Penantian Kelima: Let's in Love Together

25 2 0
                                    

"Jja, kita sudah sampai nona muda" Mina terkekeh lalu turun dari sepeda merah milik Chaeyoung. Kakinya ia pijakkan ke batu rata yang tersusun rapi di depan gerbang raksasa rumah megah di belakangnya.

Kembali terjadi keheningan di antara mereka setelah keduanya puas saling melempar tawa. Pandangan mereka bertubrukan, saling menyelami netra masing-masing. Entah apa yang dicari. Yang jelas kini Mina merasa sejuta kali lebih baik dari sebelumnya.

"Noona" Mina berdehem, masih betah mengagumi senyum manis si jenius seni. Darahnya mengalir deras ke tiap relung nadinya saat tangan kurus itu meraih tangan kanan yang masih berbalut perban itu.

"Jeongyeon hyung, berbahagialah bersamanya"

Mina tersenyum, menganggukkan kepalanya pasti. Tak ada setitikpun keraguan yang ia rasakan.

"Selama kau ada bersama dengan kami"

Tentu saja semuanya selalu membahagiakan jika mereka tetap bertiga. Bagi Mina semuanya tak akan pernah sama jika salah satu dari mereka hilang. Terutama pria muda di depannya ini. Senyum gigi taring itu selalu menghangatkan hatinya yang dilanda musim dingin berkepanjangan.

"Anyeong" Pamit Chaeyoung sesaat ia melepas tangan Mina.

"Ne, hati-hati di jalan Chaeyoung-ah"

Mina membalikkan tubuh saat si bungsu itu sudah sepenuhnya hilang dari jarak pandangnya. Kakinya memijak ragu, langkah yang ia ambil hampir terseret paksa. Melewati satu air mancur megah itu sebelum memasuki bangunan megah bak istana itu. Mina benar-benar mendefinisikan arti putri kerajaan dengan baik.

"Kami telah mendapatkannya tuan"

Baru selangkah ia memijakkan kaki melewati batas pintu. Hatinya mendesah jengah.

"Apa gadis-gadis itu cantik?"

"Ya, sangat cantik tuan. Melebihi ekspektasi. Kita bisa mendapat banyak keuntungan darinya"

Mina bisa mendengar kekehan pria paruh baya itu menggema di ruang tengah rumahnya.

"Jangan biarkan mereka membuka mulut sampai selamanya"

"Tapi tuan, sangat disayangkan jika kita harus menghabisinya begitu saja"

"Kalau begitu, kalian bisa mengeksploitasinya"

Mina muak mendengar semua kegilaan di ruang tengah setiap harinya. Ia berjalan melewati kedua pria itu. Semuanya tetap sama, seolah mereka tak pernah peduli dengan keberadaan Mina di rumah ini.

"Mina-chan" Kakinya berhenti melangkah.

"Apa si tua Im itu sudah tak berguna lagi?" Mina hanya berdehem singkat tak peduli. Baginya, semua orang yang bekerja untuk keluarga ini sama saja. Manusia rendahan yang haus akan uang. Tidak berguna dan tidak berperasaan.

Si tuan rumah kembali masuk ke fokusnya tadi.

"Ambil harapan mereka untuk bebas. Dan untuk barang specialku..." Tuan Myoui menyeringai licik.

"Ambil akal sehatnya"

####

Ruangan ini menjadi lebih hangat dari semestinya. Bagi Chaeyoung, semuanya nampak sempurna. Pemuda ini tengah berkutat dengan kuas dan catnya. Garis demi garis ia torehkan ke permukaan kanvas putih itu. Sesekali ia tersenyum puas dengan hasil kerja sama warna-warna yang ia pilih secara langsung.

"Chaengie..." Kepala itu menoleh lucu. Menampakkan binar mata yang berkilauan.

Mina sempat dibuat geregetan menahan rasa ingin memakan lesung pipi yang sejak tadi belum mau lepas dari tempatnya. Untung saja Jeongyeon tengah membaringkan kepala di paha gadis itu.

"Bagaimana jika kita berlomba?" Tantang Jeongyeon lalu menerima suapan dari tangan Mina. Yang ditantang tak banyak menggubris permintaan Jeongyeon.

"Hey bocah nakal! Apa kau baru saja mengacuhkan..." Belum selesai Jeongyeon menghardik si bungsu. Tangan mina sudah menyodorkan kripik kentang ke mulutnya.

"Sudahlah oppa, jangan ganggu dia" Tutur Mina lembut, jemarinya menyisir ke dalam rambut lebat Jeongyeon. Menonton kening mulus pria muda tampan itu.

"Ayolah minari... Aku bosan hanya diam dan menjaga si bayi simba ini"

"Aku bukan bayi!" Tukas chaeyoung sembari memincingkan matanya ke arah sang tertua.

"Aku juga tidak butuh dijagai terus seperti ini. Lagi pula aku sudah biasa diganggu anak-anak nakal di sekitar rumah. Lihat! Hyeong yang seharusnya lebih pantas dikatai bayi. Makan saja harus noona yang menyuapi" Gerutu si bayi simba. Bibirnya mengerucut. Sepertinya bukan lagi serupa bayi simba, ia sudah semirip itik kecil yang sedang dalam keadaan merajuk.

"Kenapa? Kau iri? Lihat ini!" Jeongyeon memeluk dan menenggelamkan wajahnya ke perut mina dengan tangan yang melingkari pinggang ramping gadis cantik itu. Pria itu seolah sedang mempermainkan Chaeyoung.

"Yaaak...!!"

"Mina untukku, kau sendiri saja sana" Lanjut Jeongyeon setelah Chaeyoung meneriakinya, pria muda ini bahkan menjulurkan lidah. Seolah berusaha membangkitkan jiwa anak rimba itu.

Mina memandang dua anak manusia itu dengan senyuman terhiburnya. Rasa hangat tak pernah bisa lepas darinya saat dua pria ini tetap melekat padanya. Gadis itu memandang keduanya dengan sorot mata penuh kasih sayang, selayaknya seorang ibu yang hanya memiliki 2 orang putra kebanggaannya. Ia tidak butuh merasakan rasanya mempunyai seorang ibu untuk menjadi ibu bagi kedua manusia ini. Cukup membuka hati lebar-lebar dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Itu membuatnya kuat.

Mereka mampu mengobati rasanya diacuhkan. Melengkapi jiwanya yang cacat selama ini. Mengenalkan bagaimana rasanya bahagia dan tidak sendiri. Membuatnya mengerti, menjadi mati rasa itu tidak lebih baik dari pada berperasaan.

"Noona, kau lihat? Sekarang siapa yang bayi?" Mina terkekeh saat dipaksa ikut ke dalam pertikaian kecil antara bayi besar dan bayi kecil itu.

"Kalian berdua bayiku"

Ia merentangkan tangan kanannya ke arah Chaeyoung. Memberi tanda jika ini waktunya bagi mereka untuk menyalurkan kasih sayang lewat pelukan. Kini Chaeyoung sudah tersenyum kegirangan hingga menunjukan gigi taringnya. Pria muda itu berhambur memeluk leher Mina dari belakang. Jeongyeon sendiri sudah nyaman dengan kembali menenggelamkan wajahnya ke perut rata Mina yang di halangi sweater putih itu. Sedangkan gadis satu-satunya di antara kedua pemuda itu mulai mengusap lembut kepala dua bayi besarnya.

Tak ada yang bisa benar-benar mengetahui isi hati mereka masing-masing. Tapi yang menjadi pasti adalah dua pemuda ini bertekad akan melindungi si gadis Myoui sampai darah di dalam tubuh mereka mengering.

===TBC===

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Until the Last Snowflake in This WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang