Episode 4

66 17 1
                                    

RAYAN POINT OF VIEW

Sekolah lagi ada kegiatan, semua kelas kosong nggak ada pelajaran. Aku diajak Agnes ke kantin. Sambil dipanas-panasin sama dia. Padahal aku udah muak dengerin semua kecurigaan itu.

Waktu aku lagi makan tiba-tiba aja Thoriq duduk di sampingku, mengambil sendok yang lagi aku pegang dan makan bakso yang aku pesan.

"Gue cariin di sini rupanya." Ujar Thoriq sambil ngunyah bakso.

Aku natap ke Agnes, dia malas buat bantu aku biar nggak ditahan sama Thoriq. "Kenapa sih? Ada gue malah diem." Thoriq merasa diacuhkan.

"Nggak apa-apa, tiba-tiba nggak mood aja gue." Balas Agnes.

Thoriq menengok ke aku. Aku sedikit meliriknya tapi aku acuhkan lagi. "Sana deh lo pergi, gue mau sama cowok gue." Usir Thoriq ke Agnes.

"Idih ngusir gue, lo yang harusnya sadar diri! Baru dateng ngusir-ngusir! Curut lo!" Agnes beneran marah, dia kan emang sifatnya gitu mana sambil pergi misuh-misuh sendiri.

Kini di kantin cuman aku sama Thoriq, dia masih ngelihatin aku sedangkan aku cuman nundukin kepala aja.

"Lo kenapa sih? Dari kemarin lo diemin gue mulu." Tanya Thoriq.

"Nggak apa-apa, lagi capek ngomong aja." Balasku.

"Bukan gue doang yang ngerasa, Rizal juga ngerasa lo diemin kita. Kalau ada masalah ngomong." Entah kenapa aku rasanya mau marah tapi nggak bisa.

"Aku mau ke kelas ya." Aku berdiri tanpa nunggu persetujuan Thoriq, aku langsung jalan menuju kelas.

Belum juga sampai kelas, aku udah ketemu Avreen yang lagi duduk di depan toilet cowok. Ini juga kenapa aku harus lewat sini, kan jadinya ketemu Avreen.

Keberadaanku diketahui sama Avreen, dia senyum lalu berdiri buat nyamperin aku. Aku mendadak balik arah tapi sialnya Thoriq ada dibelakang.

"Lo kenapa sih?" tanya Thoriq waktu berpapasan sama aku.

Avreen yang baru dateng langsung nanyain keadaan. "Kenapa nih?"

Canggung, mendadak suasananya makin nggak nyaman. "Aku mau ke kalas nih." Ujarku.

"Nggak! Sebelum lo jelasin ke gue, lo nggak boleh balik kelas."

Nada suara Thoriq ngebuat aku sedikit takut. Avreen juga mengerutkan dahinya. "Ini ada apa anjing?" tanya Avreen.

"Nggak ada apa-apa." Balasku.

"Gini ya, lo beberapa hari ini berubah. Lo udah nggak pernah nanyain gue lagi. Tadi juga lo nggak bawain gue sarapan. Kemarin lo diemin gue."

Aku makin terpojok dengan ucapanya Thoriq. Aku mengambil nafas habis itu kubuang perlahan. "Gue yakin lo kayak gini gara-gara Iqbal kan?"

Aku terkejut sama tuduhan Thoriq. "Sabar bro." Avreen mencoba menenangkan Thoriq.

"Diemlah anjing! Gue nggak bisa didiemin terus, kalau gue ada salah ngomong! Nggak main diem-dieman gini." Thoriq makin emosi, dia sampai ditenangin sama Avreen.

"Bicara yang baik-baik dong, gue biar tau celahnya apa." Kata Avreen.

Semakin lama semakin susah buat aku tahan akhirnya aku beranikan diri buat bicara. "Kita break bentar ya."

Mendadak Avreen sama Thoriq sekilas nengok ke aku. "Eh maksud lo?" tanya Avreen.

"Nggak! Nggak! Lo harus jelasin dulu salah gue apa." Kata Thoriq.

"Aku lagi capek aja." Jawabnya.

"Iya capek apa?" tanya Thoriq.

"Udahlah anjing! Lo emosi mulu." Avreen mencoba menarik tanganku. Dia ngebawa aku ke belakang gedung sekolah. Tangan kananya megang hp, dia nelfon seseorang.

"Taman belakang sekolah, penting!" habis itu Avreen ngantongin hp ke saku celana lagi.

Aku sekarang dibawa ke taman belakang sekolah. Ada kursi di sana, aku disuruh duduk sedangkan dua cowok itu berdiri.

"Lo bisa jelasin ada masalah apa?" tanya Avreen mencoba bertanya dengan baik.

"Nggak ada masalah, aku yang bermasalah di sini." Jawabku.

"Setidaknya biar kita tau gitu masalah kita apa." Lanjutnya lagi.

Beberapa detik setelahnya, Rizal datang. Dia natap aku yang seperti lagi diinterogasi sama dua cowok. "Kenapa?" tanya Rizal ke Avreen.

"Nggak tau, lo tanyain aja sama Rayan." Ujar Avreen.

Tatapan Rizal itu udah ngintimidasi aku banget. Aku sampai nggak mau lama-lama natap dia.

"Oke aku jelasin." Kataku ngebuat semua langsung lihat ke aku. "Aku tau aku banyak kurangnya, aku juga sadar kalau aku nggak ada apa-apanya sama orang lain. Aku cuman kasihan sama kalian. Aku yakin kalian bakal dapet yang jauh lebih baik dari aku. Aku bebasin kalian buat sama siapa aja." Ujarku.

Tiba-tiba hening, aku takut sama situasi ini. Mereka beneran serius. "Lo tau kenapa kita bertiga milih lo?" tanya Rizal.

Aku mengangguk. "Lo itu udah jauh lebih baik dari yang gue mau. Lo nggak ada kurangnya. Gue ngerasa nyaman sama lo." Kata Rizal.

"Kalian udah nemuin orang yang tepat kan?" tanyaku.

"Ya itu lo Rayan." Lanjut Avreen.

"Bukan aku, aku yakin kalian punya orang lain yang lebih nyaman daripada aku."

"Anjing." Umpatan Thoriq ngebuat aku lihat ke dia. "Gue tau sekarang kenapa lo kayak gini. Lo cemburu sama adik kelas yang kemarin ngasih gue sepatu kan?"

Aku menolaknya dengan tangan tapi Thoriq malah senyum miring. "Oke sorry kalau gue deket sama dia tapi seriusan gue nggak ada apa-apa. Gue cuman ngehargai dia yang udah beli sepatu buat gue terus kemarin gue nggak sekolah tuh karena dia mau pindah sekolah. Dia minta ditemenin seharian sama gue tapi nggak berdua doang beneran. Ada temenya juga."

Panjang lebar Thoriq cerita, aku hanya mendengarnya. "Pantesan lo nggak ngasih tau." Sindir Avreen.

"Udah kan? Dah jelas? Sumpah gue nggak niatan buat selingkuh." Tambah Thoriq.

"Udah jelas kan? Sekarang gimana?" tanya Rizal.

"Gimana apa?" tanyaku.

"Lo masih marah?" tanya Avreen.

"Enggak, aku nggak marah loh Vreen." Balasku.

"Pokoknya gue nggak mau break. Nggak boleh ditolak." Ucap Thoriq.

"Gini aja, gue yakin masih ada yang ngeganjal di pikiran Rayan. Tadi Thoriq dah cerita sekarang kira-kira lo ada masalah apa Vreen?" tanya Rizal ke Avreen.

"Masalah apa? Gue nggak ngerasa ada masalah eh bentar gue nggak tau ada masalah apa sama gue tapi jujur gue nggak ada main belakang ok? Kalau misal lo semua lihat gue deket sama orang lain ya cuman deket doang tapi jujur nggak ada niatan lain."

"Iyadeh yang paling populer." Kata Thoriq dan itu mampu ngebuat aku tersenyum.

"Iri aja lo!"

"Gue juga minta maaf kalau lo lihat gue atau dengerin gosip aneh soal gue. Pokoknya gue nggak seperti yang mereka bilang. Gue tetap sayang sama lo. Gue nggak mau menyiakan perjuangan gue dapetin lo walaupun harus berbagi sama dua setan ini."

Rizal di dorong kepalanya sama Thoriq dan Avreen. Sumpah tingkah mereka ngebuat aku nggak bisa nahan ketawa.

"Iya iya aku paham."

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sang RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang