01--- Berantem
🕰🕰🕰
Keramaian sorak-sorak dari lautan manusia yang melingkar itu mengudara bercampur dengapanasnya sang mentari. Cuaca yang panas itu semakin panas karena adanya perdebatan---- ralat, perkelahian yang terjadi ditengah-tengah lautan manusia itu.
"Bangsat!" umpat seorang cowok yang baru saja memukul lawan perkelahiannya.
BUGH!
"Mau lo itu sebenarnya apasih?!" suara cowok itu kembali mengudara setelah memukul rahang lawannya yang kesekian kalinya.
"Gu--uhukk! Gue ganggu lo!" sahut lawan cowok tadi setelah ia terbatuk darah.
Cowok itu semakin marag saat mendengar suara elakan dari lawannya. "Udahlah, Raz," lerai teman dari cowok itu.
"Dia itu harus banget dikasih pelajaran biar gak ngelunjak mulu!" ucap Razean yang masih menatap bengis lawannya. Dirinya masih dilungkupi oleh amarah yang membludak.
"Tapi.. kasian Ze, si Erlan," ucap Alen lagi.
"KALIAN LAGI!" teriak seorang guru yang berjalan mendekat kearah sekumpulan manusia itu. Dengan amat terpaksa, Razean melepas cekalan tangannya dari kerah seragam milik Erlano.
"Ck, sialan!" umpat Razean yang sudah amat kesal.
"Kalian itu beraanteemm terus kerjaannya. Emang gak ada kerja lain?" geram Pak Bendi----guru kesiswaan di SMA Perseus, tempat dimana mereka menimba ilmu.
"Loh? Kan kata bapak sendiri kalau kita nakal? Ya.. sekalian aja kita nakal sampai bapak pusing. Gitu bagus 'kan pak?" sahut Alen gemas. Namun setrlahnya, bahunya digeplak keras oleh Sean, temannya.
Pak Bendi sontak menggeram kesal. "Kalian semua.. MASUK RUANG KESISWAAN SEKARANG!" teriak Pak Bendi. Razean, Alen, Sean, dan Erlano beserta kedua temannya pun berlari cepat menuruti perintah Pak Bendi.
🕰🕰🕰
Ruangab yang katanya menyeramkan bagi murid, nyatanya tak berlaku bagi mereka---Razean, Alen, dan Sean yang malah rebahan santau disofa pinggir ruangan. Sementara Erlano dan kedua temannya hanya menatap mereka dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
Pak Bendi sampai mengusap dadanya sabar. Karena, tak ada murid yang seberani mereka. Seluruh murid tunduk kepadanya.
"Kali ini, masalah apalagi? Cewek?" tanya Pak Bendi lelah. Mereka tuh setiap harinya ada aja yang bikin berantem. Tapi, mereka semua menggeleng secara serentak.
Dahi Pak Bendi mengernyit heran. "Terus?" tanya-nya.
Razean menggedikan bahunya. "Gabut," sahutnya dengan mata yang tertutup. Bahkan tanpa merubah posisinya yang masih tiduran.
"Zean tadi yang cari gara-gara duluan, Pak!" adu Merva, satu teman Erlano yang menemaninya.
"Maksud lo apa?" tanya Alen tak terima ketika temannya disalahkan.
"Lah emang temen lo!" sahut Leon, teman Erlano yang satunya lagi dengan nada yang berapi-api.
"Bacooot!" balas Sean.
Pak Bendi mendelik ketika mendengarnya. "Heh! Kalian itu ada gurunya loh ini!" ucap Pak Bendi yang makin frustasi. Muridnya yang ini memang amat sekali luar biasa banget.
Oke, skip, alay!
"Merva duluan," ucap Alen yang masih tak mau kalah.
"Stop! Sekarang kalian bersihib lapangan yang didekat gedung aula utama! Harus bersih dari sampah dan juga kalian potongu rumput dengan rapi!" titah Pak Bendi mutlak. Mereka semua menurut tanoa membantah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL MASA
Novela Juvenil"Jika ini perihal masa atau waktu yang hanya berisi tentang datang lalu pergi, bertemu lalu berpisah, maka izinkan masa kami bertahan lama meski tak selamanya." Ini memang kisah klise. Tapi kisah ini... Bukan tentang masalah cinta yang tak ada ujun...