02.「分かりました」

20 6 0
                                    

Butiran salju yang lembut jatuh dari langit, menutupi segala sesuatu dengan selimut putih yang bersih dan memancarkan kilau halus di bawah sinar matahari. Udara dingin menyentuh wajah Sunghoon, membuatnya merasa segar.

Sebenarnya, musim salju adalah tantangan tersendiri bagi Sunghoon. Ia sering kali harus mengandalkan hot pack untuk menghangatkan tubuhnya, karena ia tidak tahan dengan dingin. Lucunya, di sekolah, ia malah dijuluki Ice Prince.

Bunyi langkah kakinya teredam oleh salju yang empuk, menciptakan ketenangan yang kontras dengan detak jantungnya yang berdebar cepat. Sunghoon merasa senang, campur aduk dengan rasa gugup. Pikiran tentang gadis yang ingin ia temui mengisi benaknya, membuat setiap detak jantungnya terasa semakin berarti.

Di sekelilingnya, lampu-lampu jalan berkelap-kelip, menciptakan suasana yang hangat meskipun suhu di luar sangat dingin. Sunghoon tersenyum sendiri, membayangkan momen saat mereka berbicara. Dia merasakan kegembiraan yang membuatnya ingin melangkah lebih cepat, tetapi sedikit merasa cemas akan respon gadis itu.

Sunghoon kembali memegang erat gantungan kunci semanggi di tangannya. "Kamu hanya perlu mengembalikan ini, Hoon," pikirnya dengan percaya diri.

Setibanya di stasiun kereta yang membawanya pulang, Sunghoon segera melangkah masuk ke dalam kereta. Ia mengedarkan pandangannya, mencari tempat duduk yang sering menjadi spot gadis itu. Dan ternyata, di sana sudah ada dia, lengkap dengan buku yang terpegang di tangannya.

Gadis itu terlihat cantik dengan rambutnya yang tergerai rapi, berkilau lembut dalam cahaya kereta. Ia mengenakan sweater hangat berwarna pastel yang menambah kesan nyaman, dipadukan dengan syal yang melilit lehernya, memberikan sentuhan elegan.

Penampilannya menciptakan aura yang menyenangkan dan menenangkan, membuat Sunghoon terpesona, seolah musim dingin pun terasa lebih hangat saat berada di dekatnya.

Dengan keberanian yang tiba-tiba muncul, Sunghoon melangkah mendekat dan memilih duduk di tempat kosong di sebelah gadis itu. Jantungnya berdebar tak karuan, meskipun udara di dalam kereta dingin, ia merasa berkeringat.

Sedangkan gadis itu tampak tidak peduli dengan kehadirannya, asyik tenggelam dalam dunia bukunya.

Ketika kereta mulai melaju, Sunghoon merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia menoleh ke arah gadis itu yang duduk di sebelahnya, terlihat tenang fokus membaca. Dengan sedikit keberanian, ia mengeluarkan gantungan kunci berbentuk daun semanggi yang dia pungut kemarin.

"Eh, ini milikmu, kan?" Suara Sunghoon terdengar sedikit canggung. Ia mengulurkan tangan, menawarkan gantungan kunci itu.

Gadis itu menoleh, terkejut sejenak sebelum senyum cerah menghiasi wajahnya. "Oh, terima kasih! Aku pikir sudah hilang!" Ia mengambil gantungan kunci itu, dan mata mereka bertemu sejenak, menciptakan momen yang membuat Sunghoon merasa hangat meskipun udara di dalam kereta terasa dingin.

"Mungkin itu tanda kita harus berbicara lebih banyak," Sunghoon mencoba bercanda, berusaha menghilangkan rasa gugupnya. "Aku sudah sering melihatmu di kereta... Eh bukan maksudku buruk ya!" Sunghoon berseru panik dengan cepat saat dirasanya ia terdengar seperti penguntit sekarang.

Gadis itu menatap Sunghoon dengan senyum lembut, namun sedikit bingung. "Tenang saja, aku mengerti kok," ujarnya, berusaha menghibur. "Tapi... aku memang tidak mengenalmu."

Sunghoon merasa wajahnya memanas. "Ah, iya! Maksudku... aku sering melihatmu di kereta ini, dan-aku hanya ingin berbicara, bukan... maksudku, bukan dengan cara yang aneh!" Ia panik, berusaha memperbaiki kesan yang sudah terlanjur dibuat.

Gadis itu tertawa kecil, geli dengan ketidaknyamanan Sunghoon. "Kamu lucu. Tidak banyak orang yang berani mengajak bicara stranger di kereta."

"Mungkin aku agak nekat," jawab Sunghoon dengan senyum canggung. "Tapi, aku pikir kita bisa jadi teman. Bukankah lebih baik ada yang bisa diajak berbicara saat menunggu?"

"Hmm, mungkin kamu benar," gadis itu berkata sambil mengangguk. "Aku biasanya hanya tenggelam dalam buku. Nama aku Wonyoung, by the way."

"Wonyoung... itu nama yang indah," balas Sunghoon, merasa lega. "Aku Sunghoon. Senang bertemu denganmu."

"Senang bertemu denganmu juga, Sunghoon," jawab Wonyoung, membuat senyum Sunghoon semakin melebar.

[to be continued]

Love 119Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang