#4) four tablespoons of white vinegar
.
.
.
.
.
.
"It's perfectly normal, Ta. Just chill out."
Bintang mendengus mendengar ucapan Jose. 'Chill out', katanya? Disuruh tenang di saat-saat genting begini? "Shut it, Jo. Just don't talk to me."
"Bintang, please. Lo cowok dan udah dewasa. Ini kejadian normal. Why are you making such a huge deal out of it?" tanya Jose dari luar kamar mandi. "Dan lo nggak perlu nyuci bantalan duduk sofa gue! Itu bisa di-laundry!"
"Anjrit," damprat Bintang. "Gue nggak mau aib ini dilihat orang asing, Jo," lanjutnya penuh penekanan. "Cukup lo aja yang tahu kejadian jahanam ini. Nggak perlu lah sampai menyebar luas ke temen-temen gue yang lain." Bintang menggosok bantalan duduk di sofa Jose lebih kencang. Satu, karena ia emosi, dan dua, karena ia ingin pekerjaan ini cepat kelar.
"Apa tadi, Ta? 'kejadian jahanam', kata lo?" tanya Jose tak yakin. "Elo habis mimpi basah, njir. It was one of the pleasant thing a man can experience! Dan lo di sini, tega-teganya bilang wet dream sebagai kejadian jahanam? Nggak bersyukur lo dilahirkan jadi lelaki."
"Bukan begitu," geram Bintang sambil membilas bantalan duduk. "Masalahnya, momen wet dream-nya lagi nggak pas!"
"'Nggak pas' apanya? Yang namanya mimpi basah, mah, bisa terjadi kapan aja. You're a dude. Just prepare for it. Lagian normal-normal aja kok kalau lo mimpi basah lebih dari sekali, atau kalau itu terjadi di usia laki-laki sepantaran kita."
Bintang menghela napas frustrasi. Tidak, Jose tidak mungkin mengerti posisinya. Tumpuan permasalahannya bukan terletak dalam kemampuan biologis tubuhnya untuk melakukan wet dream, atau sekadar momen yang tidak pas, atau keharusannya untuk mencuci benda-benda yang 'terkotori' dengan hal empiris apa pun yang berasal dari tubuhnya. Tidak. Bukan cuma itu. Yang jadi masalah, objeknya dalam mimpinya tadi malam itu adalah....
Oh, sungguh.
Rasanya Bintang ingin menenggelamkan kepalanya di dalam bathtub berisi air saja sampai mati.
"Eh, tadi Friska telepon, tuh. She said she'll be here in fifteen minutes!"
Bintang membeku.
Friska? Friska? Friska?
Astaga, dia lupa bahwa perempuan itu akan kembali ke apartemen Jose!
Buru-buru, Bintang membilas dua bantalan duduk sofa yang tadi malam ia jadikan alas tidur. Bantalan duduk itu lalu ia jemur di balkon flat Jose. Disangga di atas ember yang menampung air yang menetes. Ia pun segera menghilang menuju kamar tamu untuk berganti baju.
Jose memasuki kamar tersebut dan mengernyit heran melihat temannya itu. "Lo mau ke mana?"
"Pergi."
"Ke?"
Bintang meraih jam tangan, memasangnya di pergelangan tangan tanpa menatap Jose. "Nanti bilang aja ke Friska gue lagi pergi. Ada urusan penting yang nggak bisa diganggu-gugat." Pria itu lalu memerhatikan penampilannya di kaca, yang jelas saja, meski sudah dibalut pakaian up-to-date macam apapun, kantung matanya masih mampu terlihat jika orang mau memerhatikan lebih teliti. Ia pun meraih sebuah sunglasses dan mengenakannya. Lumayan, benda itu bisa menutup kantung mata dengan efisien. "Pokoknya, nanti lo usir dia secara halus. Jangan sampai dia pulang kemaleman."
![](https://img.wattpad.com/cover/42327587-288-k899694.jpg)
YOU ARE READING
Cheesy | ✓
RomanceBerniat 'membelokkan' jalan hidup yang ia pikir akan terasa cheesy bersama Bintang, Friska justru ditimpa dengan konspirasi semesta yang menghancurkan rencananya. Tak ada yang menduga mereka akan bertemu lagi setelah sepakat akan menghindari satu sa...