Penantian Pertama : Welcome to the School

38 1 1
                                    

Pagi ini cukup cerah untuk memulai hari baru. Sepertinya semua orang setuju dengan pernyataan itu. Sepanjang mata memandang, mereka terlihat bahagia menikmati aktivitas pagi mereka masing-masing. tak terkecuali pemuda manis ini. Senyum itu tidak henti-hentinya mengembang, menunjukan lesung pipi yang mencekung di kedua sisi pipinya. Mata bulat itu berbinar riang. Mulutnya terus menyapa setiap orang yang ia lewati. Tak ada keluhan meski ia harus lelah menggowes sepeda butut merah kesayangannya.

"hari yang baik ahjussi?!!" serunya dari kejauhan ketika netranya menangkap seorang pria paruh baya yang tengah berjoget kegirangan. Dengan sebuah amplop yang baru saja beliau keluarkan dari kotak surat di depan rumah, ia melambai. "Yee...!! SEMOGA HARIMU JUGA BAIK NAK..!!"

Sang pemuda yang mengangkat jempolnya, membalas pria baruh baya itu tanpa berniat berbalik ataupun berhenti. Senyumnya semakin melekung lebar, optimismenya membeludak. Ia membungkukkan tubuhnya dan mulai lebih semangat lagi mengayuh pedal sepedanya, melawan angin musim gugur.

"HWAITING CHAEYOUNG-AH...!!!" teriaknya pada diri sendiri.

####

"Noona..!!" rupanya peluh yang membasahi tubuhnya tidak berarti apa-apa. Suaranya tetap lantang di tengah banyaknya murid yang tengah sibuk dengan rutinitas pagi mereka. Tak ada satupun yang merespon panggilannya, hingga seorang gadis di ujung lorong menutup lokernya, kini bisa ia lihat wajah cantik itu menatapnya dengan tenang. Alisnya terangkat sebelah melihat pemuda itu tersenyum bodoh padanya dengan seragam yang sudah sepenuhnya tidak bisa dibilang rapih lagi. Beberapa tetes keringat jatuh melalui leher kurusnya.

"YAKK..!! CHAEYOUNG-AH" bukan suara seorang gadis yang menyauti pemuda itu, melainkan seorang pemuda lainnya, Si Jangkung Tampan yang datang dari samping Si Pemuda Lusuh itu.

"Hyung..!!" serunya penuh antusias menyambut Si Jangkung. Entah ada apa dengannya pagi ini, senyum itu seakan paten telah terpatri begitu menawan memperelok binar matanya. "Apa sekarang Baby Beast kita sudah bisa berenang? Woah, kita harus merayakannya."

Gadis cantik tadi muncul dengan tenangnya, ikut bergabung dengan kedua pemuda berisik ini, "Bagaimana Minari?" yang diajak berbicara tidak menjawab, masih ingin bungkam, menyerahkan tumpukan buku yang tadi ia ambil dari lokernya ke tangan pemuda tinggi di sampingnya.

Alih-alih menyambut dengan sapaan selamat pagi, gadis ini lebih tertarik dengan peluh yang membanjiri laki-laki termuda itu. Kulit tangannya menyapa kulit wajah Chaeyoung, menyapu basahnya peluh pemuda itu dengan kulit tangannya. Setelah dirasa tangan kanannya sudah begitu basah, tangan kirinya terangkat juga.

Semua murid keheranan melihat Sang Putri Black Swan melakukan hal yang nampak menjijikan itu tanpa rasa ragu. Namun siapa yang peduli, ketiganya tetap tak ingin ambil pusing.

"Kau bisa mengandalkanku di sekolah ini. Katakan saja kau adik dari seorang Jeongyeon Sang Pangeran Yoo dan semua orang akan tunduk di bawah lututmu"

"Atau Mina, mereka tak akan berani mendekati putri jepang ini jika tak mau sebuah samurai memaksa nyawa mereka untuk meninggalkan tubuhnya" Chaeyoung tampak terperangah mendengar ocehan Jeongyeon, lain dengan Mina yang terlihat diam, tak banyak merespon.

"Oppa, apa kau mempunyai seragam cadangan?"

"Oh tentu saja, sepertinya hari ini aku tidak bisa bertarung. Baiklah, akan kupinjamkan" Jeongyeon segera berlari menuju lokernya. Dan kini tersisa tatapan dingin Mina. Tatapan yang lebih membuatnya menggigil dari pada dinginnya cuaca di luar sana.

"Apa yang kau lakukan?" Chaeyoung meringis, menunjukan deretan giginya. Menggaruk tengkuk yang memang tidak gatal. Begitu menggemaskan jika saja tidak dengan Mina di depannya.

"Aku terlalu bersemangat mengendarai sepedaku" Mina menggelengkan kepalanya. Melepas kancing jas Chaeyoung dan ikatan dasinya yang berantakan.

"Jarak sekolah ke rumahmu jauh, pergilah dengan bus, atau Oppa akan menjemputmu"

"Ah, ani Noona, aku tak mau merepotkannya lagi"

"Baiklah, gunakan bus atau aku sendiri yang akan menyeretmu masuk ke dalam mobilku"

"ne Noona..." Mina mengangguk lalu mengacak rambut chaeyoung.

"Besok aku tak mau lagi melihatmu berpergian tanpa memakai syal atau sweater" Titah Mina seraya meninggalkan Chaeyoung sendiri.

Pemuda kecil itu hanya bisa tersenyum ramah pada setiap orang yang melewatinya. Tak peduli jika ia tak mendapatkan respon yang baik sekalipun. Yang ia tahu, ia harus berjuang mati-matian agar tidak menghianati berkat Tuhan melalui beasiswa yang ia dapatkan di sekolah super keren ini.


===TBC===


Hai, untuk cerita-cerita lainnya bisa visit website di bawah yaa..

https://www.nihbuatjajan.com/bebekhokiku

Until the Last Snowflake in This WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang