Penantian Kedua: No One But You Belong to Me

20 1 1
                                    

Ruangan sebesar 7x11 meter ini sudah seperti sarang bagi beberapa anggota club seni lukis, tak terkecuali Chaeyoung. Pemuda itu dengan senang hati menghabiskan waktunya berdampingan dengan kanvas dan kuas. Tidak peduli jika ia harus rela mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencuci seragamnya yang sempat terkena cat sana-sini.

Tapi bukan hanya anggota club seni lukis. Bahkan saat ini Chaeyoung tengah duduk memandangi setiap gerakan lincah nan lembut dari seorang gadis anggota club ballet. Mina, Myoui Mina. Gadis anggun asal Jepang yang terkenal akan kecantikan alami dan kekayaan yang melimpah.

"Bagaimana?" Chaeyoung mengulas senyumnya. Seperti biasa, pemuda ini selalu terpukau dengan setiap tarian yang tercipta dari gadis Myoui ini. Julukan the Beauty Black Swan memang pantas disandangnya. Chaeyoung bahkan rela untuk menyingkirkan alat-alat lukis yang ada agar gadis ini leluasa menggerakan tubuhnya kesana kemari.

"Rasanya noona tidak pernah berhenti memukau, dan aku tidak bisa mengelaknya" Jempolnya terangkat.

"Heyhoo... Apa aku melewatkan pertunjukannya?" Suara itu mengambil atensi Chaeyoung dan Mina. Dari depan pintu, nampak seorang pria tinggi dengan wajah tampan mempesona setiap mata kaum hawa.

"Sayang sekali kau melewatkan penampilan Sang Dewi Black Swan" Saut Chaeyoung dengan wajah dibuat semenyedihkan mungkin.

"Benarkah? Rupanya sekarang Dewi Black Swan sudah kembali menjadi Baby Penguin" Mina terkekeh kecil. "Apakah oppa ingin aku menarikannya lagi?" tawarnya.

"Tidak perlu" Belum sempat pemuda tinggi itu menjawab, Chaeyoung sudah lebih dulu menyela,"Noona tidak perlu melakukannya, karena Jeongyeon hyung sudah mencuri sebagian waktu makan siang kita hari ini" Lanjutnya.

Jeongyeon hanya memberengut kesal meski akhirnya ia meminta maaf. "Baiklah uri Baby Beast. Kau menang dan aku minta maaf. Tapi jangan salahkan aku, kau harus menyalahkan Park Saem untuk itu, guru plin-plan yang mendadak mengadakan ujian tambahan" Chaeyoung mendengar penjelasan Jeongyeon dengan malas. Sedangkan Mina menggelengkan kepalanya. Dua lelaki kesayangannya ini memang sulit akur, tapi tetap saja sulit pula untuk terpisahkan.

"Sudah, ayo makan" Lerainya pelan sembari memberi mereka bekal makan siang yang sengaja ia buat sendiri. Ia bahkan memilih sendiri warna kotak bekal mereka sesuai dengan warna kesukaan masing-masing.

Kotak bekal merah untuk si enerjik Jeongyeon.

Kotak bekal kuning untuk si ceria Chaeyoung.

Dan.

Kotak bekal ungu untuk si misterius Mina.


####

Mina berjalan dengan santai, membelah kerumunan siswa yang sama-sama hendak berjalan melalui pintu utama gedung tua nan megah ini. Tak ada yang Mina lakukan. Para siswa ini dengan senang hati memberi gadis jepang itu jarak, Mina tak mau ambil pusing, hanya berjalan dengan wajah datarnya, semua orang di sini dapat merasakan aura dingin yang menguar bersumber dari gadis cantik itu.

Paras cantiknya tak bisa berbohong meskipun harus ditutupi dengan seribu pesona misteriusnya. Tak ada yang bernyali besar menatap sorot mata tajam itu, apalagi harus mendekati si cantik kebanggaan sekolah itu.

"Mina-yaa..."

Ah, kecuali dua pemuda itu. Si tampan Jeongyeon dan adik manis Chaeyoung. Hanya dua pria muda itu saja yang kebal tatapan intimidasi dari netra hitam kelam milik Mina.

Chaeyoung menyunggingkan senyumnya lebar-lebar, memamerkan lesung pipi dan gigi taringnya Dengan mata bulat dan bulu mata lentiknya, pria muda itu sudah cukup membuat siapapun memekik gemas dalam hati. Manusia mana pun akan merasa disinari berkat dari surga saat Chaeyoung menebar senyum cerahnya. Pemuda itu menyikut perut pemuda tinggi di sampingnya. Kemudian berlalu begitu saja, entah akan kemana tujuannya.

Di sana, tersisa si tampan Jeongyeon, tersenyum kaku sembari menggaruk tengkuknya. Berjalan maju menghampiri Mina. Karismanya menyihir para kaum hawa agar masuk dalam pesona menawan hati itu. Mampu melelehkan setiap gadis di tengah suhu ekstrem musim dingin ini.

"Hai" Sapanya singkat dengan tampang konyolnya. Tidak sama sekali mengurangi kadar ketampanan. Pemuda ini sempurna mau bagaimana pun keadaannya. Mina terkekeh kecil, "Ada apa oppa?".

"Akhir musim dingin nanti, ayo kita berjalan-jalan di sekitar danau" Lanjut Jeongyeon. Mina mengulas senyumnya tipis. Tangannya terangkat memperbaiki posisi dasi Jeongyeon. Merapihkan rambut pirang acak-acakan si tampan kebanggaan seluruh siswi sekolah ini, baru kemudian menatap mata Jeongyeon teduh.

"Baiklah, kita ajak Chaeyoung juga" Jeongyeon mengangguk antusias.

"Call! kita ajak bayi itu" Netra Jeongyeon semakin berkilauan. Menambah kesan sempurna dalam dirinya.

"Kalau begitu, aku akan pergi berlatih di lapangan belakang. Kau ingin menontonku?" Mina menggeleng pelan disertai senyum manisnya.

"Jangan sampai kelelahan" Pesan Mina lembut namun singkat. Hati Jeongyeon benar-benar berbunga-bunga setiap mendengar suara bervolume kecil itu. Sepertinya jika berbicara dengan Mina bukan telinganya yang bekerja, gadis itu pandai berbicara dengan hati. Begitulah yang Jeongyeon pikirkan.

Mina memilih berbalik melanjutkan perjalanannya. Hingga di luar gedung tiba-tiba saja Chaeyoung sudah di sampingnya tengah menuntun si merah.

"Apa jemputan noona sudah datang?" Mina menggeleng, masih enggan menatap mata anak manusia yang biasa Jeongyeon panggil Baby Beast itu.

"Baiklah, aku akan di sini, menemani noona" Mina menghentikan langkahnya.

"Chaeyoung-ah" Chaeyoung ikut berhenti. Menatap gadis yang satu tahun lebih tua darinya itu dengan pandangan bertanya.

"Aku sedang tidak ingin dijemput" Hening di antara mereka. Mina menatap mata bulat adiknya itu lamat-lamat. Sedangkan yang ditatap seperti itu masih tak tau harus melakukan apa selain menunggu Mina berbicara.

"Bawa aku pergi"


===TBC===


Jangan lupa check website buat cerita lainnya https://www.nihbuatjajan.com/bebekhokiku <3

Until the Last Snowflake in This WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang