Setelah keluar dari portal. Mereka mendapati diri mereka ada disebuah padang rumput yang sangat luas. Ada beberapa pohon yang tumbuh dan berbagai bunga yang mekar, ditambah lagi ada sungai yang tidak jauh dari mereka.
Anna dan Kaira pun langsung mengambil tempat dibawah pohon dan mempersiapkan acara piknik. Helen dan Evan juga membantu, dan soal makanan mereka sudah siap bahkan meminta para laki-laki yang punya slot inventory kosong membawa makanan yang tersisa.
Sementara itu yang lain memiliki kegiatan masing-masing. Seperti menantang Maji, bermain kejar-kejaran, dan lain-lain.
Mokad: "Noya Kaguwir."
Si pemilik nama pun menoleh kepada anggota Fenrir tersebut.
Mokad: "Aku penasaran, dari semua Fraksi dari dulu sampai sekarang. Fraksi mana yang terkuat?"
Kaguwir: "Oh jelas itu Asgard!"
Noya langsung melirik ke Kaguwir tapi Kaguwir yang tahu merasa tersinggung.
Kaguwir: "Napa lu, kagak terima?"
Noya: "Nggak tahu sih."
Mokad: "Ku kira Ragnarok. Soalnya Ragnarok punya tujuh senjata dosa."
Kaguwir: "Jujur sama emang sih itu."
Maji: "Tapi harus di akui, Fraksi terkuat adalah Valhalla."
Ketiganya terkejut dengan kedatangan Maji.
Mokad: "Valhalla?"
Maji: "Kalau itu Fraksi gak pecah, dan gak ada senjata Legendaris mereka adalah yang terkuat."
Citem: "Iya sih. Sumpah bro! Mati mulu ama mereka."
Kirman: "Lu yang cupu kali."
Megi: "Yang sering kena culik diem deh man."
Kirman: :(
Kaguwir: "Dan kalian ingat gak sama kelakuan nih orang."
Kaguwir menunjuk Noya yang membuat Noya tersinggung.
Noya: "Iyain deh, maafin ya."
Kaguwir: "Ogah! Sakit tahu panahan lu!"
Noya: "Yang pasti gua gak dua kali kena panah langsung mati."
Kaguwir: "Lu!"
Fergan: "Sebelum berantem ceritain dong masa awal-awal kalian di dunia ini."
Noya: "Bukannya sudah pernah ya?"
Fergan: "Kurang! Aku mau full pov dari kalian masing-masing."
Sean: "Waduh."
Menuruti keinginan Fergan para member lama menceritakan seluruh POV mereka. Semuanya pun langsung mencari tempat untuk mendengarkan cerita
Maji: "Saat mereka menghadapi Ubi aku dan Gempita mengurus Jerry, Citem, dan Kaira dulu baru berhadapan dengan Ubi."
Kaguwir: "Saat mereka bertarung kami hanya bisa melihat karena takut kena serang."
Sean: "Setelah itu Ubi pun kalah dan senjatanya diamankan Gempita."
Noya: "Tidak lama rentetan petir menyambar. Saat kamu mengeceknya Rune telah hancur dan Magic Bolder menghilang. Setelah itu pun kami baru bertemu dengan Febfeb, Awan ... dan yang lain."
Tiba-tiba nada berbicara Noya menjadi sedih diakhir. Yang lain pun menyadari hal itu karena Noya tiba-tiba merenungi sesuatu.
Furry: "Kamu tidak apa-apa Noya?"
Sean: "Masalah Wahcot?"
Noya mengangguk membuat yang lain merupakan orang lama menghela nafas. Sedangkan orang baru bingung tapi juga merasakan hal yang sama.
Dio: "Siapa Wahcot?"
Febfeb: "Teman kami dan ketua Baldur sesudah ketua kami sebelumnya yaitu Gempita meninggalkan kami."
Fergan: "Dimana dia sekarang?"
Noya: "Pergi untuk selamanya, karena permainan senjata ke-4."
Shadow: "Tunggu, jadi permainan senjata pernah memakan korban?"
Maji: "Ya, dan ada dua korban di permainan senjata ke 4, Wahcot dan Moend."
Helen: "Mengerikan juga ya."
Mokad: "Aku mau tanya, tadi kalian sempat bahas Noya saat di Valhalla. Memang Noya bagaimana?"
Kaguwir: "Kalau soal itu .... Uh .... "
All (Fase 1): "Mengerikan~"
Dan mereka pun menyebutkan seluruh aib Noya meski yang paling semangat adalah Kaguwir.
Awan: "Tapi Noya, kau kan pangeran. Tapi sepertinya dari awal kau disini sampai sekarang, kenapa sikapmu tidak mencerminkan itu."
Noya: "Itu .... Panjang ceritanya."
All: "Pendekkan!"
Noya: "Aturan kerajaan itu ketat banget woi! Sekali kali gua pengen bebaslah!"
Terdengar nada 'oh' dari yang lain secara serempak mendengar penjelasan Noya.
Noya: "Omong-omong ... misal aku gagal. Apa kalian tetap melawan Ubi?"
Semua orang terdiam mendengar hal tersebut. Mereka saling menatap satu sama lain. 'Bagaimana jika Ubi menang?' adalah hal yang mereka sangkal selama ini. Mereka bertarung, mengorbankan nyawa berkali-kali hanya untuk satu alasan 'Mengalahkan Ubi'. Jadi tidak pernah terpikirkan pilihan buruk itu selama ini.
Maji: "Gua lebih milih mati."
Semua mata langsung menatap Maji. Terlihat dari mata merah dan keyakinannya kalau dia bersungguh-sungguh.
Sean: "Kau mungkin tidak ingin mendengar ini Noya. Tapi aku lebih memilih mati dulu untuk melindungimu daripada melihatmu terbunuh."
Furry: "Daripada menanyakan itu Noya. Bagaimana jika kau menang namun kita semua lah yang mati. Bagaimana denganmu?"
Noya: "Itu ....."
Furry: "Aku tidak bermaksud apa. Tapi jika kita mengandaikan masa depan, maka banyak hal yang bisa saja terjadi. Dan meskipun kita sudah menduga tapi kita akan tetap merasa sangat sakit. Bisa saja kemudian hari setelah masalah ini selesai ada pendatang, namun salah satu dari kitalah yang menjadi penjahat yang menggantikan Ubi. Walau ini mudah diucapkan dan dilupakan. Jika ada kemungkinan terburuk bahkan sangat buruk. Kita hanya bisa tetap tabah dan menerima semuanya atau kita akan jatuh dalam kegelapan."
Kaguwir: "Tumben bijak."
Furry: "Karena ini pengalaman ... hah ... dari Kilwi. Jika tidak ada Fenrir aku pasti sudah putus asa. Kejadian Moon dan pertanyaan Noya lah yang membuatku bisa mengatakan itu. Sebagai pengingat kita semua untuk masa depan karena kita tidak tahu seperti apa kita nanti. Bukan begitu Anna, Kaira?"
Anna dan Kaira mengangguk sebagai jawaban. Karena memang itulah tujuan mereka berdua. Berkumpul entah untuk terakhir kali atau bukan.
Furry: "Lagipula, utusan cahaya pun juga masih manusia bukan?"
Noya hanya tersenyum sambil mengangguk. Entah apa yang terjadi nanti. Kini mereka hanya punya satu tugas. Menghabiskan makanan untuk piknik dan merelakskan diri sebelum puncak masalah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal Legend Pasca Ending Fase 3
FanficSetelah akhir peperangan besar dengan hasil 7 senjata legendaris jatuh ke tangan Ragnarok, dan Moon adalah Zero, yaitu sekutu dari Darkness seperti Ubi. Seluruh fraksi berhenti berperang atau membuat masalah untuk sementara waktu sebelum konflik ya...