🔞

4.9K 28 0
                                    

"Fre, turun sayang! Kita sarapan bersama," teriak Mariana dari meja makan

Namun, tidak ada jawaban dari Freya. Dia juga tidak kunjung turun, membuat Mariana sedikit cemas.

"Pa, aku akan memeriksa Freya, sekalian memanggil Hugo untuk sarapan," kata Mariana sambil berjalan menaiki tangga

Sementara Freya masih terlelap. Di sampingnya terdapat Hugo yang juga terlelap dengan memeluk tubuh kecil Freya.

Karena semalam mereka bermain dengan liar, akhirnya Hugo tertidur di kamar Freya.

'Tok! Tok!'

"Fre, bangun sayang. Papa sudah menunggu untuk sarapan bersama,"

Terdengar suara ketukan pintu, lalu di susul suara Mariana memanggil namanya.

Freya seketika tersentak. Perasaan terkejut dan juga panik bercampur menjadi satu.

Apalagi saat Hugo juga ikut terbangun. Dia takut kakaknya itu akan membuka suara.

"Fre! Sudah siang lo, cepat bangun!" teriak Mariana sekali lagi

"Siapa, sayang?" tanya Hugo dengan suara serak

Freya dengan cepat menutup mulut Hugo dengan telapak tangannya.

"Iya ma, Freya sudah bangun!" teriak Freya dengan suara sedikit gugup

"Cepat turun! Panggil kak Hugo juga ajak turun sekalian!" teriak Mariana, lalu terdengar langkah kaki yang semakin menjauh

Freya menghela napas panjang, akhirnya bisa bernapas lega. Saking paniknya ia lupa bahwa tangannya masih menutup mulut Hugo.

Hugo tersenyum licik, lalu perlahan ia menjilat tangan Freya yang di gunakan untuk menutupi mulutnya.

"Kak!!"

Freya terkejut, dengan spontan menarik tangannya menjauh.

"Kenapa gelisah? Takut?" tanya Hugo dengan santai

Freya mengangguk. "Jangan bilang siapa-siapa, kak, tentang kejadian semalam,"

Hugo semakin tersenyum lebar. Perlahan membuka selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka.

"Kak, jangan di buka," teriak Freya, menarik selimut ke atas

"Kenapa Fre? Kakak sudah melihat semuanya, bahkan sudah menikmatinya juga," kata Hugo sambil menyeringai

Freya menarik selimutnya lebih tinggi, menutupi wajahnya yang merona karena malu.

"Kak, jangan bahas itu lagi," ucapnya dengan manja

Hugo tersenyum, membelai wajah sang adik yang merona.

"Kakak tidak akan memberitahu siapapun, asalkan..." perkataan Hugo terhenti sejenak, seolah ada hal yang sedang ia rencanakan.

"Asalkan apa kak? Jangan bertele-tele!" decak Freya sedikit tidak sabar

Hugo menurunkan selimut yang menutupi wajah Freya. Turun semakin ke bawah hingga terlihat payudara yang padat.

"Susui kakak dulu!" pinta Hugo sambil memilin puting Freya

"Ahh! Sakit kak!"

Freya memejamkan matanya saat tangan kekar sang kakak mulai meremas payudaranya.

"Bagaimana, Fre?" remasan Hugo semakin kencang.

"Ahh! Kakak..." Freya tidak bisa menahan suara lenguhan itu.

Apalagi saat Hugo mulai menjulurkan lidahnya, lalu menjilat sekeliling payudaranya.

"Susui kakak ya, sayang," pinta Hugo

Freya mengangguk pelan, lalu menaruh tangannya di atas kepala sang kakak.

Hugo merasa puas saat adik tirinya itu begitu nurut padanya. Dia mulai melumat puting berwarna coklat itu, menjilat lalu menyesapnya.

"Ahh!" terdengar lenguhan Freya tampak tertahan, takut jika ada orang yang mendengarnya

Tidak hanya mencari kenikmatan dari payudara sang adik, Hugo juga menyelipkan tangannya ke lipatan paha Freya. Membuka perlahan paha mulus itu lalu memasukkan jari tengahnya ke vagina Freya.

"Ahh! Sakit, kak," rintih Freya sambil mengernyit menahan rasa perih di vaginanya.

"Tahan, Fre! Sebentar lagi pasti tidak sakit," ucap Hugo dengan suara serak

Jarinya keluar masuk lubang nikmat itu hingga membuat vaginanya basah. Bahkan Hugo juga menambahkan satu jari telunjuknya, ia masukkan bersama.

"Ahh! Kak... Cukup!" racau Freya sambil terus menekan kepala Hugo ke payudaranya

Hugo menyesap puting Freya, lalu menariknya dengan mulut layaknya sebuah karet.

"Lihat, Fre... Bahkan dua jari kakak sudah masuk ke dalam vaginamu," ucap Hugo dengan tangan yang terus bergerak mengocok vagina Freya.

Freya kelimpungan, tubuhnya meliuk-liuk saat tangan Hugo semakin cepat.

"Kak... Umm! Cukup. Mama sama papa menunggu kita di bawah," racau Freya, memohon menyudahi sesi finger sang kakak

"Kaluarkan dulu, sayang!" perintah Hugo dengan suara menggoda. "Lalu kita turun ke bawah."

Hugo semakin mempercepat kocokannya. Mulutnya yang tadi menyesap payudara Freya, kini berpindah ke bibir Freya. Mereka berciuman dengan penuh gairah. Bahkan Freya tidak segan untuk melumat bibir kakaknya.

"Ahh! Kak... Mau, keluar... Uhh!" racau Freya

Saat vagina Freya terasa mengencang, Hugo sudah paham jika adiknya akan orgasme. Dia segera bangun, mendekatkan wajahnya ke vagina Freya.

"Ahh!!" lenguhan panjang terdengar, di sertai cairan yang muncrat dari vagina freya

Hugo tidak ingin membuang kenikmatan itu. Ia segera menjilati cairan itu dengan lidahnya. Menjilatinya hingga bersih.

"Nikmat, Fre, adikku sayang." seru Hugo

"Ahh! Hentikan, kak... Geli," racau Freya sambil merem melek akibat jilatan sang kakak

Karena ulah tangan sang kakak, Freya mencapai kenikmatan lagi.

"Kau bisa turun?" tanya Hugo

Freya mengangguk, lalu perlahan mulai melangkah. Saat langkah pertama, ia merasakan nyeri di pangkal pahanya. Kakinya bergetar hebat, tak sanggup melanjutkan langkah selanjutnya.

"Sangat sakit, kak." rintih Freya sambil memegang lipatan pahanya. "Jika aku turun, aku takut mama akan curiga dengan cara berjalan ku."

Hugo mengangguk, lalu mengangkat tubuh Freya, membaringkan ke atas ranjang.

"Kamu istirahat saja. Kakak akan bilang jika kamu lagi tidak enak badan," ucap Hugo perlahan berjalan ke arah pintu.

Namun, belum sempat ia membuka pintu, Hugo kembali lagi, dan sebuah kecupan mendarat di bibir Freya.

"Kakak!!" sergah Freya sambil menutup bibirnya

Hugo tersenyum lalu segera keluar.

****

"Go, dimana adikmu?" tanya Ridwan, menatap Hugo yang turun dari tangga

"Freya tidak enak badan pa. Hugo menyuruhnya istirahat," jawab Hugo singkat

Mariana tampak terkejut saat mendengar putrinya sakit. Namun, Ridwan mencoba menenangkannya.

"Mungkin Freya kecapekan ma." kata Ridwan sambil melirik ke arah Hugo, menunjukkan sedikit kecurigaan di lirikannya

My FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang