. "Ya udah, Fris. Gue temenin. Cuma belanja makanan, kan?"

Friska mengangguk. "Iya, tapi mungkin aja gue bakal lama. Jadi mending lo pulang duluan aja. Ntar lo kasih alamat flat temen lo lewat chat."

"Nggak usah. Gue tetep ikut."

"Bujut, ngeyel amat lo."

"Jadi belanja bahan makanan nggak, sih?" ujar Bintang, tak sabar. "Gue lagi suntuk, Fris. Makanya mending gue ikut lo aja daripada mendekam di flat."

Menyerah, Friska pun akhirnya berjalan melewati Bintang. Tak berkata apa-apa lagi. Ia mulai sibuk memerhatikan kanan-kiri jalan untuk mencari bahan-bahan makanan yang hendak ia beli.

Toko yang pertama Friska kunjungi adalah toko penjual bahan-bahan kue dan roti. Hampir seluruh bahan yang ia butuhkan berhasil ia dapatkan di toko itu. Namun ia masih harus membeli kismis dan dark chocolate untuk penambah topping. Di toko kedua yang ia kunjungi, ia mengintip Bintang yang berdiri di dekat etalase coklat putih ketika dirinya tengah menunggu kembalian dari si penjual. Bintang tidak terlihat bosan. Pria itu justru terlihat menikmati pemandangan, suasana, dan aroma lezat yang menyerbak di sepanjang mereka jalan.

Friska lalu mengajaknya keluar untuk kembali menuju flat-nya Jose, teman Bintang. Sejurus setelah mereka menapakkan kaki di luar toko, aroma roti tercium dari toko sebelahnya.

"Holly molly." Friska mendesah sambil memejamkan mata. Hidungnya kembang-kempis mencium aroma roti yang nikmat sampai kepalanya sedikit terangkat. "Gue kayaknya mencium bau roti dari surga dunia."

Bintang ikut mengembang-kempiskan hidungnya, memejamkan mata, merasakan aroma lezat yang Friska maksud. "Oh, God." Pria itu mendesah. "Oh dear, holy God, itu barusan bau roti paling enak yang pernah gue cium."

"Tatang, masa di situ roti kismis...."

"Dan itu ada roti bagguette...."

"Gila, Tang, gue wajib banget beli itu roti. Kalau engga, mungkin gue bakal nyesel sampai Indonesia."

Cheesy | ✓Where stories live. Discover now