"Kalian berdua selama tinggal disini gak diapa-apain, kan?"
"Kenapa emang Kak?"
Ethan mengedikan bahu acuh. "Siapa tau si tua bangka itu buat ulah," jawabnya enteng.
Anara terkekeh mendengar Ethan menyebutkan tua bangka yang ia tahu itu di tujukan untuk ayahnya. "Gak ada sih." ucapnya. "Dan yang lo sebut itu orang tua Raja, Kak." lanjut Anara.
Raja melirik kesal tak terima lantaran hanya ia yang disebutkan sebagai anak dari ayahnya.
"Lo gak?" Ethan melirik Anara yang menggelengkan kepalanya.
"Buat apa juga di akuin. Toh, dia udah punya kebahagiaannya sendiri." jawab Anara. Perempuan itu mengaduk minuman cappuccino miliknya tanpa menyadari kedua kakak laki-lakinya saling memandang satu sama lain. Seolah ada sesuatu yang mereka sembunyikan.
"Oh, iya, gimana sama temen baru lo itu? Katanya udah mulai deket?" tanya Raja mengalihkan pembicaraan. Ia tak ingin jika Anara terus memikirkan pembicaraan mereka.
Anara menenggak minumannya sebentar. Kemudian ia mengangguk. "Lumayan sih. Dia juga anaknya aktif kok walaupun kadang penakut." Anara terkekeh. Jika mengingat Kanaya ia tak akan pernah melupakan apa saja yang di sukai dan tak disukai. Bahkan salah satu yang tak disukai itu juga menimbulkan ketakutan pada dirinya. Salah satunya pada Sagara and the geng.
Ethan menaikan alisnya tampak tertarik dengan obrolan yang Anara dan Raja bicarakan. "Kata Raja di sekolah kamu ada yang berpenguasa? Siapa?"
"Ada seseorang. Dia selain nyebelin emang sok banget gegayaan buat kuasain tuh sekolah. Yang donatur siapa yang suka ngatur siapa. Ck!" Anara menjelaskan dengan kekesalan yang menggebu-gebu. Setiap mengingat kelakukan non akhlak mereka selalu memantik emosi yang bergejolak dalam dirinya.
"Kenapa gak ada yang negur?"
"Percuma, Kak. Lagian kalau tuh guru udah di sogok pakai uang emang mempan?"
Raja berdecih sinis. "Lagian masih SMA gayanya kayak udah jadi CEO."
Anara mengangguk setuju. Mereka memang bocah ingusan yang sudah sok berkuasa di tempat yang seharusnya untuk menimba ilmu.
"Terus gimana? Mereka ada yang bully kamu gak pas awal masuk?" tanya Ethan.
Anara mengangguk, "Awalnya iya. Cuma emang aku yang sok berani ini berusaha lawan mereka. Sesuai janji aku sama Kak Raja kalau aku bakal mandiri dan bisa jaga diri. Lagian sia-sia juga aku ikutan bela diri kalau gak ku gunain buat di kesempatan ini kan?"
Raja tersenyum bangga mendengar ucapan Anara. Ia benar-benar merasa terharu karena adik yang dahulu sangat menja kini sudah beranjak dewasa dan mandiri.
Begitupun pada Ethan. Ia benar-benar merasa bangga adik sepupunya sudah mulai berani karena keadaan. Meski masih ada sedikit perasaan menyesal karena Anara harus belahar semua itu secara sendiri tanpa ada yang membantunya berlatih.
"Bagus. Artinya Anara udah hebat dengan lawan mereka. Tapi walaupun begitu jangan pernah kamu salah gunain bela dkri kamu, ya?" kata Ethan menasihati.
"Iya, Kak, tenang aja. Lagian itu buat perlindungan biar mereka gak seenaknya sama orang lain." sahut Anara.
Ethan dan Raja menganggukan kepala membenarkan perkataan Anara. Memang anak yang seperti itu harus diberi pelajaran agar sedikit jera-meskipun itu mustahil.
Terlebih Ethan dan Raja kenal betul sikap-sikap seperti hampir sama seprti Gala-ayah Raja dan Anara.
"Terus Kak Eren kesini mau ngapain?" tanya Anara menatap Ethan penasaran. Ia tau pasti selain ingin menjenguknya ada hal lain yang ingin Ethan lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara | Dominant
Teen FictionSagara Adhiyaksa, cowok kasar yang memiliki tempramen sangat buruk. Cowok yang memiliki segudang sikap bad dengan sikap yang sangat dominan-nya itu. Balapan? Sudah menjadi kebiasaannya. Alkohol? Sudah menjadi menu kesehariannya. Tawuran? Tak usah...