Langit tiba-tiba berubah mendung saat jam pulang sekolah. Suasananya terasa mencekam, seperti di film thriller psikopat yang pernah Saka tonton. Namun buruknya, di kehidupan nyata yang hanya sekali ini, Saka malah benar-benar berusuan dengan sosok yang kini sudah menunggunya di depan sekolah. Nampak bersandar pada tembok pagar sekolah sambil bersedekap dada.
"Kenapa ke sini?" tanya Saka dengan wajah dan nada yang datar.
"Ya jemput kamu dong, apa lagi?" balas Ary dengan santai.
Ary berjalan mendekati Saka, lalu merah tas sekolah Saka yang cukup berat bermaksud untuk membawakannya ke mobil.
"Gak usah, gue bisa sendiri." tolak Saka sambil sedikit menjauhkan tubuhnya dari Ary.
"Kenapa gak mau? Saya cuma mau bantu biar kamu gak capek ke mobil."
"Gue bukan orang sakit. Jalan ke mobil lo di seberang doang gak bakal ngabisin tenaga gue."
Ary hanya menghembuskan napas perlahan kemudian mengangguk.
"Oke, gak papa kalo kamu gak mau di bantu. Yuk pulang, udah mau hujan nih."
Tangan Ary terulur untuk meraih tangan Saka, namun belum sempat ia menyentuh barang seujung kelingking, Saka langsung menepisnya.
"Gak usah. Gue bisa sendiri." ucapnya mengulang kalimat yang sama seperti sebelumnya.
"Sakaa!"
Suara seseorang yang menggelegar dari arah lapangan membuat Saka dan Ary menoleh. Zakri berlari menghampiri Saka dengan senyuman ramahnya.
"Oh, Abang yang kemaren jemput Saka juga ya?" tanya Zakri basa-basi pada Ary.
Ary hanya menganggukan kepalanya namun sorot matanya menunjukkan rasa tak suka dan curiga pada Zakri.
"Kenapa tadi teriak manggil gue, Zak?" tanya Saka.
"Hm? Ooh, gak ada apa-apa sih. Cuma mau manggil aja karna kebetulan liat lo belum pulang. Eh, hari Minggu lo kosong gak? Temenin gue nyari buku latihan buat masuk PTN yuk, mau gak?"
Saka benar-benar merasa seperti di tolong pistol. Zakri benar-benar berani bertanya demikian seakan tidak bisa menyadari kalau Ary tidak suka akan keberadaannya, dan jelas Saka mengetahui kalau itu akan mengancam keselamatan dirinya sendiri.
"Kenapa harus ngajak Saka? Emang nyari sendiri gak bisa?" celetuk Ary bertanya namun masih dengan nada santai dan seperti tidak terganggu.
"Ya gak papa sih, Bang. Cuma pengen ngajak aja. Lagian 'kan sebentar lagi kita emang bakal ujian kelulusan sama tes buat masuk kuliah, jadi yaa ... Kali aja Saka juga mau nyari buku latihan soal." jawab Zakri santai.
Ary menoleh ke arah Saka seolah meminta jawaban kekasihnya itu.
"Lain kali aja, Zak. Gue juga belum mood belajar buat tes PTN kok." jawab Saka yang terdengar berat.
"Oh, gitu? Yaudah deh, mungkin next time aja gue ngajak lo pergi. Gue pulang duluan ya."
Saka hanya mengangguk seadanya. Ia juga langsung bergegas tanpa menggubris Ary yang sudah memasang wajah dinginnya. Ary berjalan menyusul Saka, meraih tangan kiri remaja itu untuk di seretnya ke mobil.
Begitu mereka berada di dalam mobil, dengan gerakan tiba-tiba Ary menangkup rahang dan kedua pipi Saka dengan tangan kirinya. Wajah mereka begitu dekat, namun terlihat sekali bahwa aura yang mendominasi sudah seperti langit mendung yang mulai meneteskan air hujan.
"Kamu sengaja kayak gitu? Hm?" tanya Ary menusuk. Ia benar-benar marah dengan kelakuan Saka yang tak lagi baik padanya.
"Kamu gak lagi nurut sama saya, dan kamu berani ngeladenin cowok lain di depan saya. Sengaja kayak begitu? Mau bikin saya marah? Iya?" tanya Ary dengan suara yang naik 1 oktaf dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
Ficción GeneralMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...