Episode 2

114 21 1
                                    

RAYAN POINT OF VIEW

Aku habis bungkusin nasi uduk pesenan orang, seperti biasa sebelum berangkat aku bantuin Ayah sama Ibu dulu. Aku udah pakai seragam tinggal berangkat aja. Aku juga udah makan nasi uduk buat sarapan.

"Yan, ini nasi uduknya Rizal, Thoriq, sama Avreen Ibu tarus di totebag ya. Jangan lupa dibawa. Kerupuknya ambil sendiri kalau kurang." Ujar Ibuku.

Ibuku juga tau aku udah dikunci sama tiga cowok. Bagaimana tidak kalau mereka aja kerjaanya ke rumah aku sampai bantuin Ayah sama Ibu kalau nggak ada kerjaan. Awalnya aku sempat ditentang Ayah tapi aku ngeyakinin diri kalau aku bisa berbagi buat bertiga.

"Mereka kok jarang ke rumah ya?" tanya Ayah.

"Lagi sibuk Yah, mereka kan mau ngelanjuti sekolah." Balasku.

"Iya juga ya, emang mau pada kemana?" tanya Ayah lagi.

"Kalau Avreen mau ke Semarang kalau enggak ya Jakarta. Kalau Thoriq katanya Surabaya, kalau Rizal dia belum bilang apa-apa." Jawabku.

"Misah-misah dong." Balas Ayah.

"Iya, nggak apa-apa kan mau ngejar cita-cita. Soal nanti biar sambil jalan aja." Balasku.

"Iya juga ya, cuman bakal kangen aja sama mereka bertiga."

Ayah malah yang kangen bukanya aku. Sedeket itu Ayah sama mereka makanya Ayah sama Ibu sering nanyain mereka bertiga.

Setelah kerjaan selesai, aku berangkat ke sekolah naik angkot. Sampai sekolah aku naruh tas dulu habis itu aku mau ke kelas sebelah karena ada pesenan nasi uduk juga. Padahal kelas itu, kelasnya Avreen.

Aku sampai di kelasnya Avreen, orang yang pesen nasi uduk udah datang tapi belum sama Avreen. Baru aja aku mau keluar kelas, aku berpapasan sama dia di depan pintu.

"Gue nggak dibawain nasi uduk?" tanya Avreen.

"Itu di kelas, bareng punya Thoriq sama  Rizal." Jawabku.

"Ntar gue ambil." Ujarnya.

Avreen langsung menuju kursinya, aku hanya ngelihatin dia aja. Sempat ngerasa aneh sama perlakuan Avreen, biasanya dia yang paling manja tapi hari ini agak lain.

Aku mencoba menghiraukan Avreen walaupun tetap aja nggak bisa. Sampai aku lewat kelas 12-F3 dimana kelas yang aku hindari banget. Sebenarnya nggak masalah lewat sana cuman jangan ada orang itu, mantanya Avreen.

Mungkin lagi nggak beruntung aja. Dia lagi berdiri masih menggunakan jaket. Ketawa-ketawa sama geng miliknya. Aku ngelewatin mereka sampai aku dengar sesuatu dari bibir mereka.

"Ih pakai pelet apa ya enaknya biar ikan-ikanya kepancing?"

"Minimal lah ya jalan-jalan ke mall gitu."

"Kasihan, selera mantan lo sekarang rendah banget hahaha"

Aku tau mereka ngomongin siapa, aku nggak mau berspekulasi lebih soal ini. Kenyataanya juga aku nggak selayaknya dapat mereka bertiga.

Aku balik kelas sampai jam pertama selesai. Aku keluar bentar karena Thoriq yang nyuruh. Aku bawain sekalian nasi uduknya.

Waktu aku keluar, aku lihat Thoriq lagi main hp di depan kelasku. Setelah lihat aku dia langsung senyum. "Nasi uduknya mana?"

"Ini, jangan lupa dimakan. Itu buat Avreen sama Rizal sekalian ya." Kataku.

"Siap boss" jawabnya tegas.

Kulihat sejenak sepatu yang dia pakai, sepatu baru yang aku tau dari adek kelasnya itu. Emang beneran bagus mana kelihatan mahal banget.

"Aku masuk dulu ya." Pamitku.

Sang RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang