🔞

6.7K 28 0
                                    

Suasana pernikahan tampak meriah, meskipun hanya di hadiri oleh beberapa kerabat dan juga rekan kerja mereka.

Ridwan dan Mariana tampak sangat bahagia. Mereka tak melepas genggaman tangannya, matanya terus bertatapan satu sama lain.

Sementara Freya, ia berdiri di belakang sang mama. Di sampingnya juga ada Hugo.

"Selamat ma, pa, atas pernikahan kalian." ucap Freya memberi selamat kepada mama dan papa barunya

Mereka berdua mengangguk, merasa bersyukur akhirnya hubungan mereka telah resmi.

"Sayang, mulai sekarang, kalian berdua tinggal di sini, di rumah papa," jelas Ridwan kepada Mariana dan juga Freya

Freya mengangguk, mengikuti kemanapun perginya sang mama.

"Kamarmu ada di atas, Fre. Bersebelahan dengan kamar Hugo," kata Ridwan

"Oke pa." jawab Freya

Sementara Hugo masih berdiri di belakang mereka, mengamati lekuk tubuh adik barunya.

"Go, antar adikmu ke kamar. Dia pasti kecapean." perintah Ridwan kepada Hugo

Hugo mengangguk, lalu menarik tangan Freya dengan sedikit kencang.

"Kak, Freya bisa jalan sendiri, tau!" ucap Freya, terdengar sedikit manja

Hugo hanya tersenyum. Sebuah senyuman yang sulit di jelaskan, seolah-olah ada sesuatu di balik senyuman itu.

Setibanya di depan kamar, Hugo berbalik, menatap wajah cantik Freya.

"Ini kamarmu, cantik." ucap Hugo sambil membuka pintu untuk Freya

Freya tersenyum manis, belum menyadari ada yang tidak beres dengan kakak tirinya itu.

"Kamar kakak ada di sebelah, Fre. Datanglah jika butuh bantuan," kata Hugo lagi sambil menatap tubuh Freya.

Freya mengangguk, lalu segera masuk ke kamar barunya di ikuti oleh Hugo. Hugo menutup pintu, tak lupa menguncinya.

"Kenapa di kunci, kak?" tanya Freya dengan polos

Hugo berjalan mendekat ke arah Freya.

"Fre, bisa bantu kakak?"

"Bantu apa kak? Selama Freya bisa, Freya pasti bantu." jawab Freya

Hugo semakin mendekat hingga tubuh mereka hampir bertabrakan.

"Kamu pasti bisa sayang." ucapnya lagi, kini tangannya mulai menyentuh tubuh Freya

"Kak, apa yang kakak lakukan?"

Freya merasa sikap sang kakak sedikit aneh. Dia juga menyentuh tubuhnya dengan sentuhan yang berbeda, bukan layaknya sentuhan untuk adiknya.

Freya mundur selangkah, tapi di ikuti langkah Hugo yang juga maju selangkah. Mereka terus seperti itu hingga Freya terjatuh di atas ranjang.

Tanpa basa-basi lagi, Hugo segera menindih tubuh Freya, membuat Freya syok bukan main.

"Kak, apa yang kakak lakukan?" tanya Freya dengan gugup, mencoba mendorong tubuh Hugo

Namun, seberapa keras ia mendorong, kekuatannya terlalu kecil untuk tubuh Hugo yang sekekar itu.

"Fre, kakak ingin minum susu," tegas Hugo dengan wajah memelas

"Lalu, kenapa kakak menindih tubuh Freya? Menyingkir, kak!" berontak Freya

Freya terus mendorong tubuh Hugo meskipun dia tau, kekuatannya tidak akan cukup.

Tanpa menjawab pertanyaan Freya, Hugo segera menarik baju Freya hingga melorot ke bawah, memperlihatkan payudara yang masih terbungkus bra.

"Kak, tolong berhenti!" ucap Freya dengan air mata yang hampir jatuh.

Hugo tidak peduli dengan permintaan Freya. Dia malah melepas pengait bra itu lalu melepasnya, memperlihatkan payudara yang besar, putih dan juga mulus.

"Kenyal sekali, sayang!" ucap Hugo sambil meremas payudara itu

"Uhh! jangan lakukan itu kak," ucap Freya, tubuhnya menggeliat karena sentuhan itu.

Namun, bukannya berhenti, Hugo malah membenamkan wajahnya di antara payudara besar itu. Menghirup aroma harum dari tubuh adik tirinya.

"Kamu sungguh harum, adikku," ucap Hugo terus mengendus tubuh Freya

Sesekali ia menjilat tubuhnya hingga menimbulkan seperti sengatan di tubuh Freya.

"Kak, berhenti. Sangat geli," racau Freya, terus menggeliat

"Sudah ku bilang, kakak ingin minum susu, sayang,"

Hugo memasukkan puting berwarna coklat itu ke dalam mulutnya, mengulumnya lalu sesekali menyesap puting itu.

"Ahh! C-cukup... Kak!" racau Freya, suara lenguhan keluar dari mulutnya

Hugo terus menyesap payudara itu semakin kencang hingga membuat puting Freya terasa nyeri.

"Ahh!"

Freya yang belum pernah tersentuh sedikitpun merasakan sensasi yang baru di tubuhnya. Dia ingin menolak, tapi rasa yang nikmat itu menenggelamkannya.

Tidak berhenti di situ, tangan Hugo mulai membelai tubuh Freya. Membelai dari leher, payudara, perut, dan kini mulai menjalar di selangkangan Freya.

Freya tersentak, lalu dengan kekuatan penuh ia mendorong tubuh Hugo.

"Cukup, kak! Kita tidak boleh seperti ini!" teriak Freya dengan napas yang masih ngos-ngosan

"Kenapa tidak boleh, Fre? Kamu bukan adik kandungku, bahkan jika aku ingin menidurimu, tidak ada yang bisa melarangnya" desis Hugo dengan senyuman jahatnya

Freya tersentak. Dia pikir pria di hadapannya bisa menjadi tempat perlindungan barunya. Tapi, kini pria itu malah ingin tidur dengannya.

"Jangan konyol, kak!" seru Freya, lalu segera bangun

Namun, sebelum dia berhasil menjauh, tubuhnya sudah Hugo jatuhkan lagi. Tanpa berlama-lama, Hugo merobek paksa baju Freya, membuatnya setengah telanjang.

"Kak!!" sentak Freya, tangannya bingung menutup tubuhnya yang tanpa busana.

Hugo melotot ketika melihat tubuh adik tirinya yang sangat indah dan menggoda.

"Waw... Ini apa, sayang?" tanya Hugo sambil menekan permukaan vagina Freya yang masih tertutup CD.

"Kak, jangan! Freya mohon," Freya terus memohon dengan air mata yang mulai berjatuhan

Namun, Hugo tidak peduli dengan permohonan itu. Dia menarik CD itu hingga ke lutut Freya, lalu menariknya lagi hingga terlepas.

Tampak vagina yang mulus tanpa bulu sedikitpun. Hugo menggunakan ibu jarinya untuk menekan vagina itu dengan pelan.

"Ahh!"

"Ini baru kakak tekan lo, sayang? Dan suara merdu itu sudah keluar dari mulutmu," ucap Hugo

Dia kemudian mendekat ke wajah Freya, lalu dengan ganas mulai melumat bibir berwarna merah muda itu. Terasa kenyal dan manis membuat Hugo semakin menggila.

Tangannya tidak berhenti meremas kedua payudaranya, membuat Freya semakin tidak karuan.



My FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang