Aneth terbangun dengan napas tersengal. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar yang redup, keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Sejenak, dia tak dapat memisahkan antara mimpi buruk yang baru saja dialaminya dengan kenyataan.
Suara alarm dari ponselnya masih terus berbunyi, menggema di seluruh ruangan.
Ia meraih ponsel di meja samping tempat tidurnya dan mematikan suara itu, lalu membenamkan wajahnya ke bantal, berusaha menenangkan detak jantungnya yang belum juga melambat.
Namun, bayangan itu tetap ada—wajah samar yang hampir terlihat sebelum dia tersentak bangun. Kilasan ingatan dari masa kecil yang selama bertahun-tahun ia pendam dan coba lupakan.
Semua berawal ketika Aneth masih berusia tujuh tahun.
**
Hari itu, Aneth masih ingat betul, adalah hari yang cerah. Matahari bersinar hangat di langit biru, dan angin sepoi-sepoi menyapu halaman rumah kecil mereka yang dikelilingi pagar kayu tua.
Chocho, kucing kesayangannya, adalah teman setia yang selalu ada di dekatnya. Kucing berwarna abu-abu itu suka melompat-lompat di sekitar halaman, mengejar bayangan atau serangga kecil yang beterbangan. Namun, pada siang itu, Chocho menghilang.
"Chocho?" panggil Aneth, suaranya lembut tapi penuh harap. Dia menyisir setiap sudut halaman dan memeriksa di balik semak-semak tempat biasanya Chocho bersembunyi.
Tak ada tanda-tanda kucing itu.
Merasa bingung, Aneth memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.
"Ibu? Chocho? Ibu, apa ibu melihat Chocho?". Teriak Aneth dari pintu depan, berharap ibu nya mendengar atau setidaknya melihat keberadaan Chocho.
Langkah kakinya yang kecil membawa dia ke dapur, tempat biasanya ibunya sedang memasak atau menyiapkan makanan.
Namun, yang ia temukan di sana bukannya suara panci berdenting atau aroma masakan, melainkan sesuatu yang jauh lebih menyeramkan.
Di lantai dapur, Chocho tergeletak tak bergerak.
Tubuh kucing malang itu penuh dengan luka tusukan, bulunya yang dulu lembut kini berlumuran darah. Aneth berdiri membeku di tempatnya, jantungnya terasa berhenti sejenak.
Yang paling membuatnya bergidik adalah kenyataan bahwa kepala dan organ dalam Chocho hilang.
Tidak ada di sana, tak ditempatnya.
Hanya tubuh tak bernyawa yang bersimbah darah.
Air mata mulai mengalir di pipinya.
Pikirannya yang masih polos tak mampu memahami pemandangan mengerikan itu. Namun, sesuatu di tepi pintu belakang menarik perhatiannya.
Sebuah pisau, berlumuran darah, tergeletak di sana, tepat di dekat gagangnya.
Dengan perasaan takut yang makin besar, Aneth mendekati pintu dan melihat jejak darah kecil yang menetes di lantai, mengarah keluar menuju halaman belakang. Rasa ingin tahu yang dibalut ketakutan menggerakkan kakinya untuk mengikuti jejak tersebut.
Saat tiba di halaman belakang, dia melihat sesuatu—atau lebih tepatnya, seseorang.
Sosok itu berjongkok, membelakangi Aneth, di pojok halaman yang redup karena banyak pohon rindang. Orang itu terlihat sedang sibuk melakukan sesuatu, tapi Aneth tak bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukannya. Namun, tak lama kemudian, dia melihatnya.
Usus Chocho, kucing kesayangannya, berada di tangan sosok tersebut—dan orang itu sedang memakannya.
Aneth ingin berteriak, tapi suara itu tertahan di tenggorokannya. Tubuhnya terasa kaku, sulit untuk bergerak. Ketakutan menjalar ke setiap sudut tubuhnya.
Sosok itu mulai bergerak perlahan, menoleh ke arahnya.
Saat sosok itu hampir memperlihatkan wajahnya, Aneth berusaha menggerakkan kakinya untuk lari, tapi rasanya dunia seakan melambat.
Jantungnya berdebar-debar di dada, dan pandangannya mulai kabur karena ketakutan.
Dan tiba-tiba,
Alarm ponsel berbunyi.
Aneth tersentak bangun, napasnya masih tersengal-sengal. Perasaan mual dan ketakutan yang ia rasakan tadi masih terasa nyata. Wajah samar itu terus berputar di pikirannya, dan perasaan dingin di belakang lehernya membuatnya bergidik.
Namun, itu hanya mimpi. Hanya mimpi buruk yang aneh...
Atau apakah itu sebuah ingatan dari masa lalu yang selama ini terkubur di dalam benaknya?
Aneth berusaha menenangkan dirinya, meyakinkan dirinya bahwa semuanya hanya khayalan.
Tapi dalam hatinya, dia tahu bahwa apa yang terjadi bertahun-tahun lalu di dapur itu.. nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Rose; Celebration For Those Who Are Gone
Mystery / ThrillerDalam bayang-bayang kota yang ramai, seorang pembunuh berantai beraksi. Korbannya bukan hanya sekadar angka, melainkan kanvas bagi obsesinya yang mengerikan. Polisi kebingungan, sementara seorang profiler psikologis berusaha menyelami pikiran sang...